°0.1° 알고있다

6.1K 1.1K 385
                                    

"Lara, kamu bantu Mama."

Lara meremas buku jari membentuk kepalan tangan. Ia berdiri mematung melihat Mamanya yang sangat berlaku kurang ajar.

"Lara! Cepetan kesini!"

Tidak punya pilihan, Lara menghampiri Mamanya.

"Pasangin pita ke Naeun!" Sang Mama memberikan kotak aksesoris pada Lara lalu melanjutkan aksi menata rambut pada gadis kecil lain.

"Buruan, Lara! Kita udah mau tampil!"

Tangan Lara terus terkepal, emosinya tersulut melihat Mamanya yang begitu tenang.

"Kak, pasang! Nanti Mama kamu marah lagi," ucap Naeun, menarik lengan Lara sambil menunjuk rambutnya. Mata Lara seketika berkaca-kaca.

"Maaf...." Lara mengacak kotak aksesoris, mengambil pita berwarna pastel lalu memasangkan ke rambut Naeun. "Cantik." Senyum Lara terlengkung, meski terasa perih.

"Hehe, aku kan kembaran kamu, Kak." Naeun menyeringai manis.

Rasanya hampa. Hati Lara menghampa melihat senyum polos itu.

"Nah! Sekarang udah selesai." Mama Lara---Tiffany---tersenyum lebar melihat puluhan anak gadis cantik yang telah ia persiapkan sekarang.

"Ini dia yang dinanti-nanti! Jangan berebutan! Setiap anak cantik-cantik kok," teriak seseorang dari mic.

"Udah mulai, udah mulai," ucap Tiffany antusias. Ia menatap anak-anak itu penuh kebinaran. "Kalian inget kan harus ngapain?"

"Ingeeet!" jawab mereka semua.

"Oke, sekarang ke panggung! Berurutan!" Tiffany mendorong satu-persatu anak perempuan yang ada di sana, masuk ke dalam panggung, sampai semuanya abis tak tersisa. Kericuhan mulai terdengar, berasal dari para penonton.

Lara memaku, menunggu apa yang akan terjadi pada kumpulan anak-anak manis itu.

"Lara, hari ini kita bakal untung besar!" Tiffany tertawa senang seraya bertepuk tangan, ia bahkan meloncat kecil saking kegirangan.

Wajah Lara memerah. Ia marah. Ia benar-benar marah pada Mamanya. Ini sangat kejam!

"Selamat datang di pasar penjualan manusia!!! Sekarang kita saksikan pertunjukan malam ini, peserta yang dibawakan oleh Nona Tiffany, tema yang menggemaskan. Ingat! Jangan berebutan," sapa seseorang melalui mic, seperti sebelumnya.

Setelah itu musik ballet terdengar, para gadis kecil tadi mulai menari dengan anggun dan mengesankan. Setiap tarian yang mereka bawa, membuat luka gores di hati Lara.

"Lara mau kemana?!" tanya sang Mama kala Lara memilih pergi.

"Beli cappuccino," jawabnya singkat, lanjut melangkah keluar dari backstage, lebih tepatnya keluar dari tempat busuk ini, tempat yang membuat Lara muak pada Mamanya, bahkan pada dirinya sendiri. Langkah kaki membawanya keluar dari jalanan sempit, menuju jalan raya.

Angin malam berhembus kencang, menerbangkan rambut Lara yang hanya seleher. Gadis itu memejamkan mata, menikmati kedinginan yang menusuk raga. Dalam beberapa menit ia tetap pada posisi yang sama. Sampai---

Drrttt

Ponselnya bergetar. Dengan lamban Lara merogoh saku, mengambil benda pipih yang ada di dalam.

Heejin is caliing

Penuh ketidakminatan, Lara menggeser tombol hijau.

"RA!"

"Hng?" balas Lara, malas.

"Lo udah liat timeline, belum? Katanya Sunoo masuk rumah sakit lagi! Gimana iniiiiii huaaaaa."

How This To This | Enhypen✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang