Epilog

1.7K 266 27
                                    

"Semuanya cuma tentang waktu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Semuanya cuma tentang waktu. Bertemu denganmu juga perihal waktu." —Jake.

°°°








Jake menarik napasnya dalam-dalam lalu menghembuskannya. Dia mengeratkan topi di kepalanya lalu mengenakan masker. Merasa yakin dengan rencananya, dia turun dari mobil.

Seluruh anggota berada di penginapan Daejun Palace setelah mereka menghadiri acara ahow, Jake berkata ingin mengunjungi sebuah tempat sebelum mengikuti kegiatan lain. Dia sendiri tidak yakin kapan lagi memiliki waktu luang jika tidak mengunjungi tempat itu sekarang.

Sebenarnya Jake tidak tahu pasti di mana tempat tinggal Lara. Semalaman dia mencari tahu di internet, tetap tidak menemukan apa pun. Padahal dia ingat gadis itu pernah berkata dia penjual bisnis online. Nama lengkap serta tanggal lahirnya juga Jake masih ingat, tapi dia tidak dapat mengandalkan semua informasi itu untuk menemukan tempat tinggal pastinya.

Sedari tadi dia sudah mengelilingi Daejun Palace dengan kemampuan berkendaranya yang masih awam. Tapi dia melakukan itu semua untuk menuntaskan perasaan gelisahnya. Tempat ini adalah yang terakhir, jika tidak ada juga, dia tidak yakin masih memiliki waktu lain untuk mencari.

Jay is calling...

Panggilan terus-menerus masuk melalui ponselnya, dia bergegas memasuki kawasan itu.

Sebuah tempat pertunjukan anak kecil, seperti ballet. Jake berjalan masuk sambil memperhatikan sekitar.

Di sisi lain aku yakin ini bersangkutan dengan Mama aku yang jual anak-anak itu ke perdagangan manusia.

Jake masih belum mengerti kalimat itu, tapi melihat anak-anak ini, entah mengapa....

"Kak Lara!" Suara seorang anak kecil berhasil membuat jantung Jake mencelos ke bawah.

"Iya, sini Kakak pasangin pitanya."

Suara itu, suara lirih nyaris tidak terdengar yang selama ini Jake dengar. Jake mengepalkan jari-jemarinya.

Meski sangat takut, perlahan Jake berbalik dan melihat sosok itu berdiri tidak jauh darinya, tengah memasang pita pada seorang anak kecil.

"Selesai, kamu cantik banget."

"Kakak lebih cantik. Makasih, Kak." Anak kecil itu berlari pergi meninggalkan Lara yang berubah getir.

Mata Jake memanas. Rasanya ... terlalu mustahil untuk dipercayai? Jadi selama ini Jake benar-benar hanya bermimpi?

Menyadari sedang ditatap, Lara mendongakkan kepala, maniknya langsung bertubrukan dengan manik milik Jake.

Jake melotot dengan tegang.

"Ada yang bisa saya bantu?" Lara mendekat.

Perlu dua menit, Jake merasakan lidahnya kelu dan sekujur tubuhnya membatu.

"Ada yang bisa saya bantu?" tanya Lara ulang.

Dering ponsel menyadarkan Jake, lagi-lagi Jay menelepon. Dibanding itu, Jake lebih fokus terhadap Lara.

"Lo ... baik-baik aja, kan?" Hanya itu pertanyaan yang sejak kemarin ingin Jake lontarkan.

Lara terkejut karena Jake menggunakan kata nonformal padahal mereka tidak saling kenal, dalam benaknya.

"Saya baik. Ada apa, ya, anda datang kemari?" Lara mengerutkan dahi, seperti mengenal sosok itu. Ya, dia ingat salah satu idol yang dibangga-banggakan Heejin padanya.

"Gue takut banget lo udah pergi. Tapi ternyata, lo ada di sini. Ternyata lo masih hidup, dan ada di depan gue sekarang. Gue ngga mau percaya tapi ini benar-benar nyata."

Lara tidak mengerti dengan omongan yang terdengar seperti bualan itu. Tapi seorang idol tidak mungkin mencari perhatian pada orang sepertinya. Apalagi melihat tatapan Jake yang sulit dia artikan.

"Gue Jaeyun." Dia mengulurkan tangannya. "Karena gue lebih muda 2 tahun, lo bisa lebih santai ke gue. Gue mau jadi teman lo. Mulai sekarang lo bisa ceritain semua yang lo alami ke gue."

Lara tidak kunjung menerima julurannya.

"Gue mohon, sekarang gue ngga punya banyak waktu. Tapi gue mau jadi teman lo." Karena Lara tidak berkutik juga, Jake merogoh saku hoodie-nya, mengeluarkan kertas dan memberikan ke tangan Lara. "Ini nomor ponsel gue." Lara sampai tersentak dan menghempas tangannya.

"Mungkin lo ngga paham, tapi gue bakal jelasin di sana. Jangan sebar nomor gue ke siapa pun. Gue percaya sama lo." Jake kembali memberikan kertas itu. Cowok itu menunjukkan gelang yang dia kenakan. "Lo punya satu yang kayak gini, kan? Kalau lo percaya ke gue, hubungi gue dalam waktu dekat. Sekarang gue harus pergi."

Jake kembali menatap Lara, sayang sekali waktunya tidak banyak, teleponnya terus berdering, dia harus kembali agar tidak mengacaukan jadwal. Tidak memiliki pilihan, dia berbalik pergi. Tanpa sadar air matanya menitik. Entah mengapa dia merasa kacau dan lega sekaligus.

"Tunggu." Suara itu menghentikan langkahnya.

Lara berdiri di hadapannya dengan napas tersengal. "Kamu ... Jake, kan?"

Seperti ada petir, Jake melotot. "Lo inget gue? Gue kira itu cuma mimpi gue?"

"Bukan, tapi kamu idol yang kemarin malam konser? Awalnya aku ngga tahu, tapi ngeliat gelang itu, aku ngerasa ngga asing. Kamu kenal aku dari mana?"

Jake tersenyum tipis, angin menerbangkan rambut keduanya. "Dari mimpi. Mimpi yang amat panjang. Tapi ini masih awal, bukan akhir. Jadi gue harap, lo atau gue bisa ngelewatinya dengan baik. Kita cari jalan keluarnya bareng, dan cari akar masalahnya sama-sama. Masih ada banyak hal yang harus kita cari tahu. Gue ngga bakalan nyerah walau gue cuma punya waktu sedikit. Karena gue udah janji mau bantuin lo. Satu hal lagi, jaga diri lo baik-baik atau hal kayak gini bakal terulang kembali. Gue ngga mau kehilangan lo lagi."

fin

°°°



Okay, sudah ya💗 akhirnya tuntas hutangku🤧

Sampai jumpa semuanya ❤️🥀

Sampai jumpa semuanya ❤️🥀

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
How This To This | Enhypen✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang