14

245 37 6
                                    



———

"Subin hyung... aku rindu S-0 hyung..."

Jeongin sibuk menggoyang2kan tubuh kakaknya yg berekspresi malas, dari beberapa menit yang lalu. Hanya pasrah yang dilakukan Subin mendengar berbagai keluhan si adik. Yang berinti, dia merindukan pasien kesayangannya.

"Hentikan jeong... telingaku lelah..." keluh sahabatnya, Seungmin. Mendengar sahabatnya mengeluh terus mengeluh, membuat telinganya terasa pegal.

"Jeongin-ah... jangan membuatku marah..." Subin akhirnya membuka mulut.

Mereka bertiga baru saja membereskan barang2 untuk kamar baru Seungmin. Pemuda vampir itu akan menetap dirumah kakak beradik Yang. Sedang ditimpah kelelahan, bukannya disuguhkan makanan manis atau minuman dingin justru dengan berbagai jenis ocehan Jeongin.

Saat ini mereka tengah beristirahat diruang tamu, padahal belum semua barang selesai dirapikan. Seungmin sudah meminta kakak beradik itu untuk memasukkan kasur dan lemari baju saja. Tapi keduanya memaksa membelikan meja belajar, sofa, nakas dengan lampu tidur, dan lainnya. Ditambah kotak khusus untuk menyimpan perkakas sihir Seungmin.

Si kakak beradik memang menyamatarakan kamar mereka dengan kamar Seungmin. Jika dikamar mereka ada sofa, maka dikamar Seungmin juga harus ada sofa. Walaupun hanya salah satu. Maksudnya, jika Jeongin mempunyai lampu tidur sedangkan Subin tidak, maka Seungmin mendapat lampu tidur. Begitu pun sebaliknya. Jadilah kamar vampir Kim paling lengkap dan ramai.

Sampai detik ini, beberes mereka tak kunjung selesai. Jeongin pun masih sibuk mengeluh tidak karuan.

"Jeong... hentikan... kita belum selesai beberasnya..." ucap Subin loyo.

"Lagipula sudah kubilang, cukup kasur dan lemari baju saja. Kalian yang memasukkan berbagai macam benda," balas Seungmin.

"Kau ini orang spesial, jadi kamarmu juga harus spesial." Bukan Jeongin namanya, jika tidak menganggap sahabatnya adalah vampir spesial.

"Kau berlebihan, jeong. Sudahlah, ayo lanjutkan." Seungmin beranjak dari tempatnya mengambil tumpukan kardus didepannya.

"Ah... aku mulai malas..." sahut Subin mengadahkan kepala bersandarkan badan sofa.

"Kuberitahu yang ketujuh kalinya, jangan memberi jeda setiap pekerjaan."

"Hah? 7 kali? Kau baru bicara itu 3 kali."

"7 kali, kau yang tidak mendengarnya. Ayo, jeong." Kali ini Seungmin mengajak Jeongin.

"Baik..." Tampaknya sang sahabat mulai malas juga, yang berakhir ikut beberes lagi.

~~~

"Hah... akhirnya selesai juga!" ujar Jeongin sembari merebahkan diri dikasur baru Seungmin. Diikuti si pemilik, sedangkan sang kakak di sofa baru.

Dari awal, rumah kakak beradik Yang memang hanya memiliki 3 kamar. 2 dipakai mereka dan yang satu dijadikan gudang. Setelah itu berubah menjadi ruang penyimpanan, gudang dipindahkan ke ruang dibelakang rumah yang mereka buat sendiri dari kayu. Seperti namanya ruang penyimpanan, ada banyak macam disana. Penyimpanan makanan, koleksi benda2 tajam Subin, dan bahan2 kimia Jeongin.

Terakhir, jadilah kamar Seungmin sekarang. Ruang penyimpanan berpindah digudang sebelumnya, dibelakang rumah. Apa tidak penuh disana? Tidak. Hampir 3/4 isi gudangnya sudah dibuang Subin, jadi masih ada ruang disana.

Tak ada suara apapun selain hembusan nafas terengah2. Hingga Seungmin membuka suara. "Hei, Jeongin."

"Hm," balas Jeongin berdengung.

"Apa kau punya keinginan pergi ke dunia manusia?"

Jeongin berpikir sejenak. "Mungkin iya, aku sangat penasaran pemandangan disana. Apa pemandangan disana sama dengan dunia kita?"

You're My BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang