39

70 9 5
                                    






Felix menyandarkan kepala pada tembok kusam salah satu ruangan di markas Lino. Mata tertutup rapat menahan lelehan berlian yang memberontak keluar. Menunggu teman-temannya dalam pengobatan.

Chris dan Jisung juga duduk di samping Felix. Ikut memikirkan nasib kawan semasanya. Hampir 30 menit lamanya mereka menunggu.

Jeongin dan Hyunjin dibawa ke ruangan semacam instalasi gawat darurat, sedangkan yang lainnya di ruangan lain karena hanya luka ringan. Changbin, Lino, Seungmin, Yuna, Subin, dan Seulgi. Varm juga diperiksa meski dari fisik bisa dinyatakan sembuh total.

Felix benar-benar bergeming ditempat. Tidak bergerak sama sekali, bahkan membuka mata saja tidak. Pikirannya tidak beraturan membuat Felix pusing jika membuka mata.

Pikiran berantakan itu terpecahkan ketika tangan Felix digenggam seseorang. Felix buka matanya perlahan agar tidak ada yang jatuh dari sana. Dia Jisung.

Jisung menyandarkan kepalanya juga ke tembok, ibujari tangan kanannya mengusap punggung tangan kiri 'ipin'nya. Dapat Felix rasakan ketakutan yang sama. Jisung juga tidak mau kehilangan sahabat terbaiknya selama ia hidup.

"Hyunjin bakal baik-baik aja kan?" celetuk Jisung bersuara lemah.

Felix tersenyum kecil walau Jisung tak melihatnya. "He'll be fine..."

Chris memperhatikan semuanya. Ia tahu betul perasaan sang adik dan teman tupainya. Si sulung Bang ini juga pernah punya tali persahabatan seperti mereka. Namun masa kuliah membuatnya terpisah dengan sahabatnya masa SMA.

Ah, Chris jadi merindukan mereka. Bagaimana keadaan mereka sekarang ya.

Tak lama keluarlah Changbin, Lino, dan Subin dari ruangan mereka. Terdapat plester di pipi kiri Changbin dan di batang hidung Lino. Subin yang paling banyak dapat pengobatan. Lengan kiri diperban, plester kasa di pipi kanan, dan olesan-olesan obat merah di kedua kaki.

Felix bangkit menghampiri ketiga vampir tersebut. "Kalian gak ada luka parah?" Jisung dan Chris pun bangkit dari kursi.

"Tidak, tenang saja. Kami hanya terluka ringan." Subin yang menjawab.

"Gimana Yuna sama perempuan penyihir tadi?"

"Yuna sama seperti kita, lalu Seulgi noona butuh istirahat yang cukup karena dia yang paling bekerja keras saat kabur tadi. Tapi dia baik-baik saja."

Felix menghela nafas lega. Namun disisi lain ada yang cemburu dengan interaksi Felix dengan Subin. Karena Felix belum pernah seperti itu ketika bicara dengannya. Pasti yang pertama didengar adalah omelan.

"Lalu..." Giliran Chris yang bersuara. "Gimana keadaan Siwon?"

Sontak Lino membulatkan mata teringat akan kondisi atasannya. Ia bertanya pada salah satu pengawal di dekatnya dimana kamar Siwon dan langsung berlari pergi setelah diberitahu. Semuanya mengikuti dibelakang.

Nyatanya markas Lino ini cukup rumit, seperti labirin. Sangat luas dan banyak belokan. Mereka harus melewati beberapa lorong panjang. Hingga mereka berada di lorong buntut, di ujung sana terdapat ruangan VIP.

'Brak!'
"Ketua!" panggil Lino sembari membuka pintu kasar.

Ruangan ini berbeda jauh dengan luarnya. Kamar VIP dengan luas sekitar 6x7 meter.
Orang-orang didalam terkejut dengan kehadiran Lino. Terdapat 3 perawat di sekeliling brankar Siwon.

"Bagaimana keadaan ketua?!" Lino mendesak mereka.

Tidak ada jawaban, melainkan raut wajah bersalah seraya menundukkan kepala pasrah.

"Kenapa diam saja?!"

"K-kami sudah mencoba yang terbaik, tapi... maafkan kami, Fiic Lino. Kami sungguh minta maaf."

You're My BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang