40

86 12 2
                                    

Gulita menyelimuti pandangan, hembusan dingin menyapu kulit. Meski yang dilihat gelap, sedikit menyelip garis cahaya membuatnya harus membuka mata.

Ia buka matanya perlahan, menyesuaikan cahaya silau yang masuk. Setelah terbuka total, hal pertama yang dilihat adalah langit kemerahan. Ia terkisap kecil sembari menegakkan punggung dari tiduran.

Dirinya berada di ladang bunga.

Netra emerald-nya mengitari sekitar.

Bunga berwarna kuning mengelilinginya.

"Dimana aku?"

Jeongin bangkit hendak memeriksa daerah asing ini. Melangkah perlahan dengan kaki telanjang.

Apa Jeongin ada di dunianya? Dunia vampir? Tapi hawanya tidak seperti dunia Vampir. Jeongin sungguh asing dengan tempat ini. Walaupun ia dikelilingi bunga cerah, bulu kuduknya merasakan kengerian.

Tanpa disengaja Jeongin mendengar geraman sesuatu. Seperti geraman hewan yang bertengkar. Jeongin pun mencari asal suara itu berada.

Tidak butuh waktu lama, Jeongin temukan asal suara itu. Sekitar 20 meter jauhnya dari posisi Jeongin.

Sekumpulan dubuk, atau biasa disebut hyena, mengeroyok sesuatu secara liar. Ada belasan ekor. Beberapa tangkai bunga disekitar mereka ternodai darah. Nampaknya mereka sedang makan.

Sontak Jeongin berkeringat dingin. Ia hendak melangkah mundur, namun benaknya menolak. Ingin melihat jelas apa yang para dubuk itu makan.

Jeongin merendahkan tubuh agar tidak dapat dilihat para dubuk. Mata rubahnya menyipit agar dapat melihat jelas sesuatu diantara mereka.

Sampai akhirnya 3 ekor dubuk menepi setelah mendapat porsi bagiannya. Jeongin membelalak tak percaya.

Daging yang mereka makan adalah,

Harimau putih dan macan kumbang.

Tubuh keduanya nyaris habis dilahap. Tersisa kepala dan kaki bagian depan.

Yang menonton dari sela-sela bunga terkisap pelan. Bukankah harimau putih dan macan kumbang termasuk hewan kuat? Lalu dubuk adalah hewan berkoloni. Apa mungkin mereka berdua kalah karena diserang para dubuk secara berkeroyok.

Sialnya, salah satu dubuk menyadari kehadiran Jeongin. "Oh, tidak." Sontak Jeongin gemetar panik. Nafasnya tercekat, mata berkontraksi maksimal, keringat dingin mengalir.

Dubuk itu menggeram sampai menjatuhkan daging yang baru saja ia cabut dari tulangnya. Geramannya membuat dubuk lain ikut menyadari sosok Jeongin, hingga keseluruhan.

Tangan Jeongin meraba-raba tanah, ia temukan batu berukuran sedang. Dilempar batu tersebut ke kepala dubuk yang pertama menemukannya, dan langsung berlari sekuat tenaga. Butuh keberanian yang sangat besar untuk melakukan itu, kawan.

Dubuk-dubuk itu pun mengejar Jeongin. Lidah mereka terjulur dan air liur menetes-netes dari sana. Hendak menjadikan vampir didepan mereka santapan selanjutnya.

Nafas Jeongin mulai terengah, tapi malangnya ia tersandung sesuatu sampai terjatuh. Begitu kepalanya menoleh ke belakang,

Seekor dubuk melompat ke arah Jeongin.

"AAAAAAAAAAA!!!!!!!!!!!!"










"Hhg!!!"

Jeongin terkisap berat. Matanya membulat total, dada naik turun tidak beraturan, dan keringat membasahi dahi.

"Jeongin?! Kau sudah bangun?!" Terdengar suara yang tidak asing bagi Jeongin. Itu suara kakaknya.

Pandangan Jeongin sempat kabur, sampai ketika nafas sudah teratur ia lihat langit-langit putih kusam. Kedua tangan meremat kuat selimut putih diatasnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 18, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

You're My BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang