20

242 28 10
                                    




"Bisa gak sih kalo dibilangin gak bandel?! Gua capek anjing!"

Amarah Felix bergejolak hebat lantaran memarahi vampirnya. Tentu saja Changbin. Setelah menghampiri is vampir ditaman, Felix menarik Changbin paksa tanpa babibu agar pulang kerumah.

Changbin hanya menutup mulut selama perjalanan. Ia tahu sangat kenapa si manusia memperlakukannya seperti itu. Changbin ingin membantah, mengatakan kalau dirinya baik2 saja. Namun yang ada pasti ia akan semakin diceramahi. Jika kalian menjadi Felix, kalian pasti akan melakukan hal yang sama bukan?

Sekarang mereka berdua sudah tiba di kediaman kakak beradik Bang. Dipandangi oleh keenam makhluk lain yang masih setia diruang tengah.

"Ketemu dimana lix?" tanya Jisung.

"Taman," jawab Felix singkat. Ia bergabung bersama yang lain di sofa dengan tangan bersedekap dan wajah kusut.

Mulut Jisung membentuk o kecil. Ia paham bagaimana Felix bisa menemukan Changbin secepat itu. Ya... karena tidak ada tempat lain selain taman yang -mungkin- selalu Changbin datangi.

Changbin masih mematung dipijakannya sekaligus membisu. Ia bingung antara kembali ke kamar Felix atau ikut bergabung di ruang tengah. Gitu aja masa gak tau bin... bodoh banget lu.

"Lebih baik hyung kembali ke kamar. Aku tidak mau Felix hyung memarahimu lagi," ujar Jeongin peka dengan kondisi si pasien. Sejujurnya di lubuk hati ia juga kesal dengan Changbin. Tapi mau bagaimana lagi, Jeongin terlalu baik hingga tidak bisa melampiaskannya lewat omelan.

"Maaf, jeong. Tapi aku memang punya urusan disana," balas Changbin.

"Urusan apa lagi, kan si Siwon nya udah pergi," timpal Hyunjin.

"Menutup gerbang."

"Nutup pake apaan lu?" sahut Lino. Pertanyaan itu mewakili tanda tanya semua orang.

Dua kata saja semuanya tahu bahwa Changbin benar2 muak dengan Siwon. Hanya saja jika dilogikakan bagaimana lingkaran sebesar itu bisa ditutup. Terlebih bentuk Noberphoss tersebut tidak seperti gerbang biasa. Apa mungkin ia menutup dengan lempengan besi yang sama besar. Kalau begitu dari mana Changbin mendapatkan besi sebesar itu.

"Menggoresnya." Singkat, padat, dan jelas.

"DASAR BODOH!"
'BUAK!'

"Akh!"
'Bruk!'

Sebuah tendangan mendarat tepat diperut Changbin hingga ia tersungkur dilantai.

"SEUNGMIN! APA YANG KAU LAKUKAN!" teriak Jeongin, lalu menghampiri sosok yang ia panggil. Semua orang pun ikut terkejut dan beberapa bangkit dari duduk spontan.

Ya, dia Kim Seungmin, pelaku penendang perut Changbin. Orang2 mengira ia benar2 tertidur dari saat Felix pergi, padahal tidak. Dia hanya menutup mata. Seungmin memang tipikal yang tidak mudah pulas meskipun hanya menutup mata. Sampai detik 1 kata Changbin terlontar, matanya terbuka seketika beserta emosi.

Masih terbawa emosi, Seungmin ingin meluncurkan pukulan. Namun ditahan Jeongin duluan. "SEUNGMIN, HENTIKAN!" sergahnya.

"DASAR PASIEN BODOH! APA KAU TIDAK BERPIKIR MATANG SEBELUM BERTINDAK HAH?!" Mata Seungmin berkontraksi maksimal. Nampak sekali mata memerahnya, merah mengantuk ditambah emosi. "AKU TAHU KAU MENGGORES UKIRANNYA KAN?!"

Changbin sedikit meringis sambil memegangi perutnya. Kekuatan tendangan Seungmin bisa dibilang tidak main2. "Tentu saja aku memikirkannya."

"Apa?! APA YANG KAU PIKIRKAN?!" Seungmin bernafas tak beraturan. Dia berusaha melepas diri. Nyatanya tak hanya Jeongin yang menahannya. Chris ikut menahan lengan kanan Seungmin. Sebab sebelumnya Jeongin sempat kewalahan dengan tenaga Seungmin yang cukup kuat. Padahal dulu sahabatnya tak sekuat ini.

You're My BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang