31

125 23 17
                                    










Lino meringis lantaran surai merahnya ditarik hingga mendangak.

"Sudah puas mengintai kami, hah?" ucap sosok yang menggenggam rambutnya seraya menatap tajam, Jeongin. Lino ingin melawan, tapi punggungnya ditahan oleh lutut Jeongin.

Netra lemonade-nya bergerak melihat sekitar. Ada lima orang memandangnya kaget. Bukan lagi kaget, terlihat kilat kemarahan juga disana. Lalu ia terpaku dengan orang yang ditahan Changbin.

Jisung. Tatapannya bukan cuma terkejut dan marah. Seperti... kesedihan. Lino sendiri juga tidak terlalu paham dengan tatapan itu. Hanya Jisung seorang.

"Akh..." Lino berusaha menolehkan kepala menghadap Jeongin. "Lepas...kan ak—"
'Brug!' "AGH!!" Jeongin membanting kepala Lino ke tanah. cara bicara Lino berubah.

"Kau ingin melepaskan diri? SADAR PERBUATANMU BODOH!!" bentak Jeongin sembari semakin menekan kepala Lino ke tanah. Si empu menggerang kesakitan. Tenaga Jeongin sungguh tidak bisa diremehkan untuk seorang dokter.

"Argh... bi—arkan aku menj—elaskan." Lino masih berusaha melepaskan diri.

"Jelaskan apa? Apa yang harus dijelaskan? SEMUANYA SUDAH TERJAWAB OLEH DRAMA2 YANG KAU BUAT!"

'BUAGH!'

Kepalan tangan Jeongin mendarat dipipi Lino hingga membuatnya terguling. Amarahnya sedang tidak bisa diajak bercanda. Taring dan kuku memanjang juga netra emerald-nya mengkilat hebat.

Mari kita beralih pada seseorang sebentar. Kelihatannya organ pemompa darahnya sudah merosot sampai kaki, membuatnya terduduk. Padahal ia sudah diberitahu Seungmin tentang sisi lain Jeongin. Kini ia lihat dengan mata kepala sendiri.

Lagi2 Lino meringis diikuti keluarnya fluida merah disudut bibir dan dahi. Ia seka menggunakan punggung tangan.

"K-kumohon, dengarkan aku du—"
'BUGH!' 'BRUAK!'

'Grep!' "AKHH!!!"

Kali ini bukan lagi Jeongin yang bertindak. Netra scarletnya mengkilat kemarahan. Ketika Lino baru saja menegakkan kaki, Changbin menendangnya sampai menabrak salah satu pohon, lalu mencekiknya. Wajah Changbin pun sedikit terkena cipratan darah dari mulut Lino. Kedua tangan Lino menahan tangan lawannya yang menggenggam lehernya. Namun sia2, tenaga Lino sedang lemah dan tenaga Changbin meningkat karena amarah.

Jangan lupa dengan retakan pohon disekitar punggung Lino.

"Kh— b-bihn... degh-ar-ka— AGH!!" Changbin semakin mengencangkan genggaman.

"Aku tidak akan sungkan lagi merobek isi perutmu hidup2." Taring serta kuku Changbin memanjang perlahan. Urat2 leher dan tangan mulai mencuat tegang. Tangan lain yang bebas siap membunuh kapan saja.

Bahkan bisa saja Changbin membunuh Lino 2 kali lipat. Tusukan didada dan tusukan dileher saat mencekik.

Lino yang di ujung tanduk tetap berusaha bicara. "M-ma—maahf-kan—akh-ku."

"SUDAH TERLAMBAT BAJINGAN! TIDAK ADA GUNANYA KAU MEMINTA MAAF!"

'Bugh!' "Hakh!!" Satu pukulan di perut. Bulir darah kembali keluar dari kerongkongan. Lino mendesis menahan ngilu teramat. Genggamannya pada tangan Changbin pun melemah.

"Hhh... ma... m-aafh..." lirih Lino tidak menyerah.

Baik, amarah Changbin benar2 sudah diujung ubun2. Kuku lancipnya ia arahkan pada dada Lino.

Namun, baru saja Changbin ingin menusuknya. Tiba2 muncul seekor hewan raksasa menghempaskan tubuh Changbin menggunakan ekornya. Punggung Changbin membentur pohon lain. Para human maupun Seungmin berada diunjung tanduk. Bulu kuduk bergemetar dan keringat dingin terus mengalir tanpa henti. Makhluk apa didepan mereka?

You're My BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang