38

84 16 1
                                    




"HYUNJIN!!!"

"JEONGINN!!!!"








Sontak Felix mendekati Hyunjin dengan mata berkaca-kaca. Semenyebalkan sahabatnya satu itu, Felix tetap takut jika nyawa Hyunjin 'lewat'. Felix goyangkan tubuh kurus sahabatnya. Kulit dan bibir Hyunjin berubah pucat serta kantung mata menggelap.

"Hyunjin, buka mata lu jinn!!! HYUNJIN!!!"

Changbin juga sigap melepaskan gigitan Jeongin dari pundak Hyunjin. Kemeja putih Hyunjin nyaris menjadi merah keseluruhan. Terlihat jelas sepasang lubang taring di pundaknya. Changbin juga menyadari sesuatu detik itu juga.

Urat-urat yang tadi mencuat di kulit Jeongin, kini mengecil perlahan. Kuku tangan dan taring memendek. Karena itulah Changbin jadi lebih muda melepas gigitan Jeongin.

"Jeongin?! Jeongin!" Changbin menepuk-nepuk pipi Jeongin. Ia periksa pergelangan tangannya, masih ada denyut nadi. Artinya dia pingsan. Area berurat tadi masih meninggalkan bekas garis kemerahan.

Mungkinkah... Changbin bergumam dalam hati. Saat Felix memberikan darahnya juga terjadi seperti ini padaku.

"Hyunjin....... Jawab gua njin..." Felix masih meracau sedih. Kemudian datanglah Seungmin memeluknya dari samping.

Pemandangan itu membuat hati Changbin terenyuh.

Ini pertama kalinya Changbin melihat Felix menangis lebih deras dari biasanya. Vraisang-nya itu hanya tersedu-sedu ketika menangis dan tidak menampakkannya di hadapan orang-orang seperti ini. Akan tetapi sekarang, air mata jatuh begitu deras, diikuti hidung dan pipinya memerah.

Changbin paham bahwa Felix tidak ingin kehilangan orang yang dekat dengannya. Cukup orangtuanya dan beberapa keluarganya yang gila kerja.

Subin merobek baju Hyunjin yang menutupi luka gigitan. Ia perhatikan sedetail mungkin luka tersebut. Biasanya pekerjaan seperti ini adalah tugas Jeongin, namun saat ini Subin harus menggantikannya. Mungkin lebih tepatnya bertanggungjawab. Ia cukup memahami ilmu kedokteran dari Jeongin.

"Aku tidak ingin berlagak tahu segalanya, tapi lukanya cukup dalam. Karena panjang taring Jeongin tadi sekitar 3-4 sentimeter," jelas Subin, pandangannya tetap terpaku pada luka.

"D-dia belum mati kan?" tanya Felix.

Subin pun meraba leher Hyunjin. "Masih ada denyut jantungnya, kuharap dia hanya pingsan meski akan cukup lama dia tertidur."

"Akan kucoba sembuhkan mereka di markas nanti," sahut Changbin.

Pernyataan itu membuat Subin mengernyit bingung. Ingin bertanya, tapi nampaknya tidak bisa sekarang.

Tak lama kemudian, Seulgi datang menghampiri sambil dirangkul Yuna. Sepertinya energi yang tersisa tidak sampai seperempat.

"Bagaimana keadaan keduanya?" tanya Seulgi, nafasnya terdengar sangat kelelahan.

"Mereka berdua pingsan. Kita hanya bisa berharap mereka tertidur tidak terlalu lama," sahut Subin. Seulgi mengangguk pelan.

Akan tetapi Seulgi juga menyadari kejanggalan dari Jeongin. Kulit antara alisnya berkerut. "Tunggu, apa mereka berdua..."

"Kau menyadarinya?" celetuk Changbin. Ia perhatikan sinar mata violet terkejut Seulgi. Sekali lagi Seulgi mengangguk.

"Padahal mereka belum menyatakan perjanjian langsung," lanjut Changbin. "Ternyata ikatan Vraisang seserius ini."

You're My BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang