SSH 02

52 13 15
                                    

"Kerjaan gue itu di sini. Menjaga, mencintai dan meluluhkan hati seorang Rasya Irsyakail."

~Renal Al Fariz

.
.

"Gue duluan yang antre, woy!"

"Enak aja, lagian gue nunggu dari pagi kali!"

"Kak, gak bisa ganti kelompok yah?"

"Iya Kak, males banget sekelompok ama nih, nenek-nenek."

"Demi apa gue sekelas ama Lo?"

"Kenapa gue sekelas ama nih, kakek-kakek?"

"Rasya Irsyakail dan Renal Al Fariz, kalian berdua ibu pilih untuk bersaing menjadi ketua kelas!"

"Gue gak bakal biarin Lo jadi ketua kelas!"

"Dan gue gak yakin Lo bakalan jadi ketua kelas."

"Gue yakin kita jodoh."

"Baru bangun Lo? Sana cuci muka, kali aja Lo abis kerasukan."

"Serius, ini semua aneh. Pendaftaran waktunya sebulan. Tapi, kita ngedaftar di hari yang sama dan sempet adu mulut karna masalah antrean."

"Gak sengaja."

"Next, pembagian kelompok waktu MOS. Dari belasan kelompok lagi-lagi gue ama Lo satu kelompok."

"Kebetulan."

"Dari sekian kelas Ipa, kita sekelas. Dari puluhan murid di kelas, kita yang di pilih jadi ketua ama wakil, dan gue yakin di masa depan Lo dan gue bakal bersanding di pelaminan."

"Gila Lo! Ke kelas woy! Tuh udah masuk"

"Gue yakin ama takdir!"

Entah kenapa pikiranku malah berkelana pada peristiwa beberapa tahun silam tepatnya saat aku telah menginjak pendidikan sekolah menengah atas. Aku dipertemukan dengan seorang siswa yang menyebalkan. Awalnya kami saling bermusuhan tapi sehari setelah dia terpilih menjadi ketua kelas tiba-tiba saja ia menyatakan perasaanya padaku, walaupun tak secara langsung menembakku. Mati yah?

Sejak hari itu dia menjadi aneh, dia berubah menjadi ... Tukang gombal.

"Bangun! Ngebo mulu. Inget udah sekolah! " teriakan si abang tembok yang baru beberapa bulan kembali hadir di rumah membuyarkan lamunanku.

Hari ini adalah hari pertama sekolah akan dibuka kembali setelah libur panjang. Tidak kusangka waktu berjalan dengan sangat cepat, aku yang beberapa tahun lalu berstatus seorang junior kini berganti posisi menjadi senior.

"Iya, iya!" balasku teriak lalu beranjak untuk sarapan bersama.

Seperti biasa, dengan khidmat kami sarapan bersama di meja makan.

"Aka, Ara, belajar yang bener. Ingat! Gak ada pacar-pacaran." Aku dan Rafka kompak menoleh pada ayah.

"Iya Yah," jawabku.

Ayah berdiri dari duduknya. "Ma, Ayah ke kantor dulu yah."

Mama juga ikut berdiri, lalu mengambil alih tangan ayah untuk mencium tangannya yang menjadi rutinitasnya sebagai seorang istri.

Ayahku, Irham Irsyakail, seorang pengusaha dan memiliki kepribadian yang tegas dan disiplin. Ibuku, Eralda Diani, seorang ibu rumah tangga yang juga memiliki kesibukan dengan dunia medis.

Rafka dan aku ikut menyalami mama untuk pamit ke sekolah.
"Kita juga pamit, Mah, " ucap Rafka lalu salim pada mama.

"Ara juga Ma," ucapku bergantian menyalami mama.

Single Sampai HalalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang