SSH 10

18 3 10
                                    

"Balaslah perlakuan tulus seseorang sebelum hadir rasa kehilangan."

~Renal Al Fariz

"Ren, beneran lo mau ke sekolah?" tanya Adit dari balik jendela mobilnya. Saat ini mereka akan berangkat ke sekolah.

Pagi-pagi Adit sudah menunggu Renal untuk ke sekolah. Katanya Ia sudah rindu dengan Anggi karena kemarin tidak bertemu. Dampak dari pacaran memang ada positifnya juga. Yah, ke sekolah akan lebih rajin walaupun tujuan utama adalah bertemu pasangan.

Tapi sia-sia saja Adit menunggu Renal. Kata bi Tija-asisten rumah tangga di rumah Renal, sudah sedari pagi Renal bolak-balik ke toilet.

Renal hanya mengangguk lesu. Didorongnya motor ninja itu ke luar pekarangan rumahnya. "Bentar! ... Perut gue sakit lagi." Renal kembali memegang perutnya dengan posisi sedikit jongkok.

Dari lima porsi bakso hasil memeras Kakel, satu porsi diberikannya pada asisten rumah tangga di rumahnya. Dan sisanya habis dimakannya sepanjang malam dengan tambahan cabai yang luar biasa sensasinya. Katanya, "Cara mengisi kegabutan adalah makan."

Entah kenapa sakit perutnya baru bereaksi semalam dan hingga kini belum juga membaik. Wajahnya pun terlihat pucat. Mungkinkah ini azab. Karena karma itu pasti berlaku bukan.

"Lo gak usah ke sekolah deh, istirahat aja dulu." Adit yang melihatnya saja tak tega.

"Udah agak baikan. Sayang juga gak masuk sehari."

"Kalau gitu, lo gak usah bawa motor. Bareng gue aja." Adit turun dari mobilnya lalu mengambil alih motor Renal untuk disimpan kembali di garasi.

Renal hanya mengiyakan saja. Lagi pula bahaya kalau perutnya kembali sakit saat berkendara di jalan. Setelah selesai mereka pun berangkat bersama.

"Sukurin tuh, Ren. Kena azab kan lu. Udah putusin orang yang lagi pacaran, masih aja nambah ngusilin bocil, malah habisin empat porsi dalam semalam lagi," ejek Adit masih fokus menyetir.

"Serah lo Dit, ngantuk gue. Semaleman juga susah tidur karna nih perut," lirih Renal yang menyandarkan punggungnya pada jok mobil dengan memejamkan mata.

"Tapi kok, bisa sampai separah itu? Apa jangan-jangan itu salah satu gejala baru kehamilan?" gumam Adit.

"Jangan goda gue buat nukar kepala lo jadi ban mobil ini Dit." Adit yang ingin meledakkan tawa kicep seketika.
"Kayaknya karna ada cabenya," lanjutnya.

"Nah, itu alasan yang pantes."

Saat ini hanya ada keheningan. Adit yang fokus menyetir dan Renal yang sudah tertidur di sebelah Adit.

Di depan jalan sana, Adit melihat seseorang yang nampak tidak asing.
Yah, di depan sana ada Rasya yang juga menuju sekolah diiringi motor ninja putih Rafka.

"Itu kan Rasya, yang di sampingnya kayak si atlet karate dari kelas XII IPS-1. Mereka kok, deket-dekatan gitu?" pikir Rafka sesekali menoleh pada Renal yang pulas. "Apa tuh atlet pacar si Rasya? Kasian banget sohib gue kalau bener kejadian," tambahnya.

Di simpangan dekat sekolah seperti biasa Rafka tidak langsung ke sekolah. Dia akan ke markas menemui teman-temannya dulu sekaligus membangunkan mereka yang pastinya belum juga bangun saat ini.

Tak lama kemudian mobil Adit sudah terparkir di parkiran khusus roda empat SMAN Atlantik. Sebenarnya ia tak tega untuk membangunkan Renal, tapi mau menemaninya juga tidak bisa karena sang pacar pasti sudah menunggu di kelas.

"Ren, bangun woy!"

"Gak usah teriak, gue denger.
Ini udah di sekolah?" Renal melihat ke luar mobil.

Single Sampai HalalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang