SSH 16

8 1 0
                                    

SMA Atlantik sudah sepi sejak beberapa menit yang lalu. Mungkin tinggal Renal yang nangkring di motornya seorang diri. Tak ada tanda-tanda kedatangan teman Adit yang akan menumpang padanya itu.

"Si Adit ngerjain gue, apa gimana sih? Gila gue nunggu gak ada kepastian kek gini."

"Angkat gak Dit. Gak angkat telepon gue, gue gibeng lo."

Renal terus mendumel. HP-nya terus menghubungi Adit. Namun, selalu saja ditolak.

Tring,

'Jemput Rasya noh ke perpus! Jadi cowo gak usah cemen. Ngehindar-ngehindar segala kek cewek. Gue ama Anggi bantuin lu biar gercep dikit. Fighting bro'

Pesan dari Adit membuat Renal terkesima. Ia membenarkan kalimat-kalimat yang Adit berikan. Sebagai seorang cowok sejati, harusnya ia pantang mundur untuk memperjuangkan cintanya.

Tak ingin berlama-lama lagi, Renal segera berlari ke arah perpustakaan.

Sesampainya di dalam perpustakaan, netranya memusatkan pandangan pada sosok yang dicarinya sedang tertidur dengan posisi duduk. Kepalanya disandarkan pada meja dengan beberapa buku yang sepertinya habis dibaca olehnya.

"Ra ... bangun." Renal menepuk pelan pipi Rasya. Rasya sedikit terusik tapi tak kunjung bangun juga.

"Jangan ganggu Aka," gumam Rasya.

"Aka? Siapa Aka?" batin Renal bertanya-tanya. Namun, ia menepis pikiran negatifnya itu.

"Bangun Ranal," ucapnya lagi dengan nama panggilan yang dibuatnya. Dijepitnya hidung Rasya hingga sang empu terbangun karena kesulitan bernapas.

Badannya menegang dengan mata sesekali digosok pelan oleh jari-jarinya. "Ren ... ?" Rasya bergumam.

Renal hanya membalasnya dengan satu kedipan mata.

***

"Kita mau ke mana lagi, sih? Lo gak nyadar udah mau gelap?"

"Gue gak denger!"

Renal melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Ia sengaja membuat Rasya kesal di belakangnya.
Sudah seharian ia membawa Rasya berkeliling kota. Dan yang utama telah mengisi perut.

"Kita mau ke mana Renal?!" tanya Rasya ulang. Kali ini ia meninggikan suaranya.

"Lo ajak gue ke KUA?!" Mendengar ucapan konyol Renal, Rasya memukul pelan kepala Renal.

"KDRT mulu lo Ra, kalau kita jatuh gimana, heh? Lo mah selamat make helm."

Ya, helm milik Renal digunakan oleh Rasya saat ini. Meski Rasya sudah menolak, Renal bersikukuh agar Rasya saja yang memakainya.

"Heh, yang maksa si ... Eh, kok, ngebleng gini?" Rasya panik ketika laju motor melambat dan sedikit oleng karena mesinnya mati.

Untung saja Renal mampu mengendalikan motornya. Dengan cepat Rasya turun dari kuda besi itu diikuti Renal.

Rasya mengernyitkan alisnya kala Renal cengengesan usai mengecek motornya.

"Tenaganya habis," ujar Renal dibalas lirikan masam dari Rasya.

Rasya tak tahu posisi mereka saat ini di jalan apa. Tak ada suara bising kendaran lain. Hanya pohon-pohon pelindung di kedua sisi sepanjang jalan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 09 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Single Sampai HalalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang