SSH 04

19 12 6
                                    

Langit sudah gelap, udara dinginnya malam sangat terasa di kulit. Sepulang sekolah dan setelah makan siang Rasya hanya menghabiskan waktu dengan rebahan di tempat tidur.

Rasya sangat sulit untuk sarapan, nafsu makannya di pagi hari itu tidak bagus. Jika tidak ada Irham saat sarapan, pastinya ia tidak akan memaksakan diri untuk makan. Pagi tadi pun ia hanya mengambil sepotong roti dan tau 'kan kalau roti itu gak bikin kenyang.

Saat di sekolah harusnya ia tidak pingsan, hanya saja karena diajak berlari, ditambah berjam-jam berdiri dengan ceramah pak Harsen membuatnya pusing. Jika tau pak Harsen seperti itu lebih baik wali kelas saja yang datang, biarpun galak yang penting tidak sesial itu.

Sedari tadi HP-nya terus bergetar menandakan pesan masuk, karena malas hanya ia abaikan. Jika bukan Anggi siapa lagi, hanya dia yang suka iseng selalu mengirim pesan di jam-jam begini.

Tok tok tok!

"Ara, kamu makan malam dulu sana!" Terdengar ketukan pintu dan itu teriakan Alda.

"Duluan aja Ma!" sahutnya.

Mama memasuki kamarku. "Aka kok belum pulang Ra?" tanya Alda menghampiri Rasya yang masih berleha-leha.

"Aka udah biasa juga pulang malem, Ma." Selama libur ini Rafka selalu pulang malam kadang sampai tengah malam. Entah apa yang dilakukannya di luar sana.

"Kamu lupa kalau ayah bebasin dia hanya selama kalian libur sekolah, kalau ayah pulang dan Aka belum pulang ... Kamu tau sendiri 'kan akibatnya," ujar Alda khawatir.

"Ara coba hubungin Aka dulu Ma." Diambilnya Hp di atas meja lalu mencari kontak kembarannya itu. Panggilan terhubung tapi tidak dijawab. "Aka gak angkat Ma."

"Aka gimana sih, emang dia bisa hadapin ayah apa." Alda terlihat kesal tapi wajahnya memperlihatkan rasa khawatir seorang ibu.

"Ayah mau pulang jam berapa Ma?"

"Tadi siang, ngabarinnya bakal larut malam karna ada banyak kerjaan."

Rasya melihat wallpaper HP di tangannya. "Sekarang pukul 19.25, Aku coba cari Aka aja Ma."

"Yaudah, tapi jangan jauh-jauh! Kamu kan nggak biasa keluar malem."

Rasya melompat dari kasur lalu segera mengambil kunci motor di meja belajarku. "Aku pamit Ma, Assalamualaikum!" teriaknya meninggalkan Alda di kamar.

***

Jalanan cukup ramai dan sekarang Rasya kebingungan akan mencari Rafka kemana. Ia hanya menyusuri jalan dan sesekali melirik di pinggiran jalan. "Siapa tau aja tuh orang lagi ngamen." Rasya sedikit terkekeh dengan pikirannya.

Sudah hampir setengah jam Rasya berkendara di jalan namun tak menemukan tanda-tanda keberadaan Rafka.

Rasya menepi di pinggir jalan saat mendengar ada sedikit keributan.
"Wait, apa ini? Kok sepi sih, kalau ada makhluk halus yang lewat gimana nih? ... Tapi, kalau halus nggak kasar dong," lanjutnya lagi-lagi terkekeh.

Di depan ada sedikit tikungan, sepertinya keributan itu berasal dari sana. Pelan tapi pasti kaki Rasya terus melangkah membawanya mendekat. Ia bersembunyi di balik pohon untuk melihat lebih jelas.

"Keluar! Atau nih kaca mobil gua pecahin!"

"Pecahin aja bos! Capek nunggu-nunggu!"

Dapat terlihat dua orang bertubuh besar menggedor-gedor pintu mobil. Dari pakaiannya bisa dipastikan mereka adalah preman atau mungkin begal.

Salah satu dari mereka mengambil batu. "Gue pecahin nih!" ancamnya.

Seorang laki-laki keluar dari mobil. "Bapak-bapak ini siapa?" tanyanya dengan memberanikan diri.

Single Sampai HalalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang