6

1K 89 8
                                    

"Ini.."

Sooyoung menatap pintu putih yang berjarak beberapa langkah darinya untuk sesaat sebelum pandangannya kembali beralih pada kemeja putih dalam genggamannya. Sebuah noda berwarna merah terlihat samar-samar menempel di kerah kemeja sang suami. Hingga suara panggilan membuat wanita itu tersadar dari lamunannya dan menoleh pada asal suara. Sehun, pria itu mengintip dari balik pintu kamar mandi.

"Sayang, bisa tolong ambilkan handuk untukku? Aku lupa membawanya."

Ujar pria itu namun Sooyoung masih belum bergeming dari tempatnya. Menatap Sehun dengan tatapan yang tak dapat diartikan.

"Sayang?"

"Hm? Ah.. Tunggu sebentar."

Ujarnya pelan seraya meletakkan kemeja yang ia genggam ke dalam tempat cucian dan bergegas mengambilkan handuk untuk prianya.

"Ini."

"Terima kasih."

Saat Sehun hendak menutup kembali pintu, Sooyoung menahan pergerakan tangannya. Meraih tengkuk pria itu dan menatapnya dengan seksama. Lama ia memperhatikan leher jenjang nan lebar suaminya sementara Sehun menatapnya penuh arti dan tersenyum menggoda. Melayangkan kecupan singkat di kening sang istri.

"Aku tau apa yang kau pikirkan saat ini. Tapi mohon tunggu sebentar. Aku harus mandi."

"Ah.. Aku akan memanaskan makan malam untukmu."

Ucap wanita itu yang kini berbalik dan berjalan meninggalkan ruangan dengan tergesa-gesa.

-

"Sooyoung?"

Panggilan Sehun kembali membuat wanita itu tersadar dari lamunannya. Dengan segera ia membuka microwave untuk mengeluarkan segelas piring berisi lauk yang baru saja ia hangatkan.

"Aw."

Sooyoung meringis kesakitan ketika ia merasakan sakit yang menyengat di jemarinya kala tak mengenakan alat pelindung. Sehun yang melihatnya lantas berjalan mendekat. Menuntun sang istri menuju wastafel dan membasuh jemari Sooyoung yang kini memerah.

"Kau baik-baik saja? Apa yang kau pikirkan?"

Ujar pria yang tampak panik sementara Sooyoung hanya menanggapinya dengan tersenyum tipis dan menggeleng pelan. Perlahan ia melepas genggaman tangan sang suami dan mematikan keran air.

"Sepertinya aku butuh istirahat. Maaf tak bisa menemanimu."

"Em, tidurlah. Kau pasti kelelahan."

Sahutnya sembari mengusap pelan puncak kepala Sooyoung dan memberinya kecupan lembut di kening. Tanpa mengucap sepatah kata, wanita itu pun berbalik dan mulai melangkahkan kakinya menaiki tangga menuju kamarnya.

Dengan menutup pelan pintu kamar, wanita itu menyandarkan tubuhnya pada pintu. Seraya meletakkan telapak tangan di depan dada, ia menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan. Mengigiti kuku-kuku jemarinya dan menggeleng pelan sebagai bentuk penolakan atas apapun yang telah mengganggu pikirannya saat ini.

Sooyoung berjalan menuju ranjang dan merebahkan dirinya seraya menarik selimut hingga menutupi sebagian wajahnya. Ia menatap kosong pada lampu tidur di hadapannya dan perlahan mulai memejamkan mata.

"Karena itulah aku tak pernah menyetujui pernikahanmu dengannya."

"Mengapa aku harus membiarkan adikku yang berharga jatuh ke tangan pria sepertinya?"

"Haruskah kau menjadi sebodoh ini? Mengapa begitu mudah bagimu untuk memaafkannya?"

"Semuanya tak akan sama lagi Sooyoung. Ketika kepercayaanmu di khianati, pengkhianatan-pengkhianatan lainnya akan terus berlanjut."

Her Man [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang