Sooyoung mengedarkan pandangannya kala ranjang yang membawanya berhenti di depan pintu ruang operasi. Memperhatikan beberapa perawat dan dokter yang mengenakan pakaian OK. Pandangannya terkunci pada Chanyeol yang sedari tadi setia berada di sampingnya.
"Kak.."
"Aku sudah menjelaskan semuanya mengenai perceraianmu pada orang tua kita. Ayah tak keberatan dan ia menerima keputusanmu. Tak perlu mengkhawatirkan apapun. Nikmati waktu istirahatmu dan setelah kau terbangun nanti, kau akan merasa lebih baik."
Dengan senyum tipis yang menghiasi wajah cantiknya, wanita itu menggenggam tangan besar sang kakak.
"Kak."
"Hm.."
"Maafkan aku."
"Untuk?"
"Karena tak mendengarkanmu."
Ujarnya yang membuat Chanyeol tersenyum dan membalas genggaman tangan adiknya.
"Mengapa kau harus minta maaf? Semuanya pasti tidak mudah bagimu. Aku memahami itu."
"Meski begitu maafkan aku."
"Ah.. Ada apa denganmu? Kau membuat suasana menjadi sedih."
"Maaf."
"Kau meminta maaf lagi. Tak ada kata lain yang terpikirkan olehmu?"
"Em."
Sahut wanita itu membuat keduanya terkekeh sebelum akhirnya tim medis kembali menggeret ranjang beroda itu memasuki ruang operasi. Membuat genggaman tangan mereka perlahan terlepas. Disini, Chanyeol masih terdiam pada posisinya untuk beberapa saat hingga seseorang menepuk pundaknya.
"Kau datang."
"Bagaimana operasinya?"
Tanya Jaehyun yang diikuti Yoonju serta Irene di belakangnya. Pria itu mengalihkan pandangannya menatap pintu ruang operasi. Sementara Chanyeol mengedikkan bahunya seraya terduduk.
"Mereka baru masuk."
"Kita belum sempat memberinya semangat."
"Kalian bisa melakukan itu nanti."
"Ah wanita malang itu. Mengapa ia menyimpan semua bebannya seorang diri? Kami yang tak tau apa-apa ini malah memuji pria tak tau diri itu di hadapannya."
"Tolong jangan membahasnya lagi. Terlebih jika kalian sedang bersama Sooyoung nanti."
Ucap Chanyeol yang diangguki ketiga orang lainnya.
Sementara itu di dalam ruang operasi, Sooyoung yang masih belum kehilangan kesadarannya itu menatap kosong pada langit-langit ruang operasi hingga seorang dokter menggenggam lembut tangannya. Ia adalah Seungwan, sahabat yang sudah seperti kakak bagi wanita itu.
"Nona Park Sooyoung, izinkan saya bertanya untuk yang terakhir kalinya."
"Ya. Silahkan."
"Apakah anda benar-benar ingin menjalani operasi ini?"
"Ya."
"Ketika operasi pengangkatan rahim telah dilakukan, tak ada cara untuk mengembalikan semua seperti sedia kala. Kita bisa mencari jalan lain jika anda ingin mempertahankannya."
Ucapnya membuat Sooyoung terdiam untuk beberapa saat hingga wanita itu menghela nafas pelan dan kembali bersuara.
"Buang saja. Aku tak lagi membutuhkannya. Aku hanya ingin hidup."
Sahutnya seraya memejamkan mata. Membiarkan buliran bening itu menetes untuk terakhir kalinya dari pelupuk matanya. Setelah ini, ia tak ingin menangis lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Her Man [END]
Fanfiction{FANFICTION} Cinta yang selalu kau gaungkan itu adalah omong kosong paling sampah yang pernah aku dengar.