19

681 103 9
                                    

"Aku memilih istriku."

Ucap pria itu sekali lagi.

"Kau tak bisa melakukan ini semua padaku kak. Kau tak boleh melakukannya. Atau aku-"

"Kali ini ancaman apa lagi yang akan kau gunakan? Benar. Sejak awal aku memang bodoh karena semudah itu tergoda olehmu. Aku akui itu. Karena itulah aku tak ingin mengulangi kesalahan yang sama."

"Apa?"

"Ayo kita akhiri semuanya Yerim. Sebelum segalanya terlambat dan menghancurkan kita."

"Kau akan menyesali keputusanmu kak. Aku jamin itu. Kau akan mengalami penderitaan lebih dari yang aku rasakan."

Dengan kilatan amarahnya, ia bergegas meninggalkan rumah megah itu. Sehun menghela nafas pelan dan memejamkan mata sejenak sebelum akhirnya pria itu melanjutkan langkahnya menaiki tangga.

Di lain tempat, Sooyoung tampak sibuk dengan beberapa pekerjaannya. Dengan di temani Yoonju, Irene, serta Jaehyun, keempat orang itu menghabiskan berjam-jam waktu dengan menyelesaikan proyek kerja sama mereka.

"Ah aku ingin minum kopi. Tidakkah kalian ingin beristirahat?"

"Kau benar. Aku butuh minuman untuk menyegarkanku kembali."

"Bagaimana dengan kalian?"

Tanya Yoonju pada Sooyoung dan Jaehyun yang tak juga bergeming. Keduanya pun menoleh dan menggeleng pelan.

"Kalian pergilah. Biar kami selesaikan ini."

"Baiklah. Aku akan membawakan minuman untuk kalian. Apa yang ingin kalian pesan?"

"Americano."

Sahut keduanya kompak dan diangguki oleh Yoonju sebelum wanita jangkung itu berlalu pergi diikuti Irene di belakangnya.

"Kau memberinya kesempatan lagi."

Ujar Jaehyun setelah keheningan yang cukup lama. Membuat pergerakan jemari Sooyoung terhenti. Ia lantas menoleh menatap pria di sampingnya yang masih sibuk dengan beberapa berkas di hadapannya. Pria itu kemudian mengalihkan pandangannya menatap Sooyoung dan tersenyum simpul.

"Mengapa kau melakukannya?"

"Apa kau sedang melakukan tahapan wawancara?"

"Anggap saja begitu."

"Kau sendiri? Bagaimana denganmu?"

"Aku?"

"Apa kau masih memikirkannya?"

"Aku tak pernah memungut sampah."

Sahutnya yang membuat Sooyoung tersenyum tipis dan mengangguk mengerti. Ia kemudian meletakkan lembar kerjanya seraya bangkit. Berjalan menuju jendela ruang kerja itu dan memandang jalanan kota Seoul yang cukup lenggang dari atas.

"Kau tau, ternyata tidak semudah itu mengakhiri kisahku dengannya."

"Apa kau masih mencintainya?"

"Cinta.. Apakah hal itu benar-benar ada?"

"Jika hal itu tak ada, lalu apa yang membuatmu bertahan?"

"Loyalitas? Beramal? Entahlah aku tak tau bagaimana harus menyebutnya. Aku hanya.. tak ingin melepaskan milikku semudah itu."

Sooyoung berbalik dan menatap pria yang masih berada pada posisinya. Seling memandang dalam keheningan. Setelah terdiam untuk beberapa saat, Jaehyun menghela nafas pelan dan bangkit kemudian berjalan mendekat. Menatap lekat pada surai kecoklatan wanita di hadapannya.

"Kau menganggap ia milikmu?"

"Lebih dari itu. Aku tak akan melepaskannya karena ini adalah bagian dari pembalasan dendamku. Kepadanya, dan juga gadis itu."

"Balas dendam.."

"Aku tak akan membiarkan mereka bersama sedangkan aku harus menyaksikannya dan membuat orang-orang memandangku iba. Aku tak menyukai itu."

"Pada akhirnya kau hanya takut."

"Apa?"

"Kau hanya takut bagaimana orang-orang akan bereaksi tentang hal ini."

Ucapan Jaehyun membuat Sooyoung terdiam. Meremas lemah ujung pakaian yang ia kenakan dan menggeleng pelan.

"Kau merasa direndahkan karena wanita yang menjadi selingkuhannya tidak lebih baik darimu. Itu point utamanya."

"Tidak.."

"Dan itu adalah hal yang wajar. Aku memahami itu."

"Kau tak akan pernah mengerti."

"Apa yang tak bisa kumengerti?"

"Semuanya. Sembilan tahun yang kuhabiskan dengannya. Tak akan pernah ada yang mengerti bagaimana aku harus melalui semuanya. Ketika harus melihat sendiri bagaimana mereka bermain-main diatas tahun-tahun berharga itu."

Dengan sepasang matanya yang berair, Sooyoung menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan.

"Mungkin orang lain bisa mengatakan jika aku bodoh. Bahkan kakakku juga meneriakiku begitu. Terlampau sering."

Dengan tawa hambarnya, ia kembali menatap pria yang kini terdiam.

"Tapi.. Pernikahan tidak semudah itu tuan Jung Jaehyun. Kau tak bisa mengakhirinya semudah itu. Kau tak boleh melakukannya sesederhana itu."

"Lalu apa kau merasa lebih baik kini? Apa kau merasa bisa melupakan semuanya?"

"Tidak. Hal menjijikkan seperti ini tak akan bisa hilang bahkan jika mereka musnah dari peradaban. Kau tau, wanita adalah makhluk paling pendendam lebih dari yang bisa kau bayangkan. Mereka akan menyimpan kebencian itu bahkan di sisa-sisa umur mereka."

Sahut wanita itu seraya mengusap wajahnya dan kembali tersenyum. Mengenakan kacamata hitamnya dan berbalik seraya melambaikan tangan.

"Aku harus pergi. Kita lanjutkan nanti."

Ujar Sooyoung sebelum sosoknya menghilang dari balik pintu.

-

Sooyoung berjalan menuruni tangga. Dengan berpakaian rapi serta rambut yang ia ikat, wanita itu menenteng tas miliknya dan meletakkannya di atas meja.

 Dengan berpakaian rapi serta rambut yang ia ikat, wanita itu menenteng tas miliknya dan meletakkannya di atas meja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Cr : Pinterest)

Meraih selembar roti tawar dan mengoleskan selai kacang kesukaannya seraya menyeduh kopi panas yang telah ia siapkan sebelumnya. Pandangannya beralih pada sebuah amplop besar berwarna cokelat yang terletak di atas meja makan.

Wanita itu meletakkan kembali roti dan gelas minumannya kemudian berjalan menuju meja makan. Meraih amplop tersebut dan mengernyitkan kening. Perlahan, ia mulai membukanya dan mengeluarkan beberapa lembar foto yang membuat raut wajahnya berubah seketika.

Sebuah suara pintu yang di buka dengan kasar membuat atensinya teralihkan. Dilihatnya Sehun yang kini berlari kearahnya dengan nafasnya yang tak teratur.

"Sooyoung, aku bisa menjelaskan semuanya."

Ujarnya terbata-bata dan seketika tertegun kala melihat lembar foto yang berada dalam genggaman istrinya.

~~~

Her Man [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang