"Pengobatan yang kau jalani tak bisa menekan fibroid pada rahimmu. Sangat disesali untuk mengatakan ini. Tapi operasi pengangkatan rahim adalah pilihan terbaik."
Ucap Seungwan menghela nafas pelan seraya memandang Sooyoung yang duduk tegak dihadapannya. Wanita itu mengusap lembut punggung tangan sahabatnya.
"Tidak bisa begini. Hubungi Sehun, aku ingin berbicara dengannya. Ia harus mengetahui kondisimu."
"Tidak mau."
"Sooyoung, mengapa kau-"
"Kau sudah tau alasannya kak. Aku sudah mengatakannya padamu."
"Sampai kapan kau akan mementingkan egomu?"
Ujar wanita itu membuat Sooyoung terdiam.
"Pria itu harus tau bagaimana siksaan yang kau rasakan. Selama ini kau bersikap seolah semuanya baik-baik saja di hadapannya. Hingga membuatnya lupa akan kesalahan yang telah ia lakukan. Bukankah kau ingin menghukumnya?"
"Dari pada menghukumnya, aku lebih takut akan kehilangannya."
Sahutnya yang kini tertunduk dengan suaranya yang terdengar parau. Tubuhnya yang bergetar dan tampak jelas jika wanita itu tengah menahan tangisnya.
"Sooyoung.."
"Benar. Aku memang bodoh. Hukuman yang kukatakan hanya aku jadikan alasan untuk mempertahankan pernikahan kami dan menahannya untuk tetap berada di sisiku. Bukankah semua akan baik-baik saja? Aku hanya perlu berpura-pura jika semuanya baik-baik saja."
"Sayangnya kau sedang tak baik-baik saja. Kau terluka. Semua orang mengetahuinya kecuali kau dan pria itu."
"Kak-"
"Hubungi Sehun dan ceritakan semuanya. Kau membutuhkan wali untuk menjalani operasi ini."
"Bisakah kau yang menjadi waliku?"
"Sooyoung-"
"Aku tak ingin terlihat hancur kak!"
Pekik Sooyoung dengan tangisnya yang pecah membuat Seungwan kembali menghela nafas pelan. Wanita itu berjalan mendekat dan terduduk di samping sahabatnya sembari mengusap lembut punggungnya.
"Kau tak bisa merahasiakan ini selamanya. Jika kau tak ingin memberitahukannya pada suamimu, setidaknya kabari orang tua dan kakakmu. Bukankah mereka memiliki hak untuk mengetahui kondisimu?"
"Aku akan memberitahu kakakku untuk saat ini."
"Benar. Ia bisa menjadi wali untukmu. Aku akan meminta perawat Choi untuk menyiapkan beberapa berkas yang dibutuhkan."
Ujarnya seraya bangkit dan berjalan keluar ruangan meninggalkan Sooyoung yang kini menyeka air matanya. Ia menarik nafas panjang kemudian menghembuskannya perlahan. Meraih ponsel yang terletak diatas meja kemudian menekan tombol pemanggil.
"Halo."
Sebuah suara berat di seberang sana membuat wanita itu menggigit bibir bawahnya dengan tangisnya yang kembali pecah.
"Kak.."
-
"Kau bodoh atau gila? Berapa kali aku harus mengatakan padamu agar tak menemuiku lagi?"
"Aku tak akan berhenti sebelum kakak kembali padaku."
"Yerim tolong jangan seperti ini. Apa yang selama ini kita lakukan adalah kesalahan. Dan aku tak ingin mengulanginya lagi."
"Kak-"
Sebelum gadis itu melanjutkan ucapannya, suara panggilan yang berdering di ponselnya membuat Yerim menghela nafas dan memejamkan mata sejenak. Berdehem pelan sebelum menjawab panggilan tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Her Man [END]
Fanfiction{FANFICTION} Cinta yang selalu kau gaungkan itu adalah omong kosong paling sampah yang pernah aku dengar.