#10

794 75 0
                                    


enjoy!!!








"Maaf kemarin kakak bentak kamu."

Jihoon yang sedari tadi sarapan dengan diam serta menunduk pun mendongak menatap kakaknya yang tersenyum manis didepannya.

"Aku juga minta maaf kalau aku banyak nuntut kakak." Balas Jihoon pelan.

Jimin menyodorkan jari kelingkingnya kedepan Jihoon, "Baikan?"

Jihoon menerimanya dengan cepat dan tersenyum jenaka, "Oho, baikan."

Drtt.

Keduanya melepaskan tautan jari mereka saat handphone Jimin bergetar tanda ada notifikasi masuk, mungkin Jungkook.

mama : jim, hari ini jangan sekolah dulu ya? mama udah izinin kamu sama jihoon.

me : knp ma?

mama : nikahan mama dipercepat jadi besok.

mama : jadi kamu libur dulu aja sekolahnya hari ini, mama udah pesenin tiket pesawat sama sewa taksi buat jemput kamu sama jihoon.

mama : kamu bisa pulang lusa. mama sama jongin mau nginap disini sebulan sekalian honeymoon.

read.

mama : kata supir taksi nya, dia udah didepan rumah kamu. cepet berberes, ya? ditunggu kok sama supirnya.

mama : see u, girl.

"Kak? Udah nggak papa ya? Biarin mama nikah kalo itu bisa buat mama berubah." Kata Jihoon dengan pelan.

Sebenarnya Jihoon juga sedih, tapi kalau mamanya akan berubah menjadi baik karena ini, bagaimana jihoon bisa menghalangi?

Jimin hanya mengangguk kaku.

Jimin juga setuju saja, tapi masalahnya adalah—

JONGIN ITU TERNYATA KAKAK KANDUNG DARI SALAH SATU TEMAN SEKELASNYA YANG BIASANYA MENGATAINYA, EUNHA.

^^^

Jungkook sudah berulang kali menekan bel rumah Jimin. Tapi sang pemilik rumah tidak juga membukakan pintu.

Handphone Jimin maupun Jihoon pun tidak aktif, "Masa iya nggak ada kelas, jadinya mereka pergi main." Gumam Jungkook.

"Tapi masa iya handphone dua-duanya nggak aktif? Nggak mungkin banget, Jihoon kan anaknya suka update kegiatannya di medsos."

Jungkook akhirnya mencoba berpikir positif tanpa mencari tau, "Lagi liburan keluarga kali, ya? Mamanya kan jarang pulang. Jihoon kemarin kan bilang mamanya sempat pulang."

Terkutuklah mulut Jihoon yang kelepasan kemarin.

Dan akhirnya Jungkook berlalu dari rumah Jimin dengan membawa pemikiran bodohnya.

^^^

Sekarang hari kedua Jungkook tidak bertemu Jimin. Rasanya Jungkook sudah rindu sekali dengan gadis mungil itu.

Hari ini Jungkook pulang lebih awal. Ya namanya tidak ada kencan, tidak ada antar-jemputan dengan kesayangan, Jimin.

Baru saja membuka pintu utama rumah, Jungkook sudah disuguhkan dengan pandangan yang memuakkan.

Disana, Ayah dan Bundanya kembali berdebat. Lebih tepatnya bertengkar hebat.

Ayahnya memang sudah keluar dari rumah sakit tiga hari yang lalu.

"KAMU KALAU BICARA ITU DIPIKIR DULU!"

Terdengar suara ayahnya yang menggelegar didalam rumahnya.

"KAMU JUGA KALAU MAU BERTINDAK DIPIKIR DULU! BICARA ITU YANG SESUAI FAKTA, JANGAN MENGADA-NGADA!"

Suara bundanya juga terdengar tak kalah nyaring.

"YANG BICARA MENGADA-NGADA ITU KAMU! TIDAK ADA BUKTI KUAT TAPI SUDAH MENYIMPULKAN SENDIRI, SIALAN!"

Sudah cukup.

Kakinya sudah akan melangkah untuk pergi, tapi tiba-tiba ucapan Jimin dan Jieun terngiang-ngiang dalam kepalanya.

"Kan aku udah sering bilang ke kamu, jangan pernah lari dari masalah. Kamu bakal tersakiti terus menerus, karena kamu nggak tau akar permasalahannya dan kamu nggak mau coba nyelesaiinnya. Jangan biarin masalah kamu berlarut-larut."

"Selama ini kamu nggak selalu ada disamping ayah kamu atau di samping orangtua kamu. Jadi, kamu mana tau apa yang dilakuin mereka selama kamu nggak ada, hm?"

Jungkook termenung cukup lama didepan pintu. Sampai suara kedua orang tuanya menyentak lamunannya.

"JUNGKOOK?!"

^^^

"Ayah? Bunda?"

Hening.

"Apakah karena ada aku, kalian jadi diam? Saat aku tidak ada tadi, kalian banyak bicara bahkan dengan berteriak. Ah, bisakah aku menyebutnya itu bertengkar?" tanya Jungkook dengan terkekeh pelan.

Matanya menatap tajam kedua orangtuanya yang tetap bungkam ditempatnya.

"Apakah kalian akan berbicara lagi jika aku pergi? Kalau begitu aku akan pergi."

Jaejong dengan cepat menahan lengan Jungkook saat anak itu akan pergi.

Menatap Jungkook dengan berlinang air mata, Jaejong menggelengkan kepala tanda tak ingin Jungkook pergi.

Jungkook menghela nafas.

Yunho segera duduk disofa sana dengan masih terlihat jelas sedang menahan amarah.

"Bun, plis. Aku anak kandung kalian kan?"

"Tentu saja, kamu ini bicara apa?" sahut Jaejong pelan.

"Kalau begitu, ceritakan padaku ayah dan bunda kenapa? Kenapa selalu bertengkar?" tanya Jungkook dan membawa serta ibunya menuju sofa juga untuk duduk. Supaya lebih tenang.

15 menit berlalu dengan sia-sia. Keduanya benar-benar bungkam total.

Jungkook mengetatkan rahangnya. Berusaha menahan amarah.

"Apakah ayah akan diam saja juga?"

Yunho berdiri dari kursinya. Menepuk dan meremat pelan bahu kekar Jungkook dan berkata "Kamu kuliah yang bener aja, ya? Supaya bisa nerusin ayah."

Yunho pergi tanpa sempat ditahan Jungkook.

"Bunda, plis. Cerita ke Jungkook. Apa ini ada hubungannya dengan kejadian sepuluh tahun yang lalu?" tebak Jungkook tak sabaran.

Sepertinya benar. Terlihat dari Jaejong yang sedikit tersentak.

"Jadi bener ya?" tanya Jungkook pelan.

ᴋᴏᴏᴋᴍɪɴ ɢꜱ (ᴇɴᴅ) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang