#5

947 100 0
                                    

enjoyyy!!! ^^













Jimin baru sampai dirumah pukul setengah sembilan malam. Tadinya Jungkook ingin mengantar, tapi nada sarkas dan tatapan tajam Jieun membuat Jimin sadar diri. Akhirnya, ia pulang jalan kaki, lagi.

"Kakak habis dari mana? Kok baru pulang?"

Jimin yang akan memasuki kamar menolehkan kepala menatap adiknya yang sedang bersandar didepan pintu kamarnya yang terletak di seberang kamar Jimin.

"Habis nugas sama jenguk ayah Jungkook."

Jihoon hanya mengangguk singkat ditempatnya.

"Kamu kenapa belum tidur? Laper? Belum makan?"

Jihoon menggeleng dan menegakkan badannya.

"Aku udah makan tadi sama Guanlin. Habis dari sini dia."

"Oh, yaudah. Jangan tidur terlalu larut!" titah Jimin sambil berlalu.

"Bentar, kak." Jihoon menahan tangan Jimin.

"Kenapa? Kamu kok kayak gelisah." Akhirnya, Jimin menghadap Jihoon. Menatap adiknya khawatir.

"Besok mama pulang, kak." Kata Jihoon lirih dengan kepala menunduk.

Jimin terdiam sebentar, meremas bahu adiknya pelan guna untuk menarik perhatian.

"Dengerin kakak! Kamu jangan mikir aneh-aneh. Jangan kebawa perasaan, kamu harus mengedepankan akal kamu, supaya mama nggak gampang ngebodohin kita." Pesan Jimin.

"Nggak bisa, kak. Dia itu—"

"Jihoon, kontrol emosi kamu. Kalau kamu ikutan memanas, mama akan lebih nantinya."

"T-ta-tapi kak hiks—"

Memang pundak Jimin adalah tempat bersandar paling nyaman. Tadi Jungkook, sekarang Jihoon.

Jimin menghela nafas sebelum tangannya terangkat untuk mengelus rambut panjang sang adik dengan lembut.

^^^

Sepertinya malam ini Jimin tidak bisa tidur, lagi. Pikirannya sedang kalut.

Jadi, daripada cuma diam dan berakhir overthinking, lebih baik mengerjakan tugasnya yang menumpuk sampai larut malam demi menghilangkan kekalutannya.

^^^

"KAK!!! BANGUN IH!!!"

"JUNGKOOK UDAH DIDEPAN TUH!"

Brak.

"KAK?! Kok tumben sih belum bangun?"

"Bentar, hoon. Lima menit lagi."

"Daritadi lima menit mulu. Lima menit apa lima jam? Udah mau jam delapan kak, cepet bangun!" cerocos Jihoon.

"Hmmm." Gumam Jimin tidak jelas.

Jihoon menggeram kesal, "Tau ah."

Brak.

Suara pintu yang dibanting pun tetap tidak bisa membangunkan Jimin. Maklum, Jimin baru bisa tidur pukul 4 tadi.

"Lo berangkat duluan aja deh. Kayaknya Kak Jimin nggak ngampus." Ucap Jihoon dengan berdecak kesal.

"Kenapa? Sakit?" tanya Jungkook khawatir.

"Nggak. Nggak tau gue, kenapa hari ini dia kebo banget."

"Gue susul deh."

"Serah."

Jungkook baru saja naik tangga, tapi teriakan Jimin terpaksa menghentikan langkahnya.

"LOH UDAH MAU JAM 9??!! JIHOON KENAPA NGGAK BANGUNIN KAKAK???"

Jihoon ditempatnya tersenyum miris dan balas berteriak.

"ANJIR LAH KAK!"

Jungkook cengo.

^^^

"Yang telat keluar!" perintah dosen dikelas Jimin dengan nada dingin.

Itu juga berlaku dikelas Jungkook. Memang keduanya sering kali mempunyai jam yang sama saat kuliah. Karna itu juga, mereka jadi mudah berangkat dan pulang bersama jika tidak ada kumpul organisasi.

Jungkook hanya mengangguk dan Jimin menggigit jarinya cemas.

"Kook, maaf ya."

Jungkook menatap Jimin dengan menaikkan sebelah alisnya bingung.

"Gara-gara aku, kita jadi telat. Harusnya tadi kamu berangkat aja dulu, kenapa nunggu aku?" Jimin menatap Jungkook merasa bersalah.

Masalahnya, kalau nanti Jungkook ketauan telat sama tantenya atau orangtuanya, Jungkook akan dimarahi habis-habisan lalu dihukum dan berakhir dengan keluarganya yang semakin merenggang.

"Nggak papa, kak. Telat sama kakak baru sekali ini juga, kan?" kata Jungkook menenangkan, tak lupa senyumannya.

Jimin hanya ikut tersenyum kikuk.

Perkataan Jungkook tidak mempan! Apalagi setelah ingat perkataan Jieun semalam!

Dan lebih parahnya, Jieun itu salah satu dosen di kampus Jungkook dan Jimin!

^^^

"Jungkook? Kok diluar? Nggak ada kelas?" tanya Jieun saat berpapasan dengan Jungkook dikoridor kampus.

"Telat. Disuruh keluar."

"Kamu kenapa telat? Bukannya tadi udah berangkat pagi?" tanya Jieun.

"Nunggu Jimin dulu." Jawab Jungkook tanpa beban.

Jimin yang sedari tadi bersembunyi dibelakang punggung lebar Jungkook meneguk ludah susah payah.

Jieun menatap Jimin tajam, "Tante kan udah bilang Ji—"

Jungkook menarik lengan Jimin dan melengos pergi.

"Kook, nggak sopan!" ingat Jimin.

"Udah nggak papa."

Menurut Jungkook, sesinis-sinisnya Jieun, tantenya tidak mungkin melakukan hal kelewat batas atau menemui Jimin secara langsung. Karena selama ini tantenya hanya menggerutu didepan Jungkook.

Tante tidak mungkin berani mendatangi milikku, setidaknya itu pikiran Jungkook.

^^^

"Bolos yuk!" ajak Jungkook.

Jimin menatap Jungkook berbinar, "Yuk!"

Ya meskipun jika telat termasuk bolos, Jungkook dan Jimin selalu berkata seperti itu. Tak lama keduanya tertawa keras menyadari kebodohan diri sendiri.

Jungkook dan Jimin yang sedang duduk ditaman pun berdiri. Lengan kekar Jungkook sudah nangkring sempurna disekeliling bahu Jimin. Dan Jimin juga terang-terangan melingkarkan tangannya dipinggang Jungkook.

Yang iri biar tambah iri, kata mereka.

Sepanjang koridor yang sepi akhirnya hanya diisi oleh tawa pelan keduanya.

Jungkook merangkul Jimin erat dan mencium lembut kening kesayangannya membuat gadis yang tinggi badannya hanya mencapai sebatas dada Jungkook itu merasa nyaman.

"Aku sayang kamu, ji."

Gadis itu tersenyum manis dalam dekapannya, "Aku juga sayang kamu, kook."

ᴋᴏᴏᴋᴍɪɴ ɢꜱ (ᴇɴᴅ) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang