#11

748 77 0
                                    


enjoyyy!!!








"Dengerin bunda, ya?"

Jungkook mengangguk pelan. Menggenggam telapak tangan bundanya erat guna saling menguatkan.

"Sepuluh tahun yang lalu adalah masa kebangkrutan perusahaan ayah kamu, kan? Kita benar-benar jatuh miskin saat itu. Tidak ada sanak keluarga yang mau membantu kita. Satupun tidak ada yang mau membantu kita." Ucap Jaejong dengan mengenang masa itu, emosinya otomatis memuncak. Tetapi Jungkook berhasil menenangkan sang ibunda.

"Bunda menemani, menyemangati, mendukung ayahmu mulai dari nol. Membangun lagi kepercayaan orang-orang supaya bisa mempercayai usaha ayahmu yang saat itu masih sangat kecil. Dan itu semua berlalu selama lima tahun. Kamu, Jungkook—" Jaejong membelai lembut surai sang putra, Jungkook memejamkan mata menikmatinya.

"Bunda bener-bener nangis setiap malam dalam dekapan ayah saat melihat anak diusia kamu yang seharusnya fokus belajar dan sesekali bermain dengan temannya, kamu malah membantu ayah dan bunda bekerja. Bunda benar-benar merasa jadi orangtua yang gagal saat itu." Jaejong menghentikan ceritanya saat dirasa isak tangis mulai mendominasi.

"Bunda nggak pernah gagal. Buktinya Jungkook udah kuliah, dua tahun lagi lulus."

"Sejak saat itu, ayah dan bunda janji sama diri masing-masing agar terus bekerja keras supaya kamu tidak merasa kekurangan lagi." Jaejong menghembuskan nafas lelah, "Tapi bunda tidak menyangka. Karena kita berdua terlalu bekerja keras, kamu terabaikan. Banyak masalah kantor yang harus dihadapi, ayah dan bunda menuntut diri supaya bekerja lebih keras agar tidak lagi mengalami kebangkrutan. Banyak masalah kantor membuat ayah dan bunda stress. Awalnya Ayah dan Bunda kompak saling memberi motivasi saat salah satunya memiliki masalah. Kita terus-terusan membicarakan pekerjaan dan tanpa sadar waktu untuk bersantai hilang."

"Waktu untuk berdiskusi tentang pekerjaan pun lama-kelamaan menghilang, karena ayah dan bunda benar-benar disibukkan dengan masalah kantor. Emosi kita tidak stabil, itu yang membuat ayah dan bunda selalu bertengkar saat dirumah. Sebenarnya, setelah bertengkar, ayah dan bunda pun sadar kalau kita terlalu membesar-besarkan masalah. Tetapi entah kenapa, itu tetap terjadi sampai sekarang. Bunda dan ayah benar-benar bodoh dalam mengendalikan emosi."

Jaejong memeluk Jungkook erat, "Maafin kita ya sayang kalau kamu keganggu. Karena kamu udah tau, lain kali jika ayah dan bunda kelewatan, kamu wajib mengingatkan, ya?"

Jungkook menghapus setitik air matanya yang jatuh lalu tersenyum lembut menatap bundanya.

"Iya, bunda."

^^^

Jungkook merebahkan dirinya dikasur dengan perasaan, lega? tenang?

Entahlah, intinya Jungkook merasa bebannya sedikit terangkat saat sudah mengetahui kebenaran tentang orangtuanya.

Memikirkan orangtuanya, Jungkook jadi merasa berdosa sekali. Selama ini ia berfikir bahwa orangtuanya sudah tak memperdulikan dirinya, tapi ternyata mereka sangat menyayanginya walaupun cara penyampaian kasih sayangnya sangat salah.

Sungguh, Jungkook tak apa hidup kekurangan asalkan keluarganya bahagia tanpa ada pertengkaran hanya karena uang. Apapun itu Jungkook akan bahagia, asalkan selalu bersama keluarganya, sahabatnya, dan tentu saja Jimin-nya—

ᴋᴏᴏᴋᴍɪɴ ɢꜱ (ᴇɴᴅ) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang