#15 (END)

1.5K 90 10
                                    


enjoyyy!!!








Jungkook mengerjabkan matanya pelan. Astaga, kenapa dia jadi ikutan tidur dengan Jimin?

Eh, dimana gadis itu? Tempat disebelahnya kosong, Jimin pasti sudah bangun. Ini masih jam 6 astaga! Apakah Jimin insomnia setiap hari? Gadis kesayangannya itu bisa jatuh sakit!

Jungkook bangun dan duduk. Matanya sibuk menelisik kamar Jimin. Itu dia! Jimin ada dilantai dekat kasur. Bertekuk lutut, bertumpu dagu, dan memandang kosong ke depan. Jungkook ikut duduk disamping gadis itu.

"Kenapa udah bangun?" tanya Jungkook lembut.

"Karena ingin." Jawabnya lirih. Tapi, tidak apa. Jimin sudah mau diajak bicara. Sudah mau merespon. Kemarin-kemarin, gadis itu hanya diam bak patung.

"Kalau terlalu sering, nanti kamu sakit. Mau makan? Aku ambilin ya?" tawar Jungkook.

Jimin menggeleng, "Air aja."

Kedua tangan kekar Jungkook menangkup pipi Jimin pelan, "Makan, sayang. Lihat, badan kamu tinggal tulang aja loh. Mau jadi tengkorak berjalan? Hm?"

Jimin membuang muka, masih sedikit enggan menatap siapapun.

Jungkook menghela nafas. Sedikit beringsut untuk duduk bersila didepan Jimin.

"Ji, jangan dipendem sendiri. Kamu punya aku, sayang. Bagi kesedihan kamu sama aku." Ungkap Jungkook dengan menggenggam kedua tangan mungil nan kurus milik Jimin. Astaga kelingkingnya bahkan ikut mengurus.

Jimin menunduk, balas menggenggam erat tangan Jungkook, "A-aku nggak bisa. Cukup kamu terus disamping aku, aku akan terus berusaha baik-baik aja."

"Yang penting jangan pura-pura baik-baik aja, Ji. Aku merasa selama ini nggak becus jagain kamu. Kamu selalu ada buat aku, tapi aku nggak pernah ada buat kamu."

Jimin mengerjap pelan. Jungkook menangis? Benarkah? Jari-jari mungilnya mengusap pelan air mata Jungkook, "Jangan nangis." Jungkook menggenggam jari-jari mungil tersebut untuk dikecupnya sebelum menarik Jimin kedalam pelukannya.

Jimin membalas pelukan Jungkook tak kalah erat. Menghirup dalam-dalam aroma tubuh Jungkook yang membuatnya tenang. Semakin menenggelamkan kepalanya kedada bidang pemuda tersebut yang hangat.

Jungkook hanya menikmatinya. Sampai beberapa menit kemudian, kemejanya terasa basah. Jimin menangis kah? Pantas saja dia terus bergerak tak nyaman dalam pelukannya.

"Kenapa nangis?"

Jungkook menunduk menatap apa yang dilakukan Jimin. Gadis itu tidak menangis, tapi— BERDARAH!!!

Dengan perasaan khawatir membuncah, Jungkook berusaha mengangkat wajah Jimin, "J-ja-jangan. Pusing." Sela Jimin terbata-bata.

"Mana tisunya?"

Jimin menunjuk meja yang ada dikamarnya dengan tangan gemetar. Badannya membungkuk. Perutnya sakit. Mimisannya juga belum berhenti. Mau teriak 'sakit' tapi tidak bisa. Yang dilakukan hanya menggigit bibir bawahnya kuat-kuat.

"Jangan digigit. Nanti berdarah juga."

Sebelum Jimin menjatuhkan kepalanya kelantai, Jungkook sudah lebih dulu mendekapnya, "Yang mana yang sakit?"

ᴋᴏᴏᴋᴍɪɴ ɢꜱ (ᴇɴᴅ) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang