1

6K 55 0
                                    

Ini ke tiga kali nya Nisa berdiri di tempat yang sama memandang bangunan kotak berselimut hitam yang sangat mulia. Pandangan nya kabur oleh air mata bahagia. Harapan nya, doa nya semua cinta nya akhirnya tercapai.
" Tuhan, terimakasih untuk semua kebahagiaan ini. Untuk semua rasa sakit di masa lalu. Untuk semua pengalaman hidup yang tak ternilai itu. Terimakasih "
Ucap nya lirih hampir tak bisa di dengar orang lain.
Nisa tidak menyadari selama tiga kali dirinya berada di tempat ini, seorang pria selalu memperhatikan nya. Seorang pria yang hampir khawatir mati karena selama tiga hari terakhir belum melihat nya, padahal biasa nya di tahun - tahun sebelum nya dia pasti bisa melihat Nisa di tempat yang sama, dengan postur yang sama, dengan kalimat yang sama juga. Dan akhirnya setelah tiga hari kalang kabut mencari, Fazza bisa melihat wanita yang membuat jantung nya berdebar tidak teratur selama beberapa hari terakhir ini.
" Kamu menemukan nya?"
Teman nya, Iman bertanya. Fazza mengangguk sambil tersenyum lembut.
" Yang mana? Aku mau melihat nya. Wanita yang bisa membuat es seribu tahun ini meleleh."
"Tidak, sebelum ummi ku melihat nya. Tidak ada yang boleh melihat nya. Aku akan menemui ummi dulu."
Fazza berbalik menemui ummi nya di sisi lain bangunan suci itu. Dia berjalan tergesa - gesa. Akhirnya Fazza melihat ummi nya sedang berdoa dengan khusyu sambil memandang bangunan kotak yang sama. Fazza mendekati nya perlahan. Padahal dalam bayangan nya dia sudah menarik ummi nya untuk segera ikut bersama nya.
" Ummi..."
Di panggil ummi nya dengan halus. Ummi nya menoleh dan tersenyum.
" Kamu menemukan nya?"
Fazza tersenyum bahagia dan mengangguk. Ummi tertegun melihat senyum yang belum pernah di lihat nya dari anak nya ini. Kali ini dia yakin kalau anak nya menemukan jodoh nya. Apa lagi ini terjadi di rumah Tuhan nya. Ummi mengangguk.
" Baik lah, ayo bawa ummi pada nya."
Fazza mengangguk dan membimbing ummi nya ke tempat Nisa berdiri. Fazza menatap Nisa , " yang itu ummi. Yang bersandar pada tiang dan melamun menatap ke tengah itu."
Ummi mengikuti pandangan Fazza dan menemukan Nisa.
" Tunggu di sini, ummi akan mengajak nya makan. Siapkan restoran nya. "
" Terimakasih ummi"
Jawab Fazza tersenyum bahagia. Dia yakin doa nya selama tiga tahun ini tidak akan sia- sia.
💦💦💦

Ummi mendekat pada Nisa dan menyapa nya,
" Hallo, bisa kita bicara sebentar?"
Nisa memandang ummi dengan curiga. Dia juga tak mengerti bahasa nya.
" Maaf nyonya, saya tidak mengerti apa yang anda coba katakan pada saya. "
Nisa menggunakan bahasa Inggris untuk membuat ummi mengerti bahwa dia tak bisa mengerti bahasa nya. Ummi tersenyum dan kembali menanyakan maksud nya dengan bahasa Inggris.
" Bisa kita bicara sebentar? Saya memesan makan siang di restoran dekat sini. Ku mohon. Sebentar saja.."
Ummi memandang Nisa dengan lembut. Nisa memikirkan nya sejenak.
" Saya di sini dengan pemandu ibadah saya. Bisakah anda menunggu sebentar? Saya akan bicara pada nya dulu."
" Tentu" ummi mengangguk setuju.
Nisa berjalan menghampiri pemandu ibadah nya.
" Mas, bisakah saya keluar sebentar? Ada seseorang yang meminta saya untuk makan siang di restoran depan."
" Siapa mbak? Mbak Nisa kenal orang itu tidak? Jangan pergi dengan sembarang orang mbak."
Mas Imron mengenal Nisa karena menjadi pelanggan tahunan ibadah tour nya.
" Saya enggak kenal mas. Atau gini aja, mas Imron ikut saya makan siang bareng. Sekalian jadi penerjemah saya kan?. Siapa tau saya bakalan dapet rejeki nomplok gitu.."
Nisa menyarankan dengan bercanda. Mas Imron memikirkan nya sebentar dan mengiyakan usul Nisa. Daripada pelanggan nya ilang di bawah asuhan nya, kan enggak lucu...
Nisa menghampiri ummi dengan mas Imron. Ummi memandang laki- laki itu curiga. " Siapa dia?"
Nisa tersenyum dan menjawab, " dia pemandu ibadah saya nyonya. Tolong jangan terganggu."
Ummi mengangguk mengerti.
" Baiklah, ayo ikut dengan ku. Kita akan makan siang bersama. Kamu suka makan apa nak? Akan aku siapkan untuk mu nanti."
Ummi memegang tangan Nisa dengan akrab. Nisa bingung dengan kasih sayang yang tiba-tiba di tunjukkan ummi. Dia merasa ada yang aneh.
Mereka bertiga berjalan berdampingan. Mas Imron masih tidak mengerti apapun. Dia bingung dengan pemandangan yang baru saja di lihat nya. Setahu dia, orang pribumi daerah itu tak akan mendekati apa lagi akrab dengan pendatang. Kenapa sekarang berbeda?
Akhir nya mereka samai di tempat makan siang. Itu bukan tempat biasa. Ternyata Fazza memesan privat room di hotel mewah. Nisa sempat tertegun memasuki hotel.
" Maaf nyonya, bukan kah kita akan makan siang? Kenapa ke sini?"
" Kita makan di sini, ada yang ingin ku bicarakan dengan mu. Juga seseorang ingin bertemu denganmu."
" Siapa?"
" Anakku" ummi tidak menyembunyikan apapun.
Nisa masih linglung dengan informasi yang tiba-tiba di dapat nya.
" Kenapa anak nyonya ingin bertemu dengan saya?"
" Kamu akan mengerti nanti"
Ummi tersenyum menjawab pertanyaan Nisa. Akhirnya mereka sampai di sebuah ruangan dengan pintu berwarna emas. Ummi mengetuk pintu sambil mengucap salam. Seorang pria menjawab salam nya dari dalam. Nisa tertegun mendengar suara rendah seorang pria. Jantung nya berdetak lebih cepat. Beberapa saat kemudian pintu di buka oleh seorang pria tinggi dengan pakaian serba putih bersih. Nisa merasa laki-laki ini sangat tinggi. Dia sampai harus mendongak untuk melihat wajah nya. Tapi setelah dia melihat wajah nya, Nisa menyesal. Jantung nya berdetak tidak karuan. Wajah tampan, mata hitam tajam, dengan sedikit rambut halus di janggut nya. Sangat seksi. Nisa tak dapat melihat rambut nya karena tertutup kali putih juga.
" Ini putra ku, Fazza. Ayo masuk dulu."
Ummi memecah keheningan canggung itu. Dia juga memperhatikan putra nya yang biasa aktif malah terbengong saat melihat Nisa. Dia hanya menggeleng dalam hati. 'Apa ini? Benar-benar tak di sangka.'
Fazza memulihkan ketenangan nya. Dia berdehem dan mempersilahkan Nisa dan yang lain nya masuk.
" Silahkan masuk."
Hanya ada satu meja bundar dengan empat kursi di dalam nya. Tapi ruangan itu sendiri sangat mewah berlapiskan emas. Nisa masih terheran-heran dengan orang yang membangun nya. ' orang-orang ini benar sangat kaya. Hingga menginjak- injak emas pun mereka tak sayang.'
Fazza menarik kursi untuk ummi nya. Kemudian untuk Nisa. Dia tersenyum dan mempersilahkan Nisa untuk duduk.
" Terimakasih" Nisa masih canggung dengan perlakuan Fazza.
" Siapkan makanan nya." Fazza berkata pada seorang pelayan yang sedari tadi berada di belakang nya.
Mas Imron masih tertegun mengamati semua yang terjadi. Dia sama sekali tak mengerti. Dalam hati dia membatin, ' kenapa seperti sebuah acara perjodohan orang sini ya?! Apa laki-laki ini menyukai mbak Nisa?'
Nisa mulai tak tenang. Dia merasa aneh. Kenapa mereka sangat baik pada diri nya.
" Maaf nyonya, bisakah saya tau kenapa nyonya memanggil saya untuk makan disini? Saya tidak mengenal nyonya sama sekali. Jadi saya sedikit bingung dengan semua ini."
Ummi tersenyum, sambil menatap Nisa dia menjawab.
" Anakku Fazza sangat menyukai mu. Maukah kamu menikah dengan nya?"

Nisa tertegun mendengar jawaban ummi. Seperti ada petir menggelegar di otak nya. ' apa yang baru saja aku dengar? Menikah? Dengan lelaki tampan ini? Bagaimana mungkin?'
Nisa memandang mas Imron, berharap mendapat penjelasan yang dia butuhkan sekarang juga. Mas Imron hanya tersenyum dan mengangkat bahu nya tak mengerti. Dia benar-benar tidak faham dengan situasi nya. Kenapa tiba-tiba ada lamaran seperti ini?

" Maaf nyonya, saya tidak mengenal anda dan juga anak anda. Bagaimana mungkin anda meminta pernikahan atas nama anak anda pada saya?"
Ummi tersenyum dan memandang anak nya.
" mulai dari sini Kamu yang harus menjelaskan nya sekarang. Ummi juga baru mendengar sebagian cerita saja darimu. Ayo bicara.."
Fazza berdehem untuk menetralkan detak jantung nya.
" Baiklah. Aku akan memperkenalkan diriku dulu. Namaku Fazza. Aku melihatmu pertama kali di bandara saat kedatangan mu di sini tiga tahun lalu. Saat itu kamu sedang membantu seorang wanita tua dari negaramu yang tiba-tiba terserang stroke. Itu pertama kali aku memperhatikan mu. Maaf. Setelah saat itu aku sering melihatmu di banyak tempat yang aku kunjungi untuk urusan pekerjaan. Jadi aku semakin memperhatikan mu. Dan tiga tahun sampai sekarang aku selalu menunggu di balik tiang yang sama di mana kamu selalu berdoa di rumah Tuhan di setiap tahun nya. Aku pasti di sana. Aku mendengar doa yang sama setiap tahun nya. Rasa syukur yang sama setiap tahun nya. Dari sana aku semakin tertarik padamu. Begitulah awal aku tertarik untuk lebih mengenal mu. Bisakah kamu menerima pinangan ku?"
Nisa masih tertegun. Dia mendengarkan semua yang di katakan lelaki ini. Tapi saat semua kata di kelompokkan bersama, dia tak mengerti maksud dari satu pun kata-kata itu. Seperti ada petasan meledak di kepala nya.
" Boleh kah saya memikirkan nya dulu? Ini sangat mendadak. Dan anda belum mengenal saya sama sekali. "
" Saya bisa belajar mulai sekarang. Saya tidak keberatan. "
Fazza menjawab dengan lancar. Ummi bahkan sampai terbengong dengan jawaban langsung dari anak nya itu. Nisa tersipu malu.
" Baik lah. Setidak nya saya harus mengatakan hal terpenting tentang diri saya. Saya seorang janda dengan dua orang anak. Suami saya menceraikan saya karena tidak puas dengan pelayanan saya terhadap nya. Itu adalah titik hitam dari hidup saya. Apakah kamu masih ingin maju pada saya?"
" Ya!"
Fazza menjawab nya tanpa keraguan. Ummi nya tersenyum saja dengan kelakuan anak nya.
" Jadi bagaimana Nisa? Apakah kamu menerima pinangan dari anak ku? Dia memang tak muda lagi. Tapi dia masih perjaka asli. Aku bisa menjamin nya di bagian itu."
Ummi tersenyum sambil mengatakan nya. Dia tau anak nya sudah tak sabar lagi untuk membawa Nisa pulang ke rumah nya. Nisa merenung sebentar. Akhirnya dia mengangguk.
" Baik lah, saya akan mencoba nya. Bagaimana pun semua keputusan ada di tangan ku. Tapi saya punya beberapa kondisi yang harus anda penuhi."
" Aku akan memenuhi semua syarat sesuai kemampuan ku."
Fazza menjawab langsung.
" Pertama, mari kita bertunangan dulu sekarang. Beri diri kita waktu selama setahun untuk saling memahami pribadi masing-masing. Setelah setahun saya akan datang di waktu yang sama, di tempat yang sama. Jika kamu belum berubah terhadap saya, maka ayo menikah di hari itu."
" Aku bisa menerima kondisi ini."
Fazza menerima nya dengan mudah. Walaupun dia merasa tidak aman, tapi kondisi ini juga ada dalam perkiraan nya.
" Yang ke dua, saya menginginkan pernikahan yang di akui oleh kedua negara kita. Tolong siapkan semua prosedur nya dari pihak mu setelah setahun kemudian saat pernikahan kita di laksanakan."
" Akan aku urus sesegera mungkin"
" Yang terakhir. Saya tak menerima poligami."
Fazza menaikkan alis kanan nya.
"Aku hanya menyukaimu selama kehidupan ku. Poligami apa?"
Fazza menjawab dengan cemberut. Dia jujur dengan jawaban nya. Dia belum pernah menyukai wanita manapun. Hanya Nisa. Ummi nya juga tak bisa menahan tawa.
" Jangan khawatirkan soal itu nak, dia sangat membenci wanita yang melirik nya sebelum bertemu dengan mu. Dia secara keseluruhan adalah budak mu."
Wajah Fazza memerah mendengar perkataan ummi nya. Akhirnya ummi berkata,
" Baik lah, karena kamu menyetujui pertunangan dulu maka sudah waktu nya mengenakan cincin pertunangan." Ummi mengeluarkan kotak beludru berwarna biru gelap. Dia membuka nya. Ada dua cincin pasangan di dalam nya. Nisa tertegun memandang kotak itu. ' mereka tentu sudah siap' pikir Nisa dalam hati. Ummi mengambil tangan kiri Nisa dan memasukkan cincin itu ke jari manis Nisa. Setelah nya dia memasukkan cincin yang lain ke jari manis tangan kiri anak nya.
" Ummi harap setelah setahun kamu akan menjadi menantu sah keluarga ummi. Mulai sekarang panggil aku ummi. Jangan nyonya lagi."
Ummi memelototi Nisa penuh rasa syukur. Nisa tersipu dan menunduk memperhatikan cincin yang ada di jari nya. ' aku bertunangan?'
Nisa masih bingung dengan semua nya. Jantung nya berpacu dengan cepat. Dia menarik nafas panjang untuk menenangkan pikiran nya.
" Iya ummi."

Hope My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang