4

2.1K 40 0
                                    

Sudah satu bulan sejak Nisa pulang ke negara nya. Dia segera mengirimkan semua berkas yang di butuhkan untuk pernikahan nya pada Fazza.
Dia sudah menjelaskan semua hal yang perlu pada kedua orang tua dan anak nya. Mereka semua setuju dan mendukung keputusan Nisa. Setelah melihat perjuangan Nisa dalam keadaan janda nya, semu keluarga mendukung setiap keputusan yang di buat nya.
Di lain tempat, setelah Fazza menerima berkas yang di kirimkan Nisa, dia sangat bahagia. Dia sekarang yakin kalau pernikahan mereka akan terjadi.
Fazza keluar dari kamar nya dan menemui ummi nya di ruang keluarga.
" Ummi, bisa kita bicara sebentar?"
Ummi memandang Fazza dan mengikuti nya ke ruang belajar anak nya.
"Ummi, aku sudah menerima berkas lengkap dari Nissa. Rencana nya besok aku akan pergi ke kantor kedutaan dan mengurus semua nya."

Ummi memandang Fazza dan wajah nya berubah serius,
"Kamu sudah mantab dengan keputusan mu? Pernikahan bukan main-main. Hal ini akan mengubah seluruh struktur hidup mu."
Fazza mengangguk dan memandang ummi nya,
"Ummi, selama ini hatiku tak pernah gelisah memikirkan wanita manapun. Secantik apa pun wanita yang ummi kenalkan padaku tak pernah bisa menyentuh hatiku seperti Nisa. Bahkan sebelum kami bertemu secara langsung, aku sudah bertekad untuk menikahi nya. Apalagi sekarang setelah dia membalas baik niat ku menikah dengan nya. Aku tak akan mundur lagi ummi. Aku harap ummi bisa menerima Nisa sebagai menantu di keluarga ini. Awalnya pasti akan sulit, tapi pasti membaik seiring berjalan nya waktu."
Ummi mengangguk menunjukkan pengertian nya.
"Baik lah, ummi hanya bisa memberimu doa."
" Ada satu hal lagi yang ingin aku diskusikan dengan ummi. Ini mungkin akan sedikit menyinggung perasaan ummi. Sebelum nya aku akan minta maaf dulu pada keputusan yang ku buat ini."
" Kelihatan nya sangat serius. Apa itu?"
"Aku akan pindah dari sini setelah menikah ummi. Tolong jangan salah paham dengan niat ku ummi."
Fazza menundukkan kepala nya. Memohon ummi nya untuk mengabulkan permintaan nya. Ummi memandang Fazza cukup lama, sehingga jantung Fazza berdegup kencang. Saat lama tak terdengar suara ummi, Fazza mengangkat kepala nya dan memandang wajah ummi nya. Bibir nya langsung melengkung bahagia. Di lihat nya ummi tersenyum dengan sorot mata jahil.
" Aku tau hormon mu sangat melimpah sekarang. Dan aku tak berniat menyaksikan tontonan biru gratis di rumah ini. Jadi, pastikan kamu menyiapkan rumah yang nyaman sebelum pernikahan mu. Aku tidak mau istrimu kelelahan mengurus rumah. Pilih lah rumah yang cukup untuk kalian berdua. Aku menunggu cucuku datang. Lebih cepat lebih baik."
Wajah Fazza memerah mendengar kata-kata ummi.
"Terimakasih ummi. Akan ku usahakan masalah cucu mu."
💦💦💦

Di lain tempat, Nisa tidak menyadari rencana ibu dan anak tentang anak masa depan nya. Dia sedang menyelesaikan pekerjaan rumah saat adik ponakan nya datang,
"Mbak..."
Aya tidak akan peduli dengan apapun dan hanya berteriak dari pintu depan memanggil kakak nya.
"Iya, masuk saja. Aku di dapur."
Nisa balas berteriak.
" Lagi ngapain mbak? Masak apa?"
"Biasa saja. Nasi, ayam, sambal, sayur. Sudah selesai. Kalau mau ayo makan bareng."
Aya mengedarkan mata nya pada masakan di meja. Dia menelan ludah.
" Di mana ana dan Abil?"
" Mereka sudah berangkat ke sekolah. Ini sudah siang kan?"
Aya manggut-manggut saja mendengar jawaban kakak nya. Dia sedang memikirkan sesuatu.
" Mbak, aku dengar kamu udah bertunangan?"
Nisa mengangguk mantap sambil mengambilkan nasi untuk adik nya. Dia sangat menyayangi adik sepupu nya ini.
" Sudah, sebulan lalu. Saat aku pergi ibadah itu, aku bertemu dengan nya dan semua nya terjadi begitu saja. Yah begitu lah."
Nisa mengangkat bahu nya dan menunjukkan jari manis yang melingkar cincin pertunangan nya.
"Benarkah? Kenapa tak pernah bilang padaku?"
Aya merasa di khianati. Dia cemberut berat.
"Jangan sedih. Nanti jika dia datang, pasti akan aku kenalkan."
Aya hanya melirik kakak nya sebal, dia langsung saja mulai makan.
"Terserah. Jangan lupa dengan janji nanti sore. Kita perlu datang lebih awal. Acara nikahan nya di gedung. Kalau terlambat datang, nanti tidak dapat makanan."
Nisa memutar mata nya,
"Kamu sedang makan dan sekarang memikirkan makanan juga?! Hebat sekali perut mu? Aku akan siap saat kamu menjemput ku."
Aya hanya mengangguk setuju.
" Bagaimana pun perut yang pertama."
Jawab Aya cuek.
💦💦💦

Nisa memandang panggung hiburan di samping panggung pengantin dengan ekspresi tenang. Sudah lima tahun dia tak melihat mantan suami nya. Dia mendengar mantan nya sudah menikah lagi tiga tahun lalu dan baru memiliki anak yang ke dua dengan istri baru nya.
Aya menyenggol lengan Nisa lembut,
"Ada itu mbak..."
" Kenapa dengan itu?"
Nisa menjawab cuek. Nisa mengingat wajah Fazza dan jantung nya berdebar kencang.
Aya memandang kakak nya dengan ekspresi bertanya.
"Kamu enggak terganggu? Ku dengar dia udah punya istri lagi."
"Itu hak nya untuk menikah lagi. Tak ada urusan dengan ku. Ayo maju dan cepat kembali. Aku punya hal yang harus ku kerjakan."
Aya dan Nisa maju untuk menyalami pengantin. Saat Nisa ingin segera pergi, sebuah suara menghentikan nya,
"Nisa?"
Nisa menoleh,
" Mas?"
"Aku tidak menyangka melihatmu di sini. Bagaimana kabarmu?"
"Alhamdulillah baik. Kamu apa kabar?"
"Aku baik. Kamu sudah lama tak berkunjung ke rumah. Ayah dan ibu kerap menanyakan mu."
"Saya sibuk. Jika ada waktu saya akan mampir. Baiklah, saya permisi."
Nisa segera pergi dengan Aya. Dia tak mau ada gosip aneh menjelang pernikahan nya.
Aya memandang Nisa,
"Mbak, kamu beneran udah gak ada hubungan sama dia?"
"Halaman sudah di balik, waktunya menulis lembar yang baru."
"Itu juga bagus."
Aya menghela nafas lega. Dia bahagia asalkan kakak nya bahagia.
💦💦💦

Sebelas bulan berlalu dalam sekejap mata. Nisa sedang menyiapkan baju nya dan anak-anak yang akan di bawa ke dalam koper. Dia hanya pergi dengan anak, adik dan orang tua nya. Total enam orang. Tidak ada yang dia beri tahu tentang keberangkatan nya besok. Dia tak mau membuat keributan yang tidak perlu.
"Ma,kita kan ke mana?"
"Bukankah mama sudah menjelaskan nya padamu, sayang. Kita akan pergi beribadah dengan om dan kakek nenek. Dan bertemu calon suami mama. Kalian mau ikut mama kan?"
Ana hanya mengangguk. Abil masih belum paham maksud mama nya.
"Calon suami? Calon ayah Abil juga?"

Nisa menatap kedua anak nya lembut,
"Sayang, siapapun orang yang menjadi suami mama, kalian berhak secara mandiri menganggap dia papa kalian atau tidak. Mama tidak akan memaksa. Tapi mama tetap mama kalian. Dan ayah kalian juga tetap ayah kalian. Jangan dengarkan orang lain. Jika kalian belum bisa memanggil om Fazza sebagai ayah, maka panggil saja om. Itu tidak apa-apa."
Ana memandang ibu nya,
"Benarkah ma?"
Nisa mengangguk mantap.
"Tapi ma, setelah pernikahan mama, aku dan Abil akan pulang kemari. Kami mungkin tak bisa menyesuaikan diri dengan gaya hidup di sana. Nanti, sesekali kami akan datang mengunjungi mama."
Nisa bangga dengan pola pikir anak nya yang sudah dewasa. Dia mengangguk dan berkata,
"Oke. Bagaimanapun mama harus ikut dengan suami mama. Mama akan mempekerjakan orang untuk menjaga rumah tetap bersih dan memasak untuk kalian. Mama akan mengunjungi kalian di saat waktu senggang suami mama."
💦💦💦

Untuk ke empat kali nya Nisa berdiri di depan bangunan kotak ini. Dia memandang nya dengan tatapan syukur.
"Terimakasih Tuhan, untuk semua kebahagiaan di saat sulit hamba. Untuk semua perhatianmu pada hamba. Untuk semua kasih sayang mu pada seluruh keluarga hamba."

Nisa meneteskan air mata bahagia. Tiba-tiba seseorang mengulurkan sapu tangan putih bersih. Nafas Nisa tercekat di tenggorokan nya. Dia menoleh ke sebelah kanan nya dan mendapati wajah tampan seorang pria yang sudah setahun di rindukan nya. Jantung nya berpacu dengan gila.
Fazza tersenyum dan berkata,
"Jangan menangis di hari bahagia kita. Aku tidak mengizinkan nya."
Nisa menerima sapu tangan itu dan menghapus air mata nya.
"Hai... Aku merindukan mu. Sangat."
Nisa dengan tegas menyuarakan isi hati nya. Wajah nya memerah.
"Aku juga. Sangat. Jangan bicara di sini. Ayo keluar dulu."
Nisa mengangguk dan mengikuti Fazza keluar dari tempat ibadah nya. Mereka menuju restoran di seberang jalan besar.
Fazza membimbing Nisa memasuki restoran mewah lain nya. Karena dia tidak bisa hanya berdua saja duduk di restoran dengan Nisa, dia sudah mengundang adik perempuan nya untuk bergabung. Tapi entah bagaimana ke empat adik nya semua hadir.
Saat melihat empat orang ini, Fazza melotot tak bahagia. Nisa hanya terpaku di ambang pintu dan tidak masuk. Dia malu dan bingung karena tiba-tiba ada banyak orang.
Fazza menyadari kalau Nisa tidak mengikutinya masuk ke ruang makan. Dia menoleh dan mendapati calon istrinya tertegun di pintu. Fazza kembali memelototi adik-adik nya dengan ganas.
Fazza menghampiri Nisa dan membuat gerakan tangan meminta nya untuk masuk dulu. Nisa mengikuti Fazza masuk dan duduk di kursi yang sudah di geser tunangan nya. Dia diam saja dan duduk dengan patuh.

Hope My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang