7

2.8K 51 0
                                    

Setelah sholat subuh, Nisa menuju meja kecil dan mendudukkan diri nya di sofa di dalam kamar mewah nya. Dia mencari hp nya dan membalas pesan-pesan dari keluarga nya.
Fazza mendatangi Nisa langsung memeluk nya dari belakang dan menyandarkan wajah nya di samping telinga Istri nya.
"Siapa?"
Nafas Fazza menyerbu telinga Nisa, membuat Nisa bergidik dan sedikit menggeser kepala nya menjauhi bibir Fazza.
"Jangan terlalu dekat, geli..."
Fazza geli dengan tingkah Nisa. Ini bukan pernikahan nya yang pertama, tapi dia merasa kalau Nisa masih sangat hijau di jalur ini. Dia berusaha menguji air. Di angkat nya Nisa dalam pelukan nya dan di duduk kan di paha nya masih sambil di peluk erat. Dia sedikit menjilat telinga Nisa dan menggigit nya ringan.
Nafas Nisa tertahan dan mengerang pelan,
"Eeemmmmhhhh...... Sebentar. Saya harus membalas pesan dulu. Ini dari Rudi. Dia menanyakan apa kita akan mengantar mereka ke bandara besok?"
Nisa masih merasakan jilatan ringan dan kecupan kecil di sepanjang garis leher nya. Dia menghela nafas berat dan memejamkan mata nya. Bersandar pada dada kokoh suami nya.
"Katakan saja kita akan mengantar mereka besok ke bandara. Penerbangan mereka ada di malam hari besok. Biarkan Maryam dan Umar membawa mereka belanja hari ini. Sementara itu, kita bisa membuat cucu untuk mereka sekarang."
Fazza mengatakan semua kata mesum itu dengan wajah lurus. Leher Nisa langsung merah padam, suhu tubuh nya meningkat pesat.
Peningkatan suhu tubuh Nisa berakibat langsung pada senjata Fazza yang menyambut dengan gembira menggeliat membesar spontan.
Nisa merasakan perubahan pada junior Fazza yang dia duduki. Dia semakin bergerak gelisah ingin membebaskan dirinya dari tangan Fazza. Dia tidak menyadari kalau gerakan nya semakin membuat Fazza cepat ingin melahap nya.
Tiba-tiba suara yang rendah dan seksi bergema di samping telinga nya,
"Tadi aku berencana untuk membiarkanmu membalas pesan itu. Tapi sekarang aku sudah tak tahan lagi. Sebelum nya aku akan minta maaf dulu padamu. Mungkin aku tak bisa menahan diriku. Jadi siapkan dirimu."
Fazza tidak memberi Nisa waktu untuk mencerna kata-kata nya. Dia langsung memeluk Nisa menuju tempat tidur. Di letakkan nya Nisa di tempat tidur besar dengan lembut. Fazza berusaha membuat pertama ini menjadi sangat berkesan. Dengan beralaskan kelopak mawar putih, Fazza memandang mata Nisa dengan tajam menahan nafsu.
Di lepas nya handuk yang di pakai Nisa dan juga dirinya.
"Tatap mataku."
Nisa berusaha menahan malu nya dan memandang wajah tampan suami nya.
Fazza melebarkan paha Nisa dan menempatkan diri nya di depan pintu gerbang kenikmatan dunia. Di genggam nya kedua telapak tangan Nisa dan di genggam kuat. Dia mulai mencium kening Nisa dan berdoa, kemudian menurunkan bibir nya menuju kedua mata Nisa dan di kecup nya ringan. Ciuman kemudian berlabuh di bibir basah itu dan mulai mencium dengan beringas. Junior nya masih berusaha mencari rumah lembab tempat bernaung nya.
Ciuman itu berlangsung seperti badai yang mengaburkan pikiran Nisa, setelah lama berlalu baru Fazza melepaskan bibir nya namun tidak menjauh. Bibir Mereka masih menempel sambil mengambil nafas.
Di tatap nya mata Nisa dengan pandangan penuh nafsu,
"Aku akan mulai, jika terlalu sakit, gigit saja pundak ku."
Seketika itu juga Fazza menurunkan pinggul nya. Dia langsung memasukkan batang nya secara keseluruhan.
"Oouuughhh..."
Fazza sampai menggeram menikmati pijatan gua eksotis Nisa di batang nya. Kalau dia tak tau Nisa sudah punya dua anak, dia pasti mengira istri nya masih perawan. Batang nya menebal dengan gila. Dia samar-samar merasakan gigitan tajam di pundak nya.
Sementara itu, Nisa merasakan kepala nya pening. Tiba-tiba saja rasa sakit yang tajam menyerbu bagian bawah nya. Rasa nya baru saja terbelah. Dia menggigit pundak suami nya dengan kasar. Nafas nya sampai tersengal merasakan rasa sakit yang gila di lubang nya., 'ini sakit sekali'. Air mata nya hampir mengalir.
Fazza mengangkat mata nya Mandang wajah istri tercinta sangat kesakitan.
"Apa aku harus berhenti?"
Dia tak tega melihat wajah istrinya menahan sakit.
Nisa melotot marah padanya,
"Kamu berani?"
"Tapi kamu kesakitan."
"Tunggu sebentar, ini akan baik-baik saja."
Nisa berusaha merilekskan tubuh nya dan mengabaikan rasa sakit di tubuh nya.
"Bergeraklah pelan..."
Fazza mencoba bergerak perlahan. Di cium nya bibir Nisa dengan ciuman yang menenangkan dan panjang. Dia merasakan dirinya di sedot dengan kekuatan yang besar saat mencoba bergerak pelan. Pijatan rumah junior nya membuat kepala Fazza berdenyut sakit. Dia berusaha mengatur tempo sepelan mungkin agar Nisa tidak terlalu kesakitan. Nafasnya sampai tersengal-sengal.
Nisa merasakan rasa sakit yang semakin bisa di toleransi. Dia menyerahkan seluruh jiwa dan raga nya, tubuh dan hati nya pada suami yang telah di pilih nya. Nisa mengangkat mata nya memandang mata Fazza yang menyipit menahan nafsu yang hampir meledak. Dia tau suami nya menahan gerakan nya agar diri nya bisa menyesuaikan diri dengan ukuran junior suami nya.
Nisa tersenyum, "percepat. Please...."
Fazza menyipit mendengar permintaan istri nya. Dia tau istri nya masih sangat kesakitan. Tapi dia juga sudah tak bisa menahan nya lebih lama. "Gigit aku."
Fazza tidak menunggu, dia mempercepat tempo gerakan nya. Nisa merasakan sakit yang menggila, tapi dia tidak mengeluh. Dia hanya menggigit bahu dan mencakar punggung suami nya. Tubuh nya kembali menegang dan melengkung saat pelepasan pertama nya datang. Nisa menjerit di dada suami nya,
"Aaahhhh...."
Fazza merasakan siraman hangat di batang nya, nafas nya semakin memburu. Gerakan pinggul nya semakin menggila. Dia tidak berhenti walau merasakan perasan kasar di junior nya semakin menggetat.
Nisa mengikuti gerakan Fazza untuk menjemput orgasme ke dua nya. Saat dirasakan kenikmatan itu ada di ujung nya Nisa menggelepar ganas, dia merasakan suami nya memeluk nya erat dan nafas memburu di samping telinga nya. Pinggul Fazza masih bergerak gila. Menumbuk nya dengan beringas. Seketika dia merasakan gigitan tajam di leher nya dan semburan panas dalam perut nya. Sangking banyak nya semburan itu, hangat nya sampai terasa di dada nya.
"Ooouughhhh....."
Nafas Fazza masih memburu di samping telinga Nisa.
"Masih sakit?"
Suara serak dan dingin bergema di telinga Nisa.
"Sedikit..."
Nisa masih mengatur nafas nya. Dia merasakan benda yang mengganjal di bagian bawah nya.
"Lepaskan itu dulu.."
Fazza menatap mata istri nya dengan pandangan gelap.
"Biarkan saja di situ. Aku ingin lubang mu segera menyesuaikan dengan junior ku. Dan apa kamu tidak merasakan nya?"
Nisa memandang mata suami nya dengan tak mengerti. Tiba-tiba dia melotot dan menggeram.
"Kamu...."
Fazza tersenyum dengan mata memohon,
"Sekali lagi yah...."
"Tidak..."
Fazza tidak memberikan kesempatan pada Nisa untuk protes. Dia langsung menggerakkan pinggul nya menumbuk lubang Nisa. Memulai putaran ke dua. Ke tiga dan seterusnya. Entah sampai putaran ke berapa akhirnya Nisa pingsan karena kelelahan, namun Fazza masih bergerak liar menuntaskan nafsu nya yang semakin menggila. Hingga sore menyapa barulah keributan di kamar tidur mewah itu berhenti.

Hope My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang