3

2.3K 47 0
                                    

Sinar pagi terakhir di kota suci ini menerpa wajah tenang Nisa yang masih terlelap. Perlahan dia mengerjapkan mata nya. Tangan nya meraba-raba di meja samping tempat tidur mencari hp yang sedang di isi daya.
Nisa menegakkan tubuh nya dan duduk di sandaran ranjang membuka pesan dari anak-anak nya yang bertanya tentang keberangkatan pesawat nya siang ini.
Dia melihat semua pesan yang belum di baca nya dan menemukan nomer asing di bagian paling atas. Nisa berpikir sebentar dan membalas pesan itu.
" Hallo, siapa ini?"
Tak lama terdengar balasan,
" Tunangan mu. 😊"
Nisa tertegun sebentar untuk mengumpulkan ingatan nya. Dia baru mengingat kejadian kemarin. Wajahnya bersemu merah.
" Maaf, aku baru melihat pesan mu."
" Tak apa. Kamu baru bangun?"
" Hemm"
Tak lama ada telpon masuk. Nisa mengangkat nya dengan jantung berdebar gugup,
" Hallo..."
Nisa mencicit...
" Hallo, baru bangun sayang..."
Suara yang dalam dan rendah itu menembus hati nya membuat wajah nya merah padam. Nisa masih belum terbiasa di panggil 'sayang' oleh seorang pria.
" Emm"
"Keberatan kalau aku telpon?"
" Tidak, hanya belum terbiasa."
Nisa berusaha mengeluarkan suara nya senormal mungkin.
" Aku akan menelpon mu tiap hari, hingga kamu terbiasa menerima telpon dariku."
Nisa tersenyum,
" Aku menantikan nya."

Fazza juga baru bangun dari mimpi indah nya. Dia langsung memutar nomor Nisa setelah mencari hp nya di seluruh kamar. Saat mendengar suara Nisa yang mengantuk, dia tahu kalau calon istri nya juga baru bangun.
" Aku menantikan nya."
Saat itu juga hati nya serasa penuh dengan madu. Sangat manis dan nyaman. Dia tak pernah menyangka akan datang hari di mana dia akan mengejar gadis seperti sekarang.
" Sebentar lagi aku akan berangkat ke hotel. Kamu sudah packing?"
" Sudah dari tadi malam. Tinggal di bawa ke lobi untuk di angkut bersama koper jamaah lain nya. Kamu jadi datang?"
" Tentu saja. Bisakah aku mengantarmu ke bandara?"
" Mas Imron bilang boleh saja. Kamu mau mengantarku?"
" Ya. Aku akan membawamu ke suatu tempat dulu."
" Baiklah. Saya akan siap-siap sekarang. Sampai nanti.... Sayang."
Nisa langsung menutup telepon nya. Jantung nya berdebar kencang saat dia mengucapkan kata 'sayang' itu. Sangat lama dia tak mengucapkan kata itu pada laki-laki.

Fazza tertegun mendengar sebutan 'sayang' dari Nisa. Dia bahkan tak sadar kalau panggilan nya sudah terputus.
" Apa yang baru saja aku dengar?"
Jantung nya berdebar tidak karuan.
Dia sudah tak sabar untuk menemui calon istri nya.
" Ada apa Fazza? Kenapa melamun?"
Ummi baru akan membangunkan nya saat di lihat anak tersayang nya sedang melamun sambil tersenyum konyol. Tiba-tiba Fazza memeluk ummi dan tertawa bahagia sampai meneteskan air mata di sudut mata nya. Ummi tercengang melihat kegilaan anak nya.
" Apa kali ini? Kenapa kamu menangis?"
" Aku sangat bahagia ummi. Akhirnya aku menemukan orang yang tepat untuk menemaniku selama nya."
" Habis telpon Nisa?"
Fazza mengangguk.
" Rasanya kalau bisa pingin cepet nikah ummi. Tapi banyak yang harus di urus juga."
" Jangan tidak sabaran."
" Iya ummi. Kesabaran ini tidak mungkin sia-sia. Apa lagi untuk wanita seperti nya."
" Seperti apa? Ngomong-ngomong apa yang membuatmu sangat yakin dia wanita yang baik?"
" Kalimat doa dan rasa syukur nya tak pernah berubah selama tiga tahun ummi. Apakah menurut ummi wanita seperti ini akan mengecewakan ku?"
Ummi memandang wajah tampan putranya yang tersenyum.
" Ummi berdoa untuk kebahagiaan mu. Semoga perjuangan mu tidak salah."
" Amin..."
Ummi meninggalkan kamar Fazza untuk memberikan anaknya waktu bersiap-siap menemui tunangan nya.
💦💦💦

Jam delapan tepat, Fazza memasuki lobi hotel tempat Nisa menginap. Nisa berdiri bersama rombongan jamaah yang sedang menunggu kedatangan bus. Fazza menghampiri nya dan menepuk pundak nya.
Nisa membalikkan badan nya dan menemukan Fazza tersenyum di belakang nya.
" Sudah akan berangkat?"
Nisa mengangguk. Dia melihat Imron dan melambaikan tangan nya.
" Mas saya akan pergi sekarang. Nanti ketemu di bandara."
" Baiklah, saya sudah konfirmasikan pada ketua saya. Tunangan mu sudah mengisi berkas kalau-kalau terjadi hal buruk."
Nisa menoleh pada tunangan nya dengan wajah bingung. Fazza hanya mengangguk dan tersenyum. Dia menghampiri Nisa,
" Ayo kita pergi sekarang."
Nisa mengucapkan salam pada Imron dan mengikuti Fazza ke mobil nya.
Nissa memandang mobil Fazza takjub.

Hope My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang