5

2.4K 43 0
                                    

Fazza menghela nafas menyadari Nisa sangat pemalu pada orang yang baru di temui nya.
"Jangan malu, mereka semua adik ku. Dan sebentar lagi juga akan jadi adik mu."
Nisa menoleh pada Fazza dan tersenyum.
"Hanya belum terbiasa. Biarkan berjalan dengan alami. Ku mohon."
Fazza tersenyum dan mengangguk. Dia sadar kalau setiap orang punya cara beradaptasi mereka sendiri.
Dia mengalihkan pandangan nya pada pengacau di depan nya.
"Jadi, apa yang terjadi sekarang? Aku hanya meminta Maryam untuk datang. Kenapa kalian semua ada di sini?"
"Maaf kak. Aku sudah mengatakan pada mereka untuk tidak ikut. Tapi mereka memaksa."
"Lagi pula kami ingin melihat kakak ipar kami. Kenapa tidak boleh?"
Ahmad menjawab sambil memandang Nisa yang menunduk.
"Kakak ipar, saya dengar kakak mengatakan kalau kakak ipar datang dengan keluarga dan anak-anak kakak? Di mana mereka?"
"Ya, mereka ada di hotel. Perlukah mereka datang ke sini juga?"
Nisa bertanya pada Fazza. Fazza memikirkan sesuatu dan mengangguk.
"Ya, ayo buat ini jadi makan keluarga. Aku akan memanggil ummi untuk datang segera kemari. Kita akan bicarakan acara nanti malam bersamaan."
Nisa mengernyitkan dahi nya tak mengerti,
"Acara nanti malam? Ada apa nanti malam?"
Fazza seketika menoleh pada Nisa hingga membuat Nisa kaget.
"Jangan bilang kamu lupa?"
Fazza bertanya dengan suara yang dalam dan mengancam.
"Apa?"
Nisa benar-benar tak paham dengan apa yang di bicarakan Fazza. Dia menoleh pada adik-adik fazza yang menatap nya dengan mata melotot kaget.
"Kamu berjanji padaku akan menikah dengan ku saat kita bertemu lagi setahun dari hari kita berpisah. Itu adalah hari ini. Jangan bilang kamu lupa?!"
Fazza memandang Nisa dengan wajah gelap. Dia tak menyangka Nisa akan melupakan janji nya.
"Aku tidak lupa. Tapi apa kamu bisa menyiapkan dokumen nya sekarang. Aku dengar butuh waktu lama untuk mendapat persetujuan dari kedutaan mu."
"Jangan khawatir kakak ipar, kakak Fazza sudah sangat berusaha keras agar semua dokumen resmi itu selesai sebelum hari ini datang."
Ahmad menjawab untuk kakak nya.
Faza lega Nisa tidak melupakan janji mereka. Dia ingin meraih tangan Nisa tapi tiba-tiba melihat ke empat adik nya dan tangan nya berhenti di udara. Wajah Nisa merah padam.
"Kakak, jangan macam-macam. Belum sah."
Maryam menegur kakak nya. Fazza melirik adik nya dan menghela nafas pasrah.
"Panggil ummi. Minta ummi datang kemari. Katakan semuanya dengan jelas."
Fazza memerintahkan adiknya Umar untuk memanggil keluarga Nisa dan membawa mereka ke restoran juga.
Fazza mencondongkan bibir nya di telinga Nisa,
"Sebentar lagi aku akan sah memegang tangan mu. Lebih dari itu..."
Fazza sengaja menggantung kata-kata nya. Wajah Nisa semakin merah padam. Fazza menikmati wajah merona calon istri nya.
💦💦💦

Pertemuan antar dua keluarga besar berjalan lancar. Pada inti nya mereka hanya menginginkan kebahagiaan anak-anak mereka. Dan di putuskan, mereka akan langsung pergi menuju salon rias pengantin. Karena salon pengantin laki-laki dan perempuan berbeda, jadi mereka menuju arah yang berlawanan.
Fazza mencoba akrab dengan Abil. Tapi Abil hanya diam karena masih malu bertemu dengan orang baru.
Fazza juga tak memaksa. Namun pada umum nya Abil cukup dekat dengan nya. Dia membiarkan tangan nya di genggam kuat oleh om tampan yang baru di lihatnya beberapa jam yang lalu.
Saat adik Nisa, Rudi dan ayah Nisa melihat Abil tidak menjauh dari Fazza, mereka bernafas lega.
Fazza juga menyewa seorang penerjemah untuk keluarga Nisa. Dia ingin keluarga Nisa merasa aman dan tidak di bohongi walaupun mereka tak mengerti bahasa yang di ucapkan di sekitar mereka.

Pernikahan di adakan di ball room sebuah hotel mewah. Semua ritual berjalan lancar. Banyak hal harus di lewati sampai pada jam tiga pagi. Barulah Nisa keluar untuk menyapa para tamu.
Di antara para tamu ada wanita cantik yang menatap nya penuh permusuhan. Dia memelototi Nisa dan hampir mengatakan sesuatu tapi berhenti saat di lihat nya ummi Fazza mendekati tempat nya berdiri. Dia langsung tersenyum dan memeluk ummi.
"Bibi, aku sangat merindukan mu. Kenapa aku tak mendapat undangan pernikahan kakak Fazza? Apa bibi sengaja menyembunyikan nya dariku?"
"Tidak ada yang di sembunyikan. Acara ini sudah di siapkan dari setahun yang lalu. Kami hanya mengundang semua orang di menit terakhir."
Ummi melepaskan diri dari Maira, dia kembali berjalan menuju menantu nya. Saat melihat Nisa duduk sendirian di kursi pengantin dia tersenyum.
"Sebentar lagi acara selesai. Cobalah tahan beberapa saat lagi."
Nisa mengangguk dan tersenyum.
Ummi tidak bohong karena satu jam kemudian dia di bawa ke sebuah kamar suit mewah dengan dekorasi gold pengantin.
"Kakak, kami membayar kamar ini untuk tiga hari. Jadi pastikan tidak keluar dari pintu ini sebelum tiga hari. Oke?!"
Maryam tersenyum menggoda kakak ipar nya. Wajah Nisa merah padam. Dia menutup pintu di belakang nya. Jantung nya berpacu gila.
"Ini malam pertama ku?"
Nisa bergumam pelan. Seseorang mengetuk pintu,
"Kakak ini aku Maryam, buka pintu nya sebentar."
Nisa membuka pintu dam melihat Maryam dan Khadijah membawa banyak bingkisan kado. Dan juga satu tas pakaian.
"Ini sebagian kecil kado dari teman-teman kak Fazza. Dan ini adalah pakaian ganti untuk kakak. Terimalah..."
Maryam menyerahkan paper bag pada Nisa dan meletakkan bingkisan kado di meja dekat sofa.
Saat Khadijah berbalik, dia melihat sosok Fazza yang melipat tangan nya bersandar di ambang pintu memperhatikan mereka dengan kening berlipat.
"Apa yang kalian lakukan?"
Maryam menoleh kaget. Dia hampir berteriak,
"Kami hanya membawa kado-kado ini dan pakaian ganti untuk kakak ipar. Kami akan segera keluar."
"Cepat lah."
Mereka berdua langsung melewati Fazza dan berlari dengan canggung.
Dalam hati mereka mengeluh betapa tak sabarnya kakak sulung mereka.
💦💦💦

Nisa memperhatikan Fazza yang baru masuk kamar. Dia sedang melepas gaun pengantin yang panjang dan berat. Nissa sudah menghapus make up dan menggerai rambut nya. Rambut panjang Nisa membingkai wajah bulat nya menjadi lebih cantik. Bibir merah itu menggoda Fazza untuk memperoleh madu dari sana.

Nisa segera berbalik memunggungi Fazza. Dia berusaha melepas gaun itu, tapi tangan nya tidak sampai di bagian ujung nya. Fazza melangkah mendekati istri nya dengan perasaan membuncah. Dia sangat bahagia.
"Aku akan membantu mu melepas ini."
Fazza membatalkan resleting gaun panjang itu dengan mudah. Saat di rasa gaun nya melorot, Nisa berusaha menahan gaun di bagian dada. Dia tidak memakai apapun di balik gaun itu selain celana dalam nya. Nisa melotot kesal pada Fazza di cermin. Fazza tersenyum dan memeluk Nisa dari belakang.
"Jangan menggodaku sekarang. Keberadaan mu di kamar ini sudah sangat membuat juniorku tegang. Tidak kah kamu merasakan nya?"
Nisa memang merasakan sesuatu yang keras menyodok punggung nya sedari tadi. Wajah nya menjadi semakin merah.
"Kata-kata mu itu?!"
"Kemari dulu"
Fazza memeluk Nisa dan duduk di sofa. Dia meletakkan Nisa di paha nya dan memeluk nya dari belakang.
"Ayo kita bicarakan lintasan pernikahan kita sayang."
Nisa menoleh ke samping sambil masih memegang gaun nya di bagian dada.
"Maksud mu apa?"
Fazza mencium tengkuk Nisa lama sambil meneguk aroma unik tubuh istri nya.
"Pertama, seluruh tubuh ini hanya bisa di lihat oleh ku. Kenakan cadar saat keluar rumah."
Nisa memandang Fazza serius dan mengangguk.
"Di negaramu oke. Tapi saat aku di negaraku maka aku akan melepas cadar. Karena itu sedikit tidak nyaman."
Fazza mengangguk setuju dengan kata-kata Nisa. Dia tau kalau di negara nya cadar bukanlah hal yang wajar.
"Ke dua. Aku menginginkan mu setiap hari."
Nisa hampir langsung tertawa mendengar nya. Dia menyipitkan mata nya dan menggigit bibir bawah nya. Dia tak menyangka suami nya bisa sangat frontal.
"Baiklah. Tapi saat aku kelelahan bolehkah aku mengeluh?"
Fazza langsung mengecup bibir merah Nisa. Dia gemas sekali dengan wanita di pangkuan nya ini.
"Ke tiga, tidak boleh ada hal yang di sembunyikan di antara kita. Ini sangat penting. Kita akan membicarakan semua nya."
Nisa terharu dan memeluk Fazza dengan erat. Dia mengabaikan fakta kalau gaun nya akan mempertontonkan keindahan dua payudara nya yang bulat dan kencang.

 Dia mengabaikan fakta kalau gaun nya akan mempertontonkan keindahan dua payudara nya yang bulat dan kencang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Fazza berdebar merasakan kelembutan buah dada istrinya.
"Boleh kah aku mulai? Ini malam pertama kita. "
Nisa mengangguk mengiyakan Fazza.
" Itu hak kamu juga."
Wajah Nisa sudah merah padam. Dia mencoba menahan rasa malu nya dan memandang suami nya. Dia tak mau mengulangi kesalahan nya dahulu untuk kedua kali.
Fazza mencium kening Nisa sambil berdoa. Kemudian Nisa mengamini doa nya.
Bibir seksi Fazza mengecup bibir Nisa dengan kasih sayang berlimpah. Nisa juga merasakan kasih sayang nya. Tanpa sadar, Nisa sudah merangkul kan tangan nya di leher Fazza. Ciuman yang di bagi di antara kedua nya semakin bersemangat. Fazza berusaha membuka bibir Nisa dan menjulurkan lidah nya memasuki mulut Nisa. Dia menjilat seluruh isi mulut Nisa dengan ujung lidah nya. Lidah nya belum puas sampai menemukan lidah Nisa dan berbagi Saliva bersama. Ciuman nya makin merenggut nafas kedua nya hingga Nisa mengerang dan mendorong sedikit bahu Fazza untuk menghirup nafas. Mereka berdua terenggah mencoba menghirup nafas sebanyak yang mereka mampu. Dahi mereka saling menempel erat dan bibir mereka hanya berjarak satu nafas di pisahkan Saliva yang saling terhubung di antar mulut mereka.
Fazza sedikit menjauhkan wajah nya dan mengusap bibir Nisa dengan ibu jari nya. Bibir merah itu bengkak dan makin montok. Fazza tak mengira kalau ciuman akan senikmat ini. Jantung nya berpacu kencang.
"Ayo kita mandi dulu."
Nisa melotot memandang suami nya. Dia tak menyangka suami nya akan mengusulkan hal itu. Setelah memikirkan nya, Nisa mengangguk.
Walaupun dengan wajah merah padam, dia tetap berusaha memenuhi semua keinginan suami nya. Karena itu adalah hak suami nya.

Hope My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang