Nisa menjalani kehidupan rumahtangga yang baru untuk kedua kalinya. Setelah menikah dengan Fazza dia memahami banyak hal yang harus dia pelajari kembali. Banyak kebiasaan yang berbeda di antara mereka berdua. Meskipun Fazza tidak mempermasalahkan hal-hal berbeda di antara mereka, tapi Nisa merasa bahwa dia harus menyesuaikan diri dengan kebiasaan suami dan lingkungan sekitarnya.
Fazza terbiasa bangun pagi sebelum adzan subuh, hal ini bukan masalah bagi Nisa. Karena dia juga terbiasa bangun lebih awal.
Tapi kebiasaan tidur setelah subuh sampai jam sembilan pagi adalah hal baru baginya. Apa lagi Fazza mengharuskan dirinya untuk selalu menjadi bantal guling saat suaminya itu tidur. Fazza bahkan akan mengekor istrinya jika dia ingin pergi ke toilet. Dia seperti lem permanen di tubuh istrinya.
Meskipun pernikahan mereka sudah berjalan tiga bulan. Dan Nisa tentu sangat bahagia. Tapi satu kebiasaan suaminya di pagi hari itulah yang sering membuat dirinya kesal. Dia merasa kebiasaan ini harus di rubah.
Suatu pagi, Fazza seperti biasa menarik Nisa kembali bergelung di tempat tidur dan bersiap memejamkan matanya. Nisa sudah tak tahan lagi. Dia bangkit lalu duduk menghadap suaminya yang tampan itu. Fazza mengernyit memandang wajah istrinya. Dia menaikkan alis kanan nya,
"Kenapa kamu bangun? Kemarilah sayang. Kita tidur sebentar lagi. Hari masih sangat pagi."
Fazza berusaha menggapai tubuh istrinya. Namun Nisa mengelak menjauh.
"Sayang mari bicara sebentar. Kebiasaan tidur di pagi hari sangat buruk. Ini tak ada gunanya untuk kesehatan tubuh kita. Ayo lakukan hal lain selain tidur setelah sholat subuh."
Nisa memandang Fazza dengan serius. Tapi yang di pandang malah tersenyum sumringah seperti baru mendapatkan lotre.
Fazza menaikkan alisnya dengan terkejut,
"Lakukan hal lain? Apa yang bisa di lakukan?"
"Apa saja selain tidur. Aku sudah tak tahan lagi. Kalaupun kamu masih ingin tidur lagi, biarkan aku melakukan hal lain. Aku bisa berjalan di sekitar rumah atau memasak sarapan. Apapun selain tidur. Oke?"
Fazza memandang Nisa dengan serius. Dia menggelengkan kepalanya."Tidak sayang. Berjalan di pagi hari bagus di lakukan jika di tempat asalmu. Tapi di sini kamu tidak bisa. Memasak? Aku ingin sekali menikmati masakan mu. Tapi aku tak mau kamu terlalu lelah. Jadi biarkan pembantu yang mengurus makanan. Kamu bisa memasak sekali seminggu. Itu kesepakatan awal nya kan?"
Fazza menolak dengan lancar."Jadi apa yang bisa aku lakukan di pagi hari? Aku bosan di kamar terus."
Nisa memandang suaminya dengan mata memelas.
Fazza tak tahan dengan kelucuan istrinya. Dia mendekap Nisa dengan kuat ke dalam dadanya.
"Istirahatlah dulu. Nanti sore aku akan mengajakmu jalan-jalan. Oke dengan rencana itu?"
"Jalan-jalan? Kemana?"
Mata Nisa langsung berbinar. Dia tidak mengira suaminya akan mengajaknya pergi keluar rumah. Dia memang sudah mempersiapkan dirinya untuk menjadi wanita rumahan yang benar-benar selalu di rumah saat dia menerima lamaran Fazza dahulu. Tapi setelah menjalaninya selama tiga bulan belakangan, dia mulai bosan. Selama tiga bulan ini dia hanya di rumah. Bahkan acara belanja juga di amanahkan kepada pembantunya. Itu semua karena Fazza melarangnya pergi tanpa dirinya. Dan tentu saja Nisa harus menuruti kemauan suaminya.
Pernah suatu malam Nisa tiba-tiba saja mengembalikan enam kartu bank yang telah di berikan Fazza padanya. Dia merasa akan lebih baik jika Fazza yang memegang kartu itu. Toh dia tidak menggunakan nya sama sekali. Fazza sangat tersinggung dan menegurnya dengan keras. Dia mendiamkan Nisa seharian hingga Nisa menangis minta maaf padanya. Barulah Nisa di maafkan setelah Fazza memberikan kuliah panjang lebar pada istrinya. Dia mengatakan kalau seorang istri harus menjaga harta suami dan keluarganya. Sejak itulah Nisa tidak lagi mengeluh tentang berada di rumah. Tapi tentu saja dia bosan.
"Sayang, kemana kita akan pergi?"
"Kamu akan tau nanti. Jadi sekarang tidurlah dulu."
Fazza kembali mendekap tubuh istrinya di dalam selimut. Nisa hanya bisa mengikuti kemauan suaminya. Dia kembali berkubang dalam dada suaminya. Mengusapkan wajahnya di dada berambut tipis yang sangat seksi menurutnya. Fazza menghela nafas dengan kasar.
"Jangan menggodaku. Adik ku akan bangun nanti dan kamu harus bertanggungjawab. Kalau sampai itu terjadi, kamu bahkan harus melupakan jalan-jalan sore ini. Karena kamu pasti akan kelelahan bahkan sebelum beranjak dari tempat tidur."
Fazza berbicara sambil mengusap punggung terbuka istrinya. Jangan lupakan kalau mereka berdua selalu telanjang saat tidur di setiap malamnya.
"Kamu selalu mengancam ku begitu. Apa setiap malam tidak cukup bagimu?"
"Tidak pernah cukup."
Fazza mengucapkan nya dengan segera. Di kecupnya puncak kepala sang istri. Dia memang tak pernah cukup dengan istrinya. Kalau bisa dia ingin selalu membawa istrinya kemanapun dia pergi. Tapi itu tidak mungkin dia lakukan. Dia menghela nafas lagi.Nisa langsung menegang dan berperilaku baik. Dia tak mau kelelahan lagi. Dia sudah cukup dengan bertempur setiap malam. Tapi Nisa tau suaminya tak akan pernah merasa cukup. Nisa memikirkan sesuatu. Dia berencana memberikan hal itu sebagai kado ulang tahun suaminya. Tapi setelah dia pikir lagi, ulang tahun suaminya masih dua bulan kemudian. Itu masih sangat lama. Nanti suaminya akan tahu duluan. Jadi dia memutuskan akan memberi kejutan pada suaminya nanti sore saja. Dia yakin kejutannya akan sangat membahagiakan suaminya. Nisa tersenyum dan mencoba untuk tidur sebentar lagi.
💦💦💦Fazza mempersiapkan sejumlah makanan dan minuman yang menurutnya cocok untuk acara jalan-jalan sore ini. Sebenarnya itu bukan jalan-jalan tapi olahraga sebagian anak muda di negaranya. Mengendarai mobil bersama-sama di tengah gurun pasir memang selalu menjadi agenda rutin Fazza dan sekelompok temannya. Tapi kali ini dia akan membawa istrinya. Tentu saja dia akan melarang Nisa keluar dari mobil. Karena itulah dia membawa banyak makanan dan minuman.
"Sayang, kenapa bawa banyak makanan?"
Nisa memandang tak mengerti pada setumpuk makanan dalam kantong belanjaan. Fazza hanya tersenyum dan menghampiri Nisa yang sedang berdiri di tengah ruang tamu. Nisa telah berubah ke abaya hitam lengkap dengan kerudung panjangnya. Fazza memandang wajah istrinya yang bersih tanpa make up. Hatinya berdebar dan menghangat. Di tangkupnya wajah Nisa dan di kecup nya kening istrinya. Perlahan dia mencium bibir istrinya. Lama kelamaan kecupannya berubah menjadi pagutan panas sampai keduanya terenggah kehabisan nafas. Fazza memandang mata istrinya yang sedikit berair.
"Aku mencintaimu istriku."
"Aku juga suamiku."
"Hhaaahhhh.... Aku tak rela lelaki lain menatap wajah ini. Hanya aku yang boleh melihat wajah ini. Kamu sangat cantik."
Fazza menarik Nisa ke dalam dekapannya dan meremasnya dalam pelukannya. Rasanya ingin menyatukan tubuh mereka berdua jika bisa.
"Ah.. sesak sayang."
Nisa mendorong bahu suaminya perlahan. Fazza tersenyum kemudian mengecup pipi kanan istrinya.
"Kamu sangat menggemaskan. Aku tidak tahan. Maaf sayang."
"Kau selalu tidak tahan padaku."
Nisa mengerucutkan bibirnya lucu.
"Bibirmu itu. Hah.... Sudahlah. Ayo berangkat. Semakin lama aku bersamamu yang ada di otakku hanya kamu di atas tempat tidur mendesah di bawahku. Bagaimana bisa kamu mengubahku menjadi seperti ini?"
Nisa hanya tersenyum dan menyampirkan tangan nya ke pundak suaminya.
"Itu artinya aku berhasil selalu membuatmu tertarik kepadaku. Benar kan?" Nisa menaikkan alisnya dengan lucu.
"Seratus persen berhasil sayang. Bahkan saat aku di luar pun aku hanya memikirkan dirimu."
Fazza memakaikan cadar hitam panjang pada istrinya yang hanya memperlihatkan kedua mata cantik Nisa. Fazza mengamankan simpul cadarnya dengan aman di belakang kepala Nisa. Di gandeng nya tangan sang istri dengan bibir melengkung bahagia. Kemudian dia menoleh pada mata istrinya, dia lama memandang mata jernih itu.
"Ada apa lagi? Apakah kamu melupakan sesuatu?"
"Tunggu sebentar."
Fazza masuk ke dalam kamar dan tak berapa lama dia kembali ke hadapan istrinya dengan membawa sebuah kaca mata hitam. Di pakaikan nya kaca mata hitam itu pada Nisa.
"Begini lebih baik. Tak ada seorangpun yang bisa melihatmu."
Fazza tersenyum bangga dengan idenya.
"Dasar posesif!"
Nisa hanya menggelengkan kepalanya tak mengerti dengan kelakuan suaminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hope My Love
RomanceJantung ku berdetak kencang dan hatiku menghangat saat menulis cerita ini. Saya harap kalian akan menikmatinya juga. Enjoy this story'...