4.2 ini bukan cerita, hanya saja aku lelah

1.5K 81 3
                                    

Pada suatu hari semua hal terbongkar. Aku kepegok oleh ayahku saat melakukannya saat di kamar mandi. Rumah yang sedang kosong yang hanya ada kami berdua. Aku diperkosa olehnya. Aku memberontak ketakutan. Aku dipukuli terus menerus karena melawan. Perutku sangat nyeri. Tanpa sadar aku memuntahkan cairan kuning.

"Anak kurang ajar. Kamu harusnya tau balas budi karena aku membesarkanmu anak sialan."

Ayahku memukulku terus menurus karena mengotori carpetnya. Aku terus menangis merasakan sakit akan semua itu. Aku hampir mati di cekik ayahku. Ayahku berhenti memperkosaku setelah cairannya membasahi pahaku.

Aku lelah dengan semua ini. Aku hanya bisa berfikir mati dari pada dalam penghinaan ini. Pada akhirnya mati tidak bisa menyelesaikan semua masalahku.

Malam harinya aku membunuh hanya ayahku yang berada di rumah dan membawa sebilah pisau dan uan. Aku kabur dengan tubuhku yang menurutku sangat menjijikan. Dengan pakaian hitam menutupi tubuhku, masker menutupi wajahku dan kacamata.

Aku terus berjalan sampai siang. Aku lapar membeli makanan di pinggiran jalan dengan uang yang ku curi. Yang telintas di pikiranku hanya harus bertahan hidup.

Aku menuju ke gang untuk memakan makananku. Mereka mengikutiku. Berjumlah 5 orang. Aku memakan makananku dan stu tanganku memegang pisau di balik houdieku. Aku menatap mereka.

"Mata hijau. Mata yang langka. Jika kita jual dia kita akan kaya."

"Kesini manis~ Kami tidak akan menyakitimu."

Salah satu dari mereka mendekat. Saat jarak kami menipis aku menusuk tengorokannya. Salah satu dari mereka tersadar. Mereka mulai menyerangku. Aku kelelahan dan juga kesakitan. Hanya pisau di tanganku yang tersisa. Aku membunuh mereka. Aku tidak bisa merasakan apapun. Hanya rasa sakit di perutku. Aku muntah lagi. Perutku nyeri lagi.

Aku lelah. Aku ingin pergi dari sini. Bau darah yang sangat menyengat. Tapi bajuku menjadi kotor dengan darah.

Seseorang berdiri di gang itu. Seorang pemuda berambut pirang dan biru lalu berpakaian pakaian dan jas putih yang menyaksikan semuanya. Mata hijau bertemu dengan mata biru. Saling tarik menarik. Dia tersenyum.

Aku yang melihatnya mempercepat langkahku untuk membunuhnya dengan pisau yang berada di tanganku. Pada akhirnya aku tertinju di perutku sekali lagi. Rasa nyeri yang kurasakan tadi bertambah yang membuatku tidak sadarkan diri.

Kisah MerekaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang