Setelah Raihan, kini giliran Joshua yang encok.
Kardus terakhir masuk dengan aman ke bagasi mobil dengan bantuan tangan kekar Janna, sedangkan dua lelaki tidak berguna itu sedang berduka tentang punggung masing-masing di trotoar depan rumah Naya. Raihan beralasan, penyakit pinggangnya datang karena ini masih terlalu pagi untuk mengangkat barang berat. Joshua memilih berkata bahwa dia kurang pemanasan. Mana pun tetek-bengeknya, Naya tidak peduli. Ia cukup bersyukur semua kardus properti sudah bisa dibawa pergi.
Satria datang beberapa menit kemudian, dengan motor Soul-GT merah dan helm kotak berstiker elmo. Bahu bidang menggendong tas kanvas yang mirip punya tukang pos, penutupnya mengembung karena kepenuhan bawaan. Dia cuma bawa itu buat perjalanan ke Banyuwangi? Iya, ditambah satu kresek penuh dengan lima botol air mineral berukuran besar.
"Lama lo," celetuk Joshua ketika melihat si Satria.
Dia tersenyum, seraya memarkirkan motor dan berkata, "Pamit dulu, atuh."
Perkenalan Naya dan Satria diawali dengan sebuah senyum. Disusul dengan gerak rusuh si perempuan yang berusaha mengepul debu menjauh dari tangannya. Kardigan pink yang ia pakai sedikit kotor karena menjadi korban, tapi menurut Satria, Naya tetap akan terlihat menarik walau memakai kaus kotor sekalipun. Ia sudah tahu perempuan ini memang model sejak awal, tidak ada keraguan untuk berpikir demikian.
"Bagus lo gak dateng duluan, sih. Kalau iya mungkin sekarang lo udah ikut encok kayak Duo Loyo ini," delik Naya. Setelah tangan itu bersih benar, ia ulurkan. "Naya," mulainya.
"Siapa yang gak kenal lo, sih?" jawab Satria, tetap membalas uluran tangannya.
"Bener. Siapa yang gak kenal lo juga?"
Setelah pertukaran kata singkat itu, Naya mempersilahkan Satria untuk menitip kotor di garasi rumahnya. Sementara, tas buluk itu diperbolehkan duduk di bangku tengah, beserta dengan air yang dia bawa.
"Lo bawa air doang kah, Sat? Makanan enggak?" tanya Joshua saat mendapat bagian menaruh air itu di dalam mobil.
"Lumayan, buat ngisi karburator kalau habis... sama buat tempat kencing kalo kepepet di tol."
Belum mulai saja, Naya sudah dibuat pusing mendengar pikiran Satria.
Akhirnya mereka berangkat terlambat sepuluh menit dari rencana. Baik Satria maupun Naya tidak mempermasalahkan hal itu. Janna lah yang bermasalah dan menyuruh mereka buru-buru pergi. Takut macet. Jadi, mereka pun tancap gas, menuju arah tenggara untuk memulai neraka sejauh 1.007 kilometer. Meninggalkan Raihan, Joshua, dan Janna yang menatap bagian belakang mobil mereka dengan mata lelah.
"Firasat gue gak enak," celetuk Janna, ketika mobil itu ditelan bulatnya bentuk bumi. Raihan dan Joshua berdiri di masing-masing samping yang ia punya, menghela napas secara sinkron.
"Ya, soalnya kita baru aja ngelepas anak kecil ke alam liar," gumam Raihan. Kemudian ia menyuruh keduanya segera pulang dan membersihkan diri dari debu.
------
Ada tiga peraturan yang harus Satria patuhi ketika berkendara bersama Naya.
Pertama, bilang kalau mau gantian nyetir dan pipis.
Kedua, makan selalu lebih penting dari jumlah kilometer yang tersisa.
Dan yang ketiga, HP Satria harus dijadikan GPS.
Entah apa maknanya, tapi jelas Naya menolak mentah-mentah untuk memajang ponselnya sebagai GPS, walau dia lah yang tahu jalan menuju tempat properti. Akan tetapi, tidak terlihat pula tanda-tanda si perempuan memainkan gawai selama perjalanan. Naya lebih memilih memandangi deretan mobil di luar, menunggu lampu merah, ditemani cahaya matahari menyengat yang berhasil tembus melewati kaca.
KAMU SEDANG MEMBACA
Silih Selindung
Teen FictionDua kerusakan beridentitas Satria Chandrawedi dan Kanaya Basundari, serta 1.007 kilometer yang harus mereka babat habis dengan mobil dan batu bekas untuk menahan kandung kemih supaya tidak kencing. Ini cerita tentang kepala yang tidak bisa bekerja d...