- Kembali -

483 40 0
                                    

*Author pov

#Kediaman Tuan Kim

Jimin dan Taehyung sudah pulang sekolah dan kini berada di kamar masing - masing. Tiba tiba saja Jimin ingin pergi bersama Taehyung, walau ia tau akan di tolak. Tapi Jimin juga memiliki sifat keras kepala. Ia kini berjalan keluar kamar, dan sudah berada di depan kamar Taehyung.

Tok~ tok~

Ceklek~

Jimin tersenyum hangat dan baru saja ingin mengatakan sesuatu, dengan cepat Taehyung mengatakan..

"Tidak!"

Jimin yang mendengar suara tinggi itu memudarkan senyumannya tapi tak lama. Senyumnya terbentuk lagi dan menganggukan kepalanya lucu beberapa kali. Setelah itu pergi ke kamarnya.

10 menit yang lalu...

*Taehyung pov

#Dikamar Taehyung

Sungguh jika aku dipaksa memilih, antara tinggal di hutan atau kota. Aku akan segera menjawab hutan! Walau aku dicap 'anak nakal' dalam arti sesungguhnya, tugas sekolah akan tetap aku kerjakan, dengan malas. Dan disinilah aku, di meja belajar, dan mengerjakan 3 tugas ku. Guru memang tidak memikirkan muridnya. Guru sialan! Sebenarnya bisa aku menyuruh seseorang mengerjakannya untukku, tetapi taulah tuan kim itu sangat tegas. Jadilah aku mengerjakannya sendiri.

Saat fokusku tearahkan ke buku, aku mendengar suara ketukan pintu. Firasat ku mengatakan itu Jimin. Aku bangkit dan menghembuskan nafas panjang. Aku membuka pintu. Hal yang pertama aku lihat, senyum di bibirnya, dan wajah... Sedikit pucat. Dia akan mengatakan sesuatu dengan cepat aku mengatakan 'tidak' lalu menutup keras pintu. Sebelum menutup pintu aku melihat senyumannya memudar, dan terlukis kembali. Aku memikirkan wajah pucatnya. Apa dia sakit? Apa benar? Kalo iya, dia sakit apa? Tunggu! Kenapa aku harus memikirkannya?.

"Kim Taehyung bodoh! Untuk apa kau memikirkan dia! Aish!" Aku langsung duduk dan kembali mengerjakan tugas - tugas sialan ini.

Beberapa jam kemudian~

*Author pov

#Diruang keluarga

Kini jam menunjukkan pukul 11:00 malam KST. Jam sekarang semua keluarga telah tertidur. Namun tidak dengan keluarga kim, mereka semua (Tuan dan Nyonya Kim, Jimin, Taehyung) berada di ruang keluarga. Bukan untuk bercanda tapi membicarakan hal serius.

"Tae! Jelaskan pada Appa, ada masalah apa ini?" Tuan Kim memulai dengan perlahan dan menahan emosi.

"Maksudnya Appa?" Taehyung bertanya dengan wajah yang tidak bisa diartikan. Keringat sudah lama keluar. Menahan detakan jantung yang berdegup cepat.

"APA YANG KAU LAKUKAN TADI! KENAPA TIBA TIBA KAU TERLUKA SEPERTI INI! APPA TIDAK MENGAJARKAN BERKELAHI! DENGAN SIAPA KAU BERKELAHI!? DAN KENAPA!?" Tuan Kim sudah mengeluarkan semua emosinya. Taehyung? Hanya menunduk dan menunggu Appa-nya menyelesaikan kata² amarahnya.

"T-tadi T-tae hanya ber-ma-main de-dengan teman T-tae." Taehyung sudah takut bila dibentak Appa-nya.

"Siapa?" Kini Nyonya Kim yang bertanya datar pada anak bungsu di keluarga Kim.

"..." Taehyung enggan mengatakannya.

"Tae tidak salah Appa." Jimin mulai bersuara dan menarik semua perhatian kepadanya.

"Maksud mu?" Nyonya Kim bertanya lembut kepada Jimin, dan mengusap surai rambutnya.

'Sialan!' batin Taehyung.

"Jadi tadi Jimin sempat melihat, Tae sedang mengendarai motornya perlahan. Lalu tiba tiba Jimin melihat, Tae dikepung banyak orang Eomma, Appa. Jimin kawatir, tapi Jimin takut. Jadi Jimin hanya melihat. Orang - orang itu mulai memukuli Tae. Jimin marah, Jimin mulai melawan semua orang itu. Setelah semua orang pergi, jimin menolong tae, dia sudah tidak sadarkan diri. Jadi jimin menelfon Appa dan Eomma untuk segera pulang. Jimin menelfon Jungkook dan akhirnya membawa Tae pulang." Cerita panjang lebar dari Jimin membuat Taehyung semakin geram. Tapi ia lebih memilih diam.

"Hah~ baiklah hanya seperti itu Tae? Lain kali berhati hatilah, arraseo?" Tuan Kim mulai mendekati Taehyung dan mengusap rambutnya lembut.

"Nde Appa, mianhae, Tae akan berhati-hati."

Menyadari semuanya sudah selesai Jungkook segera pamit pulang. Taehyung dan Jimin juga sudah pergi ke kamarnya masing-masing. Tinggallah Tuan dan Nyonya Kim di ruang keluarga. Tuan Kim menatap lurus ke depan. Sedangkan Nyonya Kim berada di rangkulan Tuan Kim.

"Yeobo?"

"Ah.. wae?"

"Aku merindukannya."

"Nado, em.. baiklah! Bagaimana jika besok sore, kita bersama anak - anak ke menjenguknya?"

"Nde, besok aku akan mengatakannya kepada anak anak."

Keesokkan harinya..

*Taehyung pov

Entah apa yang aku rasakan saat ini, antara senang, sedih, kecewa dan marah. Senang, karena sekian lamanya aku akan mengunjungi Hyung kesayangan ku bersama Appa dan Eomma, walau ada satu lagi manusia yang ikut. Sedih, karena mengingat kejadian terakhir itu. Kecewa, karena hyungku itu pergi secepat ini. Marah, karena posisi Hyungku direbut oleh KIM JIMIN itu!

Hah~ sudah sampai di tempat pemakaman ternyata. Kami melangkahkan kaki ke tempat dimana makam Hyung ku berada. Setelah sampai, Eomma langsung bersimpuh dan memegang foto Hyungku. Sedangkan Appa menenangkan Eomma. Aku dan Jimin melihat dengan sendu dan masih berdiri.

"Yeobo.. hiks.. aku salah.. ini.. hiks.. ini semua salahku.."

"Chagi tenanglah, jika kau terus bersedih, Taeyong akan sedih juga disana."

Akhirnya setelah beberapa ucapan sedih itu terdengar, tinggallah aku dan Jimin di makam Taeyong Hyung. Appa dan Eomma sudah kembali ke mobil karena Eomma sudah tidak kuat. Aku duduk bersimpuh di kanan makam Taeyong Hyung. Dan Jimin, didepanku.

"Em.. hai Hyung, bagaimana kabarmu? Semoga kau selalu bahagia disana eoh?"

"Cih, kenapa kau sangat pintar dalam berakting? Tapi maaf! Aktingmu ini benar benar tidak bisa menipuku Kim Jimin!"

"Tae, jebal, terima aku sebagai Hyungmu juga. Bagaimanapun aku juga Hyung mu. Aku tau Tae, kau sangat sedih kehilangan Taeyong Hyung. Tapi Hyungmu itu tidak hanya Taeyong hyung. Aku juga Tae! Tolong.. hiks.. anggap aku.. hiks.. Hyungmu juga Tae.."

Pada akhirnya aku hanya menunduk sendu. Hanya sebentar. Aku langsung berdiri dan menatap datar orang itu. Orang itu, aish! Jimin, ia juga berdiri namun masih menunduk dan terisak. Hening. Lalu tawaku memecah keheningan itu.

"HAHAHAHAHA..! JUSTRU ITU KIM JIMIN! KAU YANG SUDAH MEMBUNUHNYA KAN? Kau merasa iri padanya! Kau ingin menjadi Hyungku satu satunya kan? Sehingga.. kau.. hiks.. kau membunuhnya.. hiks.. KAU JAHAT KIM JIMIN!"

Aku langsung berlari pergi begitu saja dari makam Taeyong Hyung. Aku mengabaikan teriakan Appa dan Eomma untuk menyuruh ku kembali.

BRUKK!

"Ah mianhae, mianhae, jeongmal mianhae" Aku membungkukkan tubuhku berkali kali.

"Ah tidak apa, gweanchana?"

Tubuhku membeku sesaat setelah mendengar suaranya. Suara itu. Aku langsung mendongakkan kepalaku dan...

"HYUNGGG!?"

🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟
















*Sudah direvisi

Truth  || Taemin {REVISI} [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang