Sama seperti part sebelumnya. Aku gak bakalan bosan untuk ingetin kalian follow akun ini dan vote setiap part nya. Supaya semakin semangat buat up part-part selanjutnya.
Typo bertebaran
Happy Reading^_^
🐣🐣🐣
Author POV
"Tante, tumis kangkungnya udah matang." Lapor Aliya sembari menatap Anindita yang sibuk mengulek sambal.
"Langsung pindahin aja ke mangkuk Ya." Titah Anindita sembari menampilkan senyuman tipis.
Tanpa banyak bicara Aliya pun menuruti apa perintah Anindita. Dia memindahkan tumis kangkung tersebut dengan sangat hati-hati.
"Padahal kamu gak usah bantuin Tante masak juga gak apa-apa lho Ya. Ada Bi Mimin juga bantuin." Ucap Anindita dengan lembut sembari memindahkan sambal ke piring kecil.
"Gak apa-apa kok Tante. Aliya udah biasa kok bantuin Mamah masak buat sarapan." Balas Aliya tersenyum tipis. Dalam hati dia meringis mengingat apa yang di ucapkannya barusan. Mana ada dia membantu sang Mamah memasak, bangun saja selalu siang. Dan kalaupun dia membantu sang Mamah memasak, itupun dengan paksaan dari sang Mamah.
"Padahal yang lainnya masih tidur lho, gara-gara masih capek. Emang kamu gak capek Ya? Kemarin kalian jalan-jalan sampai malam lho." Anindita berbicara seperti itu bukan tanpa alasan. Pasalnya kemarin, seharian penuh keluarga Tama ditambah Aliya, mereka berjalan-jalan mengunjungi tempat-tempat wisata terkenal di Bandung sampai sore dan dilanjutkan dengan wisata kuliner hingga malam. Dan bila ditanya capek tidaknya, tentu saja Aliya merasa capek dan masih ingin tidur nyenyak sampai siang seperti yang lainnya. Hanya saja dia merasa tidak enak dengan pemilik rumah. Apalagi mengingat pesan sang Mamah yang menyuruh dirinya untuk tidak bermalas-malasan di rumah orang lain.
"Gak apa-apa kok Tante, jangan khawatir. Yaya baik-baik aja kok." Ucap Aliya dengan lembut sembari tersenyum tipis dan entah kenapa di mata Anindita, Aliya itu sangatlah cantik sehingga dia menatap Aliya dengan binar kekaguman. Dari dulu dia sangat ingin memiliki anak perempuan. Membayangkan bisa melakukan berbagai hal bersama, berbagi pendapat dan menghabiskan waktu bersama layaknya ibu dan anak. Namun harapannya harus pupus saat beberapa tahun lalu dirinya dinyatakan tak bisa memiliki anak oleh dokter. Dan itulah yang menyebabkannya berpisah dengan suami yang sudah menemaninya hampir enam tahun. Dia merasa bersalah karena tak bisa memberikannya keturunan. Dan karena rasa bersalah itulah Anindita memilih untuk mengakhiri rumah tangganya dan meminta sang suami yang sekarang sudah menjadi mantan untuk mencari wanita lain yang bisa memberikannya keturunan.
"Wah pantesan yah wangi masakannya sampai kecium ke kamar Nini, ternyata yang masaknya juga orang cantik macam Aliya ini." Suara dari Laras berhasil membuyarkan lamunan Anindita dan menatap sang Ibu yang baru saja datang dan langsung menggoda Aliya. Dan dengan sigap Anindita membuatkan teh manis untuk Laras.
"Nini ah jangan gitu." Aliya menutup kedua pipinya yang terasa panas sembari tersenyum malu.
Laras pun tertawa melihat tingkah Aliya sembari meminum teh buatan Anindita.
"Ini teh belum pada bangun?" Tanya Laras sembari mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru dapur dan tatapannya berhenti pada Anindita. Seakan mengerti tatapan sang Ibu, Anindita langsung menjawab dengan lembut.
"Belum Bu. Mungkin masih pada capek."
Laras hanya bisa menggelengkan kepalanya. Walaupun memaklumi alasan mereka bangun telat karena kecapek an, namun tetap saja itu tidak baik. Mengingat ada Aliya yang statusnya sebagai tamu di rumah itu. Dan yang membuat Laras merasa sedikit tidak enak adalah sikap Aliya yang membantu memasak untuk sarapan, sementara yang lainnya masih asik bermain di dunia mimpi.
![](https://img.wattpad.com/cover/207778387-288-k335352.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Adhitama Saputra (END)
ChickLitTidak ada salahnya kan dengan jatuh cinta? Tidak ada yang melarang dan juga tidak ada undang-undang yang melarang atau mengharamkan jatuh cinta. Namun salahnya Aliya memilih jatuh cinta pada orang yang jelas-jelas tidak bisa diharapkan sama sekali. ...