Selamat membaca...
🐣🐣🐣
Adhitama POV
"Tam tungguin gue." Panggil Satria sambil berlari ke arahku dengan wajah yang menurutku sangat-sangat menjijikan.
"Apa lagi sih Sat, gue mau pulang nih." Jawabku dengan malas.
"Mau kemana sih lo, buru-buru amat." Kepo Satria.
"Capek gue Sat habis rapat tadi." Dengusku.
"Santai Bosque." Jawab Satria yang mencoba menenangkanku.
"Terus mau lo apa?"
"Hehe gue nebeng pulang yah." Cengir Satria dengan wajah tanpa bersalahnya.
Gini nih kalau motornya lagi di servis, selalu seenaknya minta tebengan, udah tahu capek pengen buru-buru pulang."Ogah." Jawabku dengan datar.
"Ayolah masa lo tega sama sahabat sendiri." Mohon Satria dengan wajah semenyedihkan mungkin yang sayangnya tidak mempan bagiku.
"Yah yah yah Tam, gue ikut yah." Satria terus memohon, tapi maaf Sat untuk kali ini gak bisa.
"Gak." Jawabku sambil berlalu pergi dari hadapannya.
"Tega lo Tam sama sahabat sendiri, pokoknya gue marah sama lo." Maki Satria padaku. Terserahlah dia mau ngomong apa, yang penting harus cepet-cepet sampe rumah terus mandi supaya badan jadi seger lagi setelah seharian disibukan dengan kegiatan belajar ditambah lagi sama rapat OSIS.
🐣🐣🐣
"Assalamualaikum." Salamku setelah membuka sepatu dan menyimpannya di rak khusus sepatu samping pintu masuk.
Lega rasanya udah sampe rumah, supaya bisa cepet-cepet mandi lanjut tidur, karena ini badan udah pada pegel semua.
"Bun Abang pulang." Panggilku sambil celingak-celinguk mencari keberadaan Bunda. Tumben Bunda gak jawab salam, biasanya kan kalau jam segini Bunda suka duduk santai di ruang keluarga sambil nonton tv, tapi kok sekarang gak ada sih, Bunda kemana sih sebenernya.
Udahlah daripada mikirin Bunda mening mandi supaya badan seger lagi, mungkin Bunda lagi ada urusan mungkin sebentar lagi juga pulang.
🐣🐣🐣
Setelah beres mandi dan segalanya, aku turun kelantai bawah ngecek Bunda siapa tahu udah pulang. Dan ternyata benar dugaanku, Nyonya besar sedang duduk di sofa ruang keluarga sambil membaca majalah yang aku tak tahu itu majalah apa.
"Bunda darimana?" Tanyaku sambil duduk disampingnya.
"Ehh, Abang udah pulang?" Kaget Bunda saat melihatku, bukannya dijawab pertanyaanku malah nanya balik, dasar emak-emak, ehh gak boleh gitu Tam itu Bunda kamu loh.
"Abang nanya Bun, Bunda darimana?" Tanyaku dengan sedikit paksaan pada Bunda.
"Bunda habis dari warung sebentar tadi Bang." Jawabnya dengan lembut sambil melanjutkan kegiatan membaca majalahnya.
Dirumahku memang gak ada ART, itu Bunda yang minta sama Ayah, awalnya Ayah gak setuju tapi, Bunda tetap ngekeh kalau dirumah ini gak boleh ada ART, alasannya sih karena dia gak mau kalau urusan rumah dan lain-lain diurus sama orang asing, dan katanya lagi sih Bunda pengen ngisi waktu luangnya buat beres-beres rumah sambil nunggu Ayah,aku dan adikku pulang kerja dan sekolah.
Ayah itu punya perusahaan yang terjun di bidang pertambangan, yah bisa dibilang perusahaan ayah itu sukses lah malahan menurutku sangat sukses, jadi Ayah sering keliling kota buat ngurusin cabang-cabang perusahaannya. Dan Bunda tak pernah mempermasalahkan hal itu, 'selama Ayah setia dan tahu kalau ada anak dan istri yang nungguin di rumah, Bunda gak masalah' kata Bunda waktu itu.
Satu lagi, aku punya adik perempuan yang sekarang duduk di bangku kelas satu SMP. Navisha Ayunda yang nyebelin nya gak ketulungan, anak manja, cerewet, dan satu lagi dia itu pengagum para cowok-cowok Korea, yang itu loh anggota boyband-boyband yang lagi ngetop sekarang yang nama-namanya pada susah dihafalin.
"Ehh Abang udah makan belum?" Tanya Bunda yang seketika membuyarkan lamunanku. Tadi sebelum pulang aku sempetin makan di kantin karena kalau udah sampe rumah pengen langsung istirahat pikirku.
"Udah Bun tadi di sekolah". Yang dijawab anggukan oleh Bunda.
"Padahal Bunda udah bikinin puding buat Abang sama Adek." Mendengar kata puding, rasa kenyang ku hilang seketika. Dari kecil aku memang udah suka yang namanya puding.
"Di kulkas Bun?" Tanyaku dengan tidak sabaran yang dijawab anggukan oleh Bunda.
"Yaudah Abang makan pudingnya yah Bun."
Baru juga mau berdiri Bunda bilang sesuatu yang membuat moodku ancur seketika.
"Tapi jangan diabisin yah Bang, sisain buat Adek sama Aliya."Kenapa sih harus nama itu yang disebut, gak ada nama lain lagi gitu?
Entah sejak kapan aku merasa sebal dengan tetanggaku dan Adek kelasku yang bernama Aliya itu, selain sifatnya yang cerewet itu dia juga sering menggangguku entah itu dirumah ataupun di sekolah, dan itu sukses membuatku semakin sebal dengannya. Dan kenapa juga Bunda harus perhatian sama cewek pecicilan itu."Abang jangan lupa anterin yah pudingnya kerumah Aliya." Suara lembut Bunda lagi-lagi membuyarkan pikiranku tentang si cewek pecicilan, Aliya.
"Iya Bun, nanti Abang anterin kok." Walaupun sangat malas bertemu dengannya, tapi terpaksa harus nurutin perintah Bunda, daripada entar jadi dosa.
TBC
Maaf bila ceritanya membosankan. Dan bila ada kesalahan kata ataupun yang lainnya mohon dimaafkan.
Dan untuk yang suka cerita saya tolong votenya yah:)
Minta kritikan dan sarannya...
See you🐣
yoonbinaa🥀

KAMU SEDANG MEMBACA
Adhitama Saputra (END)
ChickLitTidak ada salahnya kan dengan jatuh cinta? Tidak ada yang melarang dan juga tidak ada undang-undang yang melarang atau mengharamkan jatuh cinta. Namun salahnya Aliya memilih jatuh cinta pada orang yang jelas-jelas tidak bisa diharapkan sama sekali. ...