][Nagisa's POV][
Aku membuka pesan singkat yang ku terima dan membaca isi pesan tersebut.
"Hm?"
"Ada apa, Nagi?" Luca menghampiriku saat aku membuat wajah tertegun menatap ponsel milikku. "Izu-chan mengirimkan pesan, katanya jika aku ada waktu aku diminta berkunjung ke Studio" aku membacakan pesan yang ku terima. "Kenapa kau harus repot-repot datang kesana?" tanya Luca sambil meletakan cangkir kopinya di bak cucian.
"Entahlah... tapi sudah lama sekali bukan? Hampir 3 tahunan Izu-chan tidak memberiku kabar"
"Dan sekali ia mengirimkan pesan, ia menyuruhmu ke Studio, huh" Luca berjalan menjauh dari dapur dan mengambil koran pagi ini bersama berjalan keluar. Aku membalas pesan Izu-chan dengan cepat lalu membilas cangkir Luca dan menyusulnya.
"Aku ingin bertemu Izu-chan" ujarku ketika tiba di ruang kerja Luca. "Aku akan menanyakan keperluan Izu-chan bertemu denganku!" aku menatap Luca dengan sungguh-sungguh. "Ku mohon...Ijinkan aku pergi ke Studio sekali ini" Luca menghela napas lalu melepaskan kacamatanya, ia menutup laptopnya dan memintaku datang mendekat.
"Tapi kau tidak boleh pergi sendiri" ujarnya. "Eh? Jadi Lu-chan akan ikut serta??" Aku menatap Luca bingung, ia mengangguk sebagai jawaban, membuatku tersenyum lebar dan melompat ke pangkuannya. "Terimakasih, Lu-chan memang baik!" seruku senang. Luca mengecup bibirku, meraba punggungku dengan tangannya yang besar. "Entah kenapa aku tidak menyukai Izumi dan kru lainnya" ujar Luca. "Eh? Kenapa begitu?" aku menatap Luca, sesekali membelai pipinya. "Karena mereka tidak mau memperjuangkan pekerjaanmu. Padahal kau juga memberikan kontribusi yang cukup besar untuk I&A.."
Aku tersenyum lalu mengecup kening Luca, ia mengerutkan dahinya seperti anak kucing yang tidak terbiasa disentuh orang. "Bukannya lebih baik begitu? Habis sampai saat ini aku pasti akan sibuk bekerja kalau waktu itu perusahaan tidak memintaku berhenti". "Ya, memang ada benarnya..". "Kalau begitu tidak perlu merasa kesal pada mereka bukan?" Aku tersenyum pada Luca yang perlahan memijat keningnya untuk merenggangkan otot wajahnya.
"Bicara soal pekerjaan... waktu itu juga, Lu-chan hampir saja diusir dari rumah dan dicoret dari ahli waris.."
"Aku sama sekali tidak takut" ujarnya, Luca menciumi leher ku dan menjilat leherku. Aku bergidik pelan merasakan sengatan listrik yang membuat tubuhku mati rasa. "Mhmm..L-Lu-chan, ini masih pagi.."
"Lalu?"
"Bukan kata tanyakan?! Ini masih pagi dan aku masih harus bersih-bersih!" seruku mendorong Luca supaya berhenti menciumku. "Kita bisa panggil Kitazawa untuk membersihkan mansion ini" balasnya. Kini ia menggigit leherku dan menghisapnya dalam-dalam.
"Lu-chan! Kenapa jadi nakal begini?? Ayo lepaskan!" seruku. Tapi Luca malah menurunkan kepalanya dan berhenti di dadaku. Dengan sengaja ia menggigit putingku, membuatku tersentak kaget.
"Lu-..chan...anh..."
Luca menghisap putingku melalui baju yang ku pakai. Aku benar-benar tidak bisa mengimbangi moodnya yang berubah-ubah.
"Ah... hah.."
"Kurasa akan menyenangkan melakukan hal yang kotor dan lengket di pagi hari" ujarnya. "Tidak mau! Lu-chan, pilih pgi ini atau nanti malam?" tanya ku sambil mencubit pipinya. "Pagi dan malam!" jawab Luca dengan wajah yang super serius.
"Salah satu! Kalo pagi ini nanti malam tidak lagi, aku bisa-bisa mati karena terlalu—" belum sempat aku menyelesaikan ucapanku Luca menarik sesuatu dari lacinya keluar. "Dengan ini pagi dan malam, kau akan baik-baik saja" ia menggoyangkan cairan merah dalm botol kaca.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Love That Can't be Alone [ 2 ]
RomanceBanyak orang bilang, "Orang yang memiliki senyuman paling indah adalah orang yang memiliki luka paling dalam" Dihantui masa lalu yang menyakitkan Ninomiya Nagisa (20) sukses menjadi model terkenal di Jepang. Tidak ada satu wanita atau pria yang mamp...