[Author's POV]
Mobil yang ditumpangi Lucapun berhenti di depan pintu utama bandara. Ia turun dari mobilnya seraya mengancingkan kancing setelan jas mahal yang ia gunakan. Mobil yang ia tumpangipun melaju pergi sementara ia masuk ke dalam.
Di dalam Kitazawa sudah datang menunggu Luca. Sambil berdiri dengan tegap menenteng tas kerja, ia mengamati mantan bossnya berjalan menghampiri tempatnya berdiri. Setelah Luca cukup dekat dengannya, ia membungkuk dalam.
"Selamat pagi tuan besar" ujar Kitazawa pada Luca, wajahnya terlihat tenang saat menyapa tuan besarnya itu, meski jantungnya berdegup kencang.
"Tuan Tuipolotu belum tiba?"
"Belum tuan besar... menurut jadwal 15 menit lagi pesat akan mendarat" balas Kitazawa. Luca menatap jam tangannya setelah mendengar balasan Kitazawa.
"Tuan besar.."
Luca menatap kearah layar LCD besar yang menampangkan puluhan jadwal pesawat yang tinggal landas maupun yang mendarat tiba.
"Tuan besar... saya—"
"Aku minta maaf" ujar Luca. Mendengar tuan besarnya mengatakan permintaan maaf, Kitazawa begitu terkejut, ia menatap Luca dengan mata terbelalak lebar.
"Tidak! Tuan besar tidak bersalah! Saya yang sudah lancang bertindak seenaknya dan menyebabkan Nagisa-sama jatuh sakit! Tolong maafkan ketidakbecusan saya!" Menyadari bahwa pria yang ia banggakan meminta maaf, Kitazawa membungkuk dalam.
"Angkat kepalamu, klien kita sudah tiba"
Luca berjalan melewati Kitazawa yang masih membungkuk, menyapa seorang pria paruh baya yang tersenyum lebar.
"Selamat datang, senang anda tiba di Tokyo dengan selamat" ujar Luca menyambut pria paruh baya itu. "Ahaha! Maaf atas kedatanganku yang mendadak! Aku tidak sabar untuk bertemu dengan penerus keluarga Fearbright" balas si pria.
"Luca Fearbright" Luca mengulurkan tangannya dan tuan Tuipolotu menjabat tangan Luca. "Saya sungguh senang bisa bekerja sama dengan anda. Seperti yang anda lihat, saya masih muda dan butuh banyak bimbingan, jika tidak keberatan ijinkan saya belajar banyak dari anda" ujar Luca. Melihat bagaimana Luca menyambutnya tuan Tuipolotu tersenyum, "Kau benar-benar mirip ayahmu, begitu pandai mengatur kata, berpendidikan, tidak diragukan sebagai penerus utama keluarga" puji tuan Tuipolotu.
"Terimakasih banyak. Saya sudah menyiapkan hotel dan sarapan sebelum kita memulai rapat kita" ujar Luca. Tuan Tuipolotu begitu menyukai sambutan yang Luca berikan dan bagaimana dia diperlakukan dengan baik.
Setelah itu pergilah mereka keluar dari bandara ke hotel yang dituju. Kitazawa mengurus semuanya dan Luca serta tuan Tuipolotu berjalan menuju ke ruang makan.
"Disambut begitu hangat dan diperlakukan dengan istimewa, aku sungguh menyukai ini" ujar tuan Tuipolotu. "Tentu saja, saya secara pribadipun menikmati ini. Dan berharap kita bisa mencapai kesepakatan bersama" ujar Luca. Mereka mulai berbincang-bincang selama sarapan.
Dan seusai sarapan seperti yang dijanjikan, mereka segera memulai rapat, tuan Tuipolotu dengan persiapannya dan juga Luca dengan semua yang sudah ia rencanakan memulai proses rapat mereka.
***
Di waktu lain, di tempat lain—Nagisa tengah bangun dan mengerutkan dahinya.
"Aku percaya semalam dia bilang dia libur, dan paginya dia sudah tidak ada di kasur" ujar Nagisa, perlahan beringsut turun dari kasurnya. Ia berjalan keluar dari tempat tidur dan menyibakkan korden krem yang indah di kamarnya.
"Baiklah, kurasa aku akan mengantarkan makan siang untuk Luca" Nagisa tersenyum, mengambil baju gantinya dan bergegas membasuh diri dengan air hangat. Beberapa jam berlalu dan dia sudah sibuk di dapur.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Love That Can't be Alone [ 2 ]
RomanceBanyak orang bilang, "Orang yang memiliki senyuman paling indah adalah orang yang memiliki luka paling dalam" Dihantui masa lalu yang menyakitkan Ninomiya Nagisa (20) sukses menjadi model terkenal di Jepang. Tidak ada satu wanita atau pria yang mamp...