[Author's POV]
Luca menghentikan mobil mereka saat mereka sudah kembali tiba di tempat parkir bawah tanah mansion mereka. Nagisa melepaskan sabuk pengaman mobil, menoleh kebelakang untuk mengambil tasnya yang ditaruh di kursi penumpang belakang.
"Nagi" Luca mencengkram tangan Nagisa pelan yang membuat Nagisa terkejut hingga ia menghentikan tangannya untuk meraih tas di kursi penumpang itu.
"Ya, Lu-chan?" Kini Nagisa menatap Luca yang perlahan melepaskan cengkramannya. "Sebelum kita masuk ke dalam, ada hal yang ingin ku katakan" ujarnya. Nagisa menatap suaminya dengan sedikit bingung. "Un, apa yang ingin kau katakan?" tanyanya.
"Dengar, aku tahu kau tidak suka aku berpikiran jelek tentang orang lain. Aku tahu kau benci menghakimi orang dari penampilan luarnya saja, tapi kali ini firasatku benar-benar tidak enak" Luca menatap Nagisa yang mengedipkan mata coklat bulatnya beberapa kali setelah mendengar ucapan Luca.
"Umm... firasat tidak enak soal apa?" tanya Nagisa. Tidak biasa bagi Luca membuat wajah yang begitu serius saat berbicara dengannya.
"Kita sudah berjanji bukan? Apapun yang terjadi tidak boleh ada kebohongan..." Luca menghentikan kalimatnya, begitu kata 'kebohongan' luput dari mulutnya. "tidak boleh ada kebohongan diantara kita.." sambungnya. Meskipun dari luar Luca nampak baik-baik saja mengucapkan janji penting itu, tapi saat ia mengingat kembali janji yang ia dan Nagisa buat membuat hatinya terasa begitu perih seperti disayat-sayat dengan pisau.
"Lu-chan?" Nagisa meraihkan tangannya dan membelai pipi Luca dengan lembut. "Kau baik-baik saja?" tanyanya penuh perhatian. "Aku tidak tahu kau akan percaya padaku atau tidak, tapi Takajima Yuri...dia bukanlah pria manis seperti penampilan luarnya". "Eh? Kenapa kau berpikir begitu?" Nagisa menarik tangannya dan mulai mengerutkan dahinya. "Ini kedengaran gila, tapi dia menantang mu... Dia ingin mendapatkan perhatianku dan membuatku jatuh cinta padanya. Merencanakan game gila yang akan merusak rumah tangga kita" Luca menjelaskan panjang lebar dan berhenti setelah tidak ada lagi kata-kata yang keluar untuk diucapkan. Nagisa sedikit terkejut, tidak, ia sungguh terkejut. Sulit dipercaya bahwa Yuri mengatakan hal yang demikian menyakitkan. Karena terkejut mendengar perkataan Luca tentang Yuri, Nagisa hanya diam. Pikirannya melambung entah kemana. Pertanyaan mulai bermunculan di dalam kepalanya.
Kenapa? Kenapa Yuri berencana untuk mendapatkan Luca?
Apa maksud Yuri dengan mencari perhatian Luca?
Mereka baru saja bertemu, lalu kenapa Yuri berniat begitu buruk?
Melihat Nagisa yang diam tanpa meresponnya, Luca memeluk tubuh suaminya itu dengan erat. "Tolong jangan biarkan hal yang barusan kau dengar menganggumu" bisiknya lembut. Nagisa yang menyadari kehangatan tubuh Luca, kembali menarik dirinya ke dunia nyata. Meninggalkan semua pikiran negatif yang mulai bermunculan dalam benaknya. Dengan hati yang gelisah, ia membalas pelukan Luca.
"Lu.. kenapa Yu-chan bermaksud begitu buruk? Apa aku melakukan sesuatu yang membuatnya kesal?" gumam Nagisa dipelukan Luca.
"Entahlah, tapi aku yakin kau tidak melakukan apapun yang buruk padanya" Luca tersenyum lalu menyibakkan poni Nagisa. Mata coklat indah itu menatapnya, bertukar pandang dengan mata biru milik Luca. "Aku tidak ingin percaya Yu-chan bermaksud seperti itu.." Nagisa menundukkan kepalanya, mengakhiri tatapannya dengan Luca. Luca menutup mata Nagisa dengan tangan lebarnya sesudah Nagisa menundukkan kepala.
"L-Lu-chan?!"
"Kalau kau tidak ingin percaya maka tutuplah matamu"
"Aku bukannya tidak ingin—"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Love That Can't be Alone [ 2 ]
RomanceBanyak orang bilang, "Orang yang memiliki senyuman paling indah adalah orang yang memiliki luka paling dalam" Dihantui masa lalu yang menyakitkan Ninomiya Nagisa (20) sukses menjadi model terkenal di Jepang. Tidak ada satu wanita atau pria yang mamp...