Alone (02)

26.3K 1.7K 104
                                    

][Nagisa's POV][

Aku menyibakkan selimut yang menutupi tubuhku dan bangun. Sambil menguap beberapa kali aku memutuskan untuk bangun dan berjalan keluar dari kamar. Cahaya matahari pagi yang hangat menerobos kaca jendela dan membuat pantulan sederhana yang indah di lantai. Aku berjongkok di depan jendela dan membiarkan cahaya matahari itu menghangatkan wajahku. Sambil memejamkan mata dan menghirup udara segar yang menyusup masuk lewat celah-celah kecil jendela.

Apartemenku terletak di distrik Setagaya, Tokyo. Banyak orang bilang distrik Setagaya adalah distrik yang orang kaya di Tokyo. Aku tidak tahu mengapa mereka berkata seperti itu tentang distrik ini. Menurutku Shinjuku atau Shibuya lebih punya banyak orang ber 'uang'. Tapi entahlah—

Sebelumnya aku tidak tinggal di Tokyo, tepatnya di Sendai. Kota dimana Samurai Legendaris Date Masamune memimpin. Setelah lulus dari SMA di Sendai, aku memutuskan untuk pindah ke Tokyo dan melanjutkan pendidikan. Tapi karena biaya sekolah yang mahal, aku tidak jadi melanjutkan pendidikan melainkan memulai karir. Sudah 2 tahun aku bekerja sebagai model. Kalau tidak salah saat menunggu hujan reda, aku dan Izumi saling bertemu. Ia sedang menyeka wajahnya yang basah karena air hujan, lalu bertanya apa aku membawa sapu tangan lebih. Tentu saja aku tidak punya sapu tangan lebih, tapi karena aku tidak membutuhkan sapu tangan, aku meminjamkan sapu tanganku untuknya. Saat itulah, pada pandangan pertama Izumi jatuh cinta padaku, tepatnya wajahku dan langsung menawariku pekerjaan.

  Aku menghela napas dan membuka mata ku perlahan, "Aku pikir Izu-chan juga menyukai laki-laki. Tapi ternyata ia jatuh cinta padaku karena aku menghasilkan pekerjaan dan uang untuknya, Haah..."

Ditambah lagi Izumi bukan gay, dia berpacaran dengan idol dan artis terkenal Masayumi Erika dari SHY 48. Tentu saja Erika-chan adalah gadis yang begitu cantik dan imut, wajar saja dia lebih tertarik padanya. Lagipula Erika-chan juga punya dadanya bagus.

Aku menarik kaosku dan mengintip ke dalam, mengamati betapa 'datar' nya dada ku. "Sama sekali tidak ada nilai erotisnya" gumamku lalu bangkit berdiri dan berjalan ke dapur. Setibanya di dapur aku menyalakan TV dan melihat ramalan cuaca hari ini. Seperti biasa langit musim semi pagi ini cerah dari pagi hingga malam hari.

Sambil mengeluarkan sereal dan sekotak susu, aku mengganti saluran TV dan melihat berita pagi ini. Selesai menuangkan sereal dan susu, aku membawa mangkuk serealku ke sofa, duduk dan mendengarkan berita pagi. Sambil melahap sarapanku, aku mencoba mengalihkan pikiranku.

"Dia bahkan tidak menelponku—" pikirku dalam hati.

Aku sudah biasa dikecewakan, sudah biasa menerima kenyataan yang tidak berjalan seperti yang ku inginkan. Sudah lebih dari 2 tahun sejak Kakeru-nii menolakku, tapi sampai sekarang dadaku masih saja terasa perih, seolah baru kemarin ia mengatakan, "Lebih baik kita tidak usah saling bertemu lagi—"

Ding-dong! Ding-dong!

Aku tersentak kaget mendengar bunyi bel yang berdering beberapa kali. Bergegas beranjak dari sofa, meletakan mangkuk sereal di meja, aku berlari menuju pintu depan. "Tunggu sebentar!" seruku dan berlari mendekat, lalu memutar kunci dan membuka pintu.

"Nagisa"

"N-...Naoya-kun"

Naoya berdiri di depanku dengan kemeja kerjanya, dasinya yang menggantung berantakan dan jas kantor yang di lipat lalu digantung di tangannya membuatku terkejut.

"Aku ingin minta maaf soal kemarin malam" ujar Naoya seraya menggaruk-garuk kepalanya.

"Masuklah!" ujarku dan mempersilahkan Naoya masuk. "Aku minta maaf karena aku tidak bisa menepati janjiku. Kemarin aku harus lembur dan seperti yang kau lihat, baru 1 jam yang lalu aku selesai" ujar Naoya seraya membuka tangannya untuk menunjukan betapa lusuh dirinya pagi ini.

The Love That Can't be Alone [ 2 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang