Alone (09)

20.5K 1.5K 54
                                    

[[AUTHOR's POV]]

"Luca-sama, apa dia marah dan meninggalkan Nagisa setelah tahu kau bersama pria lain?" Tanya Aki. Nagisa menggelengkan kepalanya. "Dia tidak marah, dia bilang dia merasa uring-uringan. Tapi tidak sampai memaki atau marah pada ku" jawab Nagisa. Aki menatap Nagisa lalu tersenyum. "Ku rasa Luca-sama memang berbeda" ujar Aki, "Ah, dibandingkan Re-chan, Lu-chan memang jarang marah, ya?" Aki mengangguk sebagai respon. "Aku ingat betul bagaimana aku bertemu dengan Reo pertama kali. Aku tidak menyangka aku akan menjadi kekasihnya" ujar Aki. "Hahaha, tapi baik Aki-chan dan Re-chan memang serasi!" ujar Nagisa. Pipi Aki merona merah.

"Nagisa, ku rasa aku akan menyimpan ceritanya lagi besok. Sudah waktunya aku membawa Runa dan Rina ke tempat Kaoru-sensei dan bekerja" ujar Aki lalu meletakan piring kecil pudding itu ke meja kopi. "Eh? Sudah waktunya?" Nagisa menekuk wajahnya. "Aku akan datang kembali besok, Nagisa, kau tidak keberatan bukan?" tanya Aki. "Uun, tentu saja tidak. Hehe, sampai jumpa besok, Aki-chan!" ujar Nagisa sambil berjalan mengantar Aki keluar. "Runa-chan, Rina-chan sampai jumpa besok ya" ujar Nagisa. "Nai-nii! Daa! Daa!" ujar Rina lalu meminta Nagisa memeluknya. Nagisa memeluk Rina, "Nai-chii.." ujar Runa, Nagisa terkekeh geli dan memeluk kedua gadis kembar itu. Aki dan si kembar berjalan meninggalkan apartemen Nagisa.

           "Haah... Kembali sepi sekarang" ujar Nagisa sambil menghela napas dan berjalan masuk ke dalam apartemen. 'Ngomong-ngomong, apa Lu-chan masih bekerja? Aku sudah merindukannya' pikir Nagisa dalam hati. Ia berjalan masuk ke dapur dan duduk di sofa sambil memeluk bantal sofa.

'Hmm... waktu itu, apa yang terjadi ya..' ujarnya dalam hati seraya mengingat-ingat kembali, kejadian setelah Luca memergokinya dengan Naoya.

=*=*=

][Nagisa's POV][

Aku menyibakkan selimut ku dan beringut turun dari tempat tidur. Tidak ku sangka aku tidur hampir seharian penuh. Aku berjalan keluar kamar dan mulai menghidupkan lampu-lampu di lorong serta dapur.

Aku duduk di sofa dan mengamati sekeliling ku. 'Sunyi sekali...' pikir ku. Jam menunjukan pukul 8 malam, tetapi aku belum terlalu lapar. Aku memiringkan tubuh ku dan menjatuhkan tubuh ku di sofa. 'Apa yang sebaiknya ku lakukan sekarang?... aku tidak mood makan atau apapun..' ujar ku dalam hati. Aku berbaring di sofa untuk beberapa saat tanpa melakukan apapun.

            Akhirnya setelah beberapa saat aku bangun dari sofa dan menatap meja makan milik ku. 'Ah...wadah bubur milik Luca-san belum ku kembalikan...' pikir ku dan berjalan meghampiri wadah buur itu. Aku mengangkat wadh itu dan mengamati isinya yang sudah habis.

'Lebih baik aku mengembalikan wadah ini dan mengucapkan terimakasih' pikirku lagi, sambil membawa wadah itu ke bak cuci piring. Setelah membersihkan wadah itu, aku berjalan menuju ke kamar dan memungut kembali ponsel ku.

'Ku rasa akan lebih baik jika aku bisa bertemu langsung dengannya. Aku masih ingat dimana kira-kira ia tinggal' ujar ku dalam hati. Aku segera membongkar lemari pakaian ku dan bersiap-siap pergi.

***

            Akhirnya setelah berkeliling sekitar daerah Ebisu, sebuah mansion dengan baya bangunan Eropa dapat terlihat. Aku segera berlari menuju ke bangunan itu dan terkejut mendapati bangunan yang megah itu benar-benar luas.

Bangunan itu di kelilingi pagar besi yang tinggi dan berujung tajam. Aku menatap ke sekeliling ku dan menemukan sistem penjagaan otomatis. Aku menghampiri mesin itu dan menatap  ke kamera penjaga. Ada sebuah tombol berwarna merah dan saat aku menekan tombol itu suara seorang perempuan terdengar.

"Ah! B-Bisakah aku bertemu Luca-san?" tanya ku.

"Tuan muda Luca belum pulang dari bekerja. Apa ada yang bisa saya bantu? Adakah pesan untuk beliau?" tanya perempuan itu

The Love That Can't be Alone [ 2 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang