Alone (07)

23.9K 1.6K 61
                                    

[Author's POV]

"Uhuk!"

"Uwaaah! Aki-chan! Kau baik-baik saja??" tanya Nagisa seraya menepuk pelan punggung Aki. "Ah, a-aku baik-baik saja" jawab Aki seraya menyeka mulutnya dengan sapu tangan. Nagisa kini membelai punggung Aki sambil bergumam sesuatu yang tidak dapat dimengerti Aki.

"A-Aku hanya terkejut mendengar cerita Nagisa...uh..uh, ternyata kalian sudah melakukan hubungan seperti itu meskipun baru mengenal" ujar Aki. Nagisa terkekeh geli dan menghela napas panjang. "M-Maaf! Aku tidak bermaksud buruk soal itu, Nagisa, maafkan aku.." menyadari Nagisa yang menghela napas, Aki merasa bahwa dengan ucapannya, ia membuat Nagisa terkesan sebagai pria yang buruk. "Tidak! Tidak bukan seperti itu, Aki-chan! Hehe. Memang rasanya aneh, ya? Hanya saja waktu itu, aku begitu kesepian, dan memanfaatkan kebaikan Lu-chan, aku memintanya untuk tidur dengan ku. Walaupun Lu-chan tidak sepenuhnya tidur dengan ku" jawab Nagisa.

"Umm... Lalu setelah tidur dengan Luca-sama, kalian berpacaran?" tanya Aki. Nagisa mengerutkan dahinya. "Sayangnya tidak! Lu-chan begitu menyebalkan! Dia bahkan membuat ku dilemma" jawab Nagisa. "Eh? Lalu kapan kalian berpacaran? Ku kira setelah tidur bersama dan Luca-sama meminta kesempatan, Nagisa akan menerimanya" ujar Aki. Nagisa bangun dari duduknya dan berjalan kembali ke sofa yang bersebrangan dengan tempat dimana Aki duduk.

"Tidak bisa semudah itu, lagipula dia benar-benar licik dan pandai menjatuhkan orang" jawab Nagisa. "Sulit dipercaya sekarang ini Luca-sama begitu patuh terhadap Nagisa" ujar Aki. Nagisa menatap Aki, "Kau pikir begitu? Bagiku Lu-chan tidak banyak berubah" balas Nagisa. Aki mengangguk, "Dari pertama kali kalian bertemu hingga saat ini, Luca-sama selalu memandang Nagisa sebagai orang yang paling berharga baginya, dan itu tidak akan berubah" ujar Aki. Pipi Nagisa merona merah mendengar hal itu, Aki tersenyum lalu tertawa geli. "Waaa! Aki-chan menggoda ku, bukan?" ujar Nagisa yang akhirnya juga ikut tertawa.

"Nagisa, apa kau tidak keberatan melanjutkan cerita mu?" tanya Aki. Nagisa mengangguk.

***

[Nagisa's POV]

Aku mengambil handuk yang tergantung di hangar dalam kamar mandi. Kamar mandi dalam kamar Luca begitu luas, bahkan luasnya sama dengan kamar tidur ku. Aku menyeka air di tubuh ku dan menatap pantulan diri ku di cermin.

Aku benci diri ku sendiri. Aku benci dengan keadaan ku saat ini—

Pikiran ku yang negatif tentang diri ku sendiri buyar saat pintu kamar mandi terbuka. Aku melihat Luca masuk ke dalam dan mengambil sikat gigi dari gelas cantik yang ia letakkan di sebelah wastafel. Melihat dada Luca yang terekspos dari kimono tidurnya membuat wajah ku memerah. Dengan tergegas-gegas aku melilitkan handuk di tubuh ku hingga dada ku tertutup handuk.

Luca berhenti lalu menatap ku.

'Uwaah... K-Kenapa dia berhenti dan menatap ku?!' ujar ku dalam hati. Aku tidak bisa bohong bahwa aku begitu malu ketika ia menatap ku seperti itu. "A-Aku akan segera ganti baju.." ujar ku dengan gugup. Luca berjalan mendekat ke arah ku tanpa mengatakan apapun. Sikat giginya dihimpit dengan gigi di dalam mulutnya, lalu ketika ia begitu dekat dengan ku, ia menarik handuk ku

"UWAAH!" seru ku kaget. Ia tidak banyak bicara atau merespon seruan ku yang terkejut karena tindakannya yang tiba-tiba itu. Belum sembuh dari rasa terkejut karena handuk ku ditariknya tiba-tiba, Luca yang kini memegang handuk ku, melilitkan kembali handuk ku di pinggul ku. Tangannya dengan cekatan melilitkan handuk itu dan menyelipkan ujung handuk itu dengan rapi.

                "L-Luca-san... Apa yang kau ..lakukan?" tanya ku. Sungguh aku tidak mengerti apa yang sedang ia pikirkan saat ini. "Hm? Aku hanya membetulkan posisi handuk mu" jawabnya lalu mulai menggosok giginya. "Eh?". "Kau bukan perempuan, jadi tidak perlu menutup dada mu. Laki-laki harus bangga untuk mengekspos dadanya" jawabnya. Aku mulai berpikir, 'Apa dia serius? Sungguh dia orang genius?'

The Love That Can't be Alone [ 2 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang