Alone (11)

23.2K 1.5K 74
                                    

[Author's POV]

 

Ding-Dong! Ding-Dong!

Suara bel mansion Nagisa dan Luca berbunyi. Nagisa meletakan mangkuk nasinya dan berjalan keluar dari ruang makan dan dapur itu. Sementara Luca kembali menyeduh sup miso miliknya.

"Ah, Aki-chan! Re-chan!" ujar Nagisa begitu ceria melihat pasangan manis yang begitu ia kenali. Aki tersenyum membalas sapaan Nagisa, sementara Reo menjawab, "Pagi, Nagi". Dibawah dua pria dewasa itu, dua gadis kecil kembar mendongak ke atas menatap Nagisa.

"Ah! Ru-chan, Ri-chan, selamat pagi!" sapa Nagisa yang kini berjongkok di depan si kembar. Si kembara hanya menatap Nagisa dengan rasa ingin tahu. "Oh! Masuklah!" ujar Nagisa yang mempersilahkan tamunya masuk.

"Maaf kami mengganggu pagi-pagi sekali" ujar Aki seraya berjalan mengikuti Nagisa, Nagisa menoleh ke belakang dan tersenyum, "Tidak masalah" jawabnya.

Mereka belok ke ruang makan dan dapur mansion itu dan melihat Luca sedang menikmati sarapannya. "Oh! S-Selamat pagi, Luca-niisama" sapa Aki. Luca mengangguk dan kembali menguyah telur dadarnya. "Maaf menganggu waktu sarapan mu, bro" ujar Reo. Luca meletakan sumpitnya dan menyeka bibirnya, "Kalau kau terus mengajak ku bicara, aku tidak bisa menyelesaikan sarapan ku" balas Luca seraya mengerutkan dahinya. "Kenapa aku?! Bukannya Aki juga?!" Reo memprotes komentar kakaknya itu, "Aki spesial" balas Luca dengan datar.

"Kalian mau bergabung juga? Hari ini aku masak sup miso cukup banyak" ujar Nagisa. "Tidak, terimakasih, tapi kami sudah sarapan" jawab Aki seraya menarik kursi untuk duduk si kembar. Dua gadis kecil itu menatap Luca tanpa berkedip. Luca memperhatikan mereka dari sudut matanya saat ia menyeduh kopi paginya.

"Ngomong-ngomong Aki-chan hari ini juga ada kerjaan di resto?" tanya Nagisa seraya menuangkan dua cup kopi. "Hari ini hari libur ku hingga besok" jawab Aki. "Sungguh? Syukurlah kalau Aki-chan bisa istirahat" balas Nagisa. "Ngomong-ngomong soal libur, bagaimana kalau kita pergi ke taman bermain? Double date?" usul Reo. Nagisa tersenyum lebar, "Aku ikut! Aku ikut!", "Lalu bagaimana dengan Bro?" Reo menoleh ke arah Luca. Reo, Aki dan Nagisa diam melihat si kembar yang bermain dengan Luca hingga mereka tertawa geli. "Uca-nii! Ru! Ru!" ujar Runa pada Luca. Luca meniup wajah gadis kecil itu dan ia tertawa. "Ri! Rina jug! Rina!" kini gantian Rina yang minta ditiup. "Fuuuh!" Luca meniup wajah kecil itu dan mereka memejamkan mata mereka dengan geli lalu tertawa.

"Luca-niisama...benar-benar menggemaskan.." komentar Aki dengan suara pelan. "Ku kira Bro tidak suka anak kecil" gumam Reo. "Hehe, dia memang tidak suka anak-anak, tapi bukan berarti dia tidak bisa beradaptasi dengan mereka" komentar Nagisa. Luca berhenti meniup wajah si kembar karena ia mulai lelah untuk meniup mereka berulang-ulang.

"Kalau begitu Nagi, kau bisa mengadopsi anak" ujar Reo. Nagisa menggelengkan kepalanya, Sekarang Luca memutar jari telunjuknya dan menggoda si kembar, mata bulat bear mereka menatap jari ramping Luca yang berputar di depan wajah mereka.

"Meskipun dia bisa beradaptasi, dia tidak ingin punya anak. Dia tidak keberatan dengan adik-adik Aki, asalkan mereka tidak tinggal lama bersama dengan Luca" ujar Nagisa yang menggembungkan pipinya sebal.

"Hei, Bro, kenapa kau tidak mau mengadopsi anak? Bukannya kau sudah cukup umur untuk bersikap selayaknya orangtua? Lagipula kau butuh penerus bukan?" tanya Reo pada Luca. Luca tidak memalingkan wajahnya saat ia menjawab pertanyaan Reo, "Aku hanya butuh Nagisa" jawabnya.

"Bukannya dengan mengadopsi anak kau juga masih punya Nagisa?" Reo menatap kakaknya heran. Sampai saat ini tidak ada yang tahu apa yang dipikirkan Luca. Apa yang ada dalam benaknya, dalam hatinya, semuanya tidak dapat diterka.

The Love That Can't be Alone [ 2 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang