[[LUCA's POV]]
Piipp—piip—
Suara telpon diatas meja kerja ku berbunyi, aku menekan tombol terima lalu mendengar seseorang menyampaikan pesan."Tuan, ada telpon untuk anda" ujar sekretaris ku. "Dari?" tanya ku seraya melepaskan kacamata ku. "Dari adik anda, tuan muda Reo" . "Akan ku terima" balas ku lalu mengangkat gagang telpon itu."Ya, Reo?"
"Bro, apa kau sedang sibuk?" tanya Reo. Aku mengenakan kembali kaca mata ku dan menatap layar laptop ku yang menampilkan lembar kerja Ms. Excel.
"Ada apa?" tanya ku, tidak menjawab pertanyaan Reo.
"Aku minta maaf..."
"Hei, hei, ada apa? Aku merasa jijik kalau kau tiba-tiba minta maaf"
"Hari ini aku berkunjung ke rumah mu dan menemui Nagisa. Lalu mereka ngobrol sebentar tapi obrolan mereka..." Reo berhenti sejenak sebelum melanjutkan kalimatnya. "Soal masa lalu Nagi"
"Apa?"
"Aki tidak bermaksud untuk mengungkit-ungkit soal masa lalu kalian. Tapi, sepertinya sesuatu yang tidak boleh diingat, tanpa sengaja—"
Aku memutus panggilan dari Reo dan bergegas mengambil jas dan tas kerja ku lalu berjalan keluar ruang kerja ku.
"Tuan?"
"Siapkan mobil, beritahu Rudolf kalau aku akan pulang ke Jepang malam ini"
"T-Tapi Tuan!"
Aku berlari bergegas menuruni anak tangga dan menghiraukan panggilan sekretaris ku. Dilantai setelahnya aku berjalan masuk kelift dan mengeluarkan ponsel ku. Aku menekan nomor kontak Nagisa dan menunggunya menjawab panggilan ku.
"Lu-chan?"
"Hei, darling. Apa yang sedang kau lakukan?" tanya ku, sedikit lega mendengar suaranya. "Hmm? Aku sedang istirahat saja" jawab Nagisa. "Kau istirahat dimana?" tanya ku. "Di ruang makan" jawab Nagisa. "Aku merindukan mu" ujar ku seraya menatap jam tangan ku yang menunjukkan pukul 9 malam di Moskow.
"Hehehe.. Kau baru saja pergi dua hari! Tapi aku juga merindukan mu" jawab Nagisa. "Apa kau sudah makan?" tanya Nagisa, "Ah, kali ini 10 sendok" jawab ku. "Oh! Lu-chan memang anak yang baik" Nagisa terkekeh. "Apa kau juga makan dengan teratur?" tanya ku. Pintu lift terbuka dan aku bergegas keluar. Mobil ku sudah terparkir di depan pintu perusahaan dan supir pribadi ku sudah siap mengantar. "Ke airport" ujar ku dan ia mengangguk
"Aku makan teratur...ku pikir" balas Nagisa, suaranya terdengar ragu-ragu. "Ada apa? Apa sesuatu mengganggu pikiran mu?" tanya ku. "Lu-chan... Apa yang terjadi pada Naoya-kun? Aku tidak dapat mengingat apapun tentang dia setelah aku bertengkar terakhir kali dengannya..." suara Nagisa berubah lirih.
"Aku menghajarnya dan ia pergi meninggalkan Tokyo"
"Begitu? Tapi kenapa aku tidak bisa mengingat apapun soal Lu-chan menghajar Naoya-kun" ujar Nagisa. "Karena kau jatuh dari tangga bukan? Kau terjatuh dan untung saja tidak terjadi apa-apa Kau hanya syok hingga kau lupa apa yang terjadi. Itu wajar Nagi. Jangan terlalu kau pikirkan" Aku mencoba untuk memberi jawaban. "Begitu.." balasnya. "Aku akan tiba diTokyo pagi hari, ku harap kau sudah menyiapkan sarapan untuk ku" ujar ku. "Un! Aku akan! Menu apa yang kau inginkan?" aku menghela napas lega ketika suaranya sudah terdengar seperti biasa.
"Apapun kecuali sayur-sayuran" ujar ku. "Uwaah! Masih saja pilih-pilih makanan!" Nagisa mencibir di telepon. Aku tertawa pelan dan mengakhiri panggilan setelah memberikan ciuman jarak jauh untuknya.
Aku menekan tombol lain dan menunggu jawaban. "Aku tidak bisa hadir dirapat selanjutnya, tapi semua berkas dan presentasi untuk besok sudah ku pelajari, sudah ku buat rangkuma dan kau hanya perlu menjelaskan saja".
KAMU SEDANG MEMBACA
The Love That Can't be Alone [ 2 ]
Любовные романыBanyak orang bilang, "Orang yang memiliki senyuman paling indah adalah orang yang memiliki luka paling dalam" Dihantui masa lalu yang menyakitkan Ninomiya Nagisa (20) sukses menjadi model terkenal di Jepang. Tidak ada satu wanita atau pria yang mamp...