Alone (13)

20K 1.4K 72
                                    

[Author's POV]

"Tidak disangka Nagisa lagi-lagi..." Aki menatap Nagisa yang menggantungkan pakaian terakhir mereka. "Benar-benar payah bukan?" Nagisa membereskan keranjang pakaian dan berjalan keluar dari veranda ruangan kosong itu. "Kurasa Nagisa bukan payah atau apapun yang orang lain pikirkan. Nagisa mencintai Kakeru-nii dengan sungguh-sungguh, karena itu meskipun hanya sedikit saja, kau pasti ingin bisa bahagia bersama dengannya.." Nagisa berbalik dan menatap Aki yang menahan emosinya. Mata pemuda itu berkaca-kaca lalu ia menundukkan kepalanya, menyembunyikan perasaannya.

"Aki-chan, terimakasih banyak. Aku senang Aki-chan mengerti perasaanku. Hehe" Nagisa menghampiri Aki dan membelai kepala Aki dengan lembut. "Aku tidak tahu banyak soal cinta, karena itu, saat mendengar cerita Nagisa, aku berpikir bahwa cinta sejati itu tidak mudah didapat". "Meskipun begitu Aki-chan, cinta sejati tidaklah selalu sulit. Cinta sejati itu adalah saat dimana dua orang manusia saling merasakan perasaan yang sama, perasaan ingin mencinta dan dicintai. Ketika salah seorang dari mereka kehilangan orang yang mereka cintai, jauh didalam lubuk hati mereka ada suatu kehampaan. Dengan kata lain, mereka tidak bisa hidup seorang diri" Nagisa tersenyum sebelum membalikkan badannya dan berjalan masuk ke kamar mandi.

"Waktu itu... aku merasakan hal yang sama saat Reo tidak ada disisiku.." pikir Aki dan berjalan menyusul Nagisa.

"Nagisa! L-Lalu bagaimana saat kau tahu Kakeru-san hanya memanfaatkan Nagisa..?" Memang sedikit berat untuk menanyakan hal itu, tapi Aki ingin tahu apa yang terjadi setelah Nagisa tahu yang sebenarnya.

Nagisa menghentikan tangannya dan memalingkan mukanya, lalu dengan suara yang amat pelan, "Percobaan bunuh diri" ia menjawab pertanyaan Aki. Aki membelalakan matanya dan membungkuk dalam-dalam.

"M-Maafkan aku! Nagisa aku seharusnya.."

"Hehe, Aki-chan benar-benar baik hati sekali!" seru Nagisa lalu memeluk Aki. "Maafkan aku karena membuatmu merasa bersalah" ujar Nagisa dan membelai belakang kepala Aki. "Tapi aku memang sungguh-sungguh putus asa waktu itu—"

.

.

.

][Nagisa's POV][

Aku berlari keluar dari kamar mandi dan mengambil barang-barangku lalu meninggalkan rombongan. Izumi memanggil-manggil ku berkali-kali hingga suaranya tidak lagi terdengar. Aku jongkok di tengah-tengah troatoar dan menangis tersedu-sedu. Mencaci diriku sendiri karena aku beitu bodoh... Berharap bahwa mimpi indah ini tidak akan pernah berakhir—

Esok harinya aku meminta Kakeru-nii untuk menemuiku di taman dekat stasiun. Hingga larut malam aku terus menunggunya. Hari inipun aku bolos kerja, tidak mungkin aku bisa memberikan penampilan yang bagus di depan kamera. Wajahku terlalu lusuh untuk hal itu...

Selang berapa jam Kakeru-nii berlari dan menghampiriku yang duduk di ayunan taman. Ia masih mengenakan kemejanya dan tas kerjanya ditenteng dengan kuat.

"Nagisa! Apa yang terjadi?! Kenapa matamu bengkak seperti itu?!" tanyanya. Rasanya aku ingin tertawa... Kakeru-nii... aku tidak tahu apa dia benar-benar cemas atau dia hanya mempermainkan ku saja..

"Kakeru-ni..."

"Ada apa?" Kakeru-nii berjongkok di depan ku dan membelai pipiku.

"Apa aku semurah itu?" tanyaku. Pertanyaan yang paling tidak ingin ku tanyakan. "Apa maksudmu?" Kakeru-nii menatapku bingung. "Apa aku hanya bernilai 30,000 Yen saja?! Semurah itu diriku bagi Kakeru-nii?! Kenapa kau tidak minta lebih?!.." bahu ku gemetar dengan hebat dan air mata menetes, membasahi pipiku

Kakeru-nii memeluk ku erat, "Maafkan aku... Aku memang bersalah..tapi sekarang ini aku benar-benar mencintaimu Nagisa" ujarnya.

Ah... Kenapa selalu saja...selalu saja kata-kata yang penuh kebohongan itu—

The Love That Can't be Alone [ 2 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang