][Nagisa's POV][
Sudah satu minggu berlalu sejak Luca memberitahuku soal Yuri—Aku tahu dan tidak pernah meragukan Lu-chan, tidak sekalipun aku pernah meragukannya. Pertama kalinya aku bertemu dengan orang yang selalu berkata jujur. Apa yang ia pikirkan selalu ia utarakan tanpa embel-embel kebohongan.
"Lu-chan, hari ini kau akan pulang larut malam lagi?" tanyaku
Luca meletakkan cangkir kopinya, menyeka bibirnya dengan serbet dan mengangguk. "Bulan ini banyak sekali proyek dan rapat yang harus ku hadiri. Jangan menungguku pulang, tidurlah lebih awal" jawabnya. Aku mengangguk, kembali menggigit selembar roti panggang dengan selai coklat kacang.
"Nagi"
"Ya?"
"Apa Izumi masih menghubungimu?"
"Izu-chan? Umm... akhir-akhir ini tidak ada pesan atau telepon darinya. Kurasa Yuri-chan sudah kembali semangat untuk bekerja" jawabku, tersenyum lemah.
"Kau punya hak untuk menelpon dan bertanya kabar Izumi, tapi jika sesuatu menyangkut Takajima Yuri, maka kau harus memberitahuku. Tidak peduli sekecil apapun—"
Aku mengangguk lemah lagi, Lu-chan begitu baik. Dia orang pertama yang begitu perhatian padaku. Aku tidak ingin menyusahkan Lu-chan atau membuatnya sedih. Sebisa mungkin aku akan menghindari Yuri-chan.
Luca beranjak dari kursinya, membawa serta jas dan tas kerjanya.
"Aku berangkat dulu, sampai jumpa nanti" ujar Luca. Ia bersandar dekat dan mengecup keningku. Aku membalas kecupannya dan tersenyum.
"Jangan jadikan kue untuk menu makan siang" pesannya, aku terkekeh geli mendengar apa yang ia katakan. "Ya,ya,ya" balasku. Sosok gagah itu meninggalkan ruang makan dan menghilang.
Aku meletakkan rotiku dan menghela napas. Padahal aku sudah menyakinkan diriku bahwa Lu-chan tidak akan meninggalkanku, tapi kenapa dadaku masih terasa begitu sesak? Kenapa perasaan yang begitu menyesakkan ini terus menerus mengganjal di dada? Tidak, tidak! Aku tidak boleh membiarkan pikiran negatif seperti ini mengangguku! Lu-chan pasti akan sedih kalau aku memikirkan hal ini terus menerus. Hmph! Seandainya Yuri-chan benar-benar menyukai Lu-chan—Aku menatap ke cangkir kopi Luca yang tergeletak diatas meja makan.
Aku tidak akan membiarkan Yuri-chan mengambil Luca dariku. Tidak akan pernah! Selama ini aku tidak pernah punya rasa percaya diri yang cukup untuk menyakinkan diriku sendiri, bahwa aku adalah orang yang tepat untuk orang lain, tapi bersama dengan Lu-chan... aku merasakan hal yang berbeda.
Aku sungguh-sungguh mencintai Luca, sungguh-sungguh menginginkan dia untuk diriku seorang.
Saat aku hanya dalam pikiranku sendiri, dering telepon yang keras mengejutkanku. Aku beranjak dari kursi, menuju ke meja kecil dimana telepon ditaruh diatasnya.
"Ya, Halo?"
"Nagi?"
"Re-chan?" suara Reo terdengar dari ujung telepon.
"Re-chan, ada apa?" tanyaku
"Hari ini Aki sedikit sibuk, jadi ia memintaku menelponmu dan bertanya apa kau punya waktu luang?"
"Hmph! Aku punya!"
"Bagus! Bagaimana kalau kau main ke kemari dan uh... tolong jangan marah, tapi bisakah kau menemani si kembar dan Yuuto? Hari ini mereka libur, sedangkan Aki harus bekerja di restoran"
"Ah!! Tentu saja! Aku bersedia!" seruku.
"Baguslah kalau kau tidak keberatan. Aku akan menjem—"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Love That Can't be Alone [ 2 ]
RomanceBanyak orang bilang, "Orang yang memiliki senyuman paling indah adalah orang yang memiliki luka paling dalam" Dihantui masa lalu yang menyakitkan Ninomiya Nagisa (20) sukses menjadi model terkenal di Jepang. Tidak ada satu wanita atau pria yang mamp...