prolog

10.7K 645 15
                                    

Bunyi sepatu hak tinggi diikuti dengan suara pintu terbuka, mengalun perlahan hingga terdengar samar oleh kedua muda mudi di salah satu private room sebuah restaurant.

Salah satu dari mereka memutar pandangannya menuju sumber suara. Pria dengan pakaian berjas hitam yang menutupi kemeja putihnya, memasang muka terkejut kala sepasang sepatu violet tertangkap oleh netranya.

Pria itu langsung menarik tangannya yang semula menjadi sandaran kepala dari seorang wanita bergaun hitam. Sedikit terusik, wanita itu pun mengikuti arah pandang sang pria, lalu bola matanya seketika membesar dan tangannya pun menutup mulut tak percaya kala melihat siapa yang baru hadir di ruangan itu.

Plak!

Satu tamparan mendarat mulus di pipi pria yang masih diam tak berkutik melihat kedatangan wanita dengan heels violet itu.

"Kaget? Iya?" suara yang terdengar tenang namun menusuk itu keluar dari bibir wanita yang baru saja menampar seorang pria dihadapannya.

"Ka-kamu kenapa bisa disini?"

"Saya sudah pernah bilang bahwa sekali saja kamu menghancurkan kepercayaan saya, jangan pernah berharap bahwa saya akan diam saja dan tetap bersama seperti dulu!"

Pria berjas hitam itu menggelengkan kepala dan meraih tangan wanita dengan tampilan nuansa lilac dihadapannya.

"Ra, biarin aku jelasin dulu ke kamu."

Dengan cepat, wanita bernama Aira itu melepas pegangan tangan sang pria dan menampar kembali pipi pria itu.

"Apapun alasannya, kamu sudah membuka pintu dan membiarkan tamu itu masuk."

Aira melangkahkan kakinya dengan cepat keluar dari ruangan yang memuakan itu. Satu tetes air mata keluar dari pelupuk matanya tepat sesaat setelah ia menutup pintu.

Ia menyeka air mata yang seharusnya tidak keluar disaat seperti ini.

Setelah berjalan lebih jauh dari ruangan tadi, Aira menyenderkan punggungnya pada dinding lalu membungkuk dan mengepalkan tangannya. Memukul dada kirinya untuk berusaha kuat.

"Kamu sudah melakukannya dengan baik, Ra," ucap Aira bermonolog sambil berusaha menghentikan tangisnya.

"Aira!"

Suara teriakan seorang wanita yang usianya tak jauh dari Aira mendekat dan perlahan ia merengkuh tubuh Aira.

"G-gue bisa tanpa dia, Qil." ucap Aira parau  sambil terus menyeka air mata yang sialnya tak kunjung berhenti.

"Lo pasti bisa tanpa dia. Berlian tidak pantas bersanding dengan kerikil." Gadis yang bernama Aqilla itu terus mengusap punggung Aira, memberi ketenangan pada sahabatnya.

***

Hallooo!!

Welcome to my second story!

Sesuai dengan desk cerita, Bout Trefeen merupakan spin off dari Notre Destin. Lebih tepatnya cerita anak RaSher yuhuuu.

Cerita ini bakal lebih fokus ke salah satu  anak RaSher yaitu Arva. Tapiii kalian tetep bisa nemuin RaSher dan keluarga kecil mereka kok.

Semoga kalian suka yaa dengan cerita ini.

See u soon di chapter Arva!

Jangan lupa vomment ya! Thank you! ❤

Bout TrefeenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang