"O-ow," gumam Aira ketika Gerald menyebut siapa manusia yang ada dihadapannya kini.
Arva dihadapan Gerald dan Aira masih mencerna pemandangan yang ditangkap oleh netranya.
Melihat hal itu, Gerald langsung berjalan mendekat ke arah Arva dan bersalaman ala pria.
"Sahabat istri gue," bisik pria berkaus putih itu pada Arva, sebelum sahabat kecilnya salah paham duluan.
"Aunty, who is he?" Ero menengadahkan kepalanya pada Aira. Gadis itu pun membungkuk dan berbisik pada Ero.
"Uncle Arva. Aunty's boyfriend."
"Your boyfriend?" beo Ero memastikan.
Aira pun mengangguk dengan senyum sejuta artinya.
"Nak, sini kenalan dulu sama teman Papa." Gerald memberi kode melalui tangannya pada sang anak untuk berjalan ke arah ia dan Arva.
Aira pun melepas genggaman tangan Ero dan menyuruh pria kecil itu untuk menghampiri sang Papa.
"Ero, uncle," Arva tersenyum kecil ketika Ero menyalaminya dan memperkenalkan diri.
"Yuk masuk dulu Va."
***
"Wadaww kita kedatangan pasangan viral niii," Erin datang dari arah dapur ketika sang suami memberi tahu jika sahabat suaminya datang.
Wanita itu menjulurkan tangannya untuk bersalaman pada Arva dan disambut pula oleh Arva untuk membalas jabatan tangan Erin.
"Viral itu apa, Mom?" Ero memasang wajah bertanya pada Erin.
"Hm, semacam terkenal gitu sayang." Pria kecil itu pun mengangguk mengerti setelah mendengar penjelasan singkat dari Erin.
"Oh, jadi aunty sama uncle pasangan terkenal ya?"
"Ih pinter banget ponakan onty!" seru Aira seraya mencubit pipi anak berumur hampir 4 tahun itu.
Sementara Arva hanya bisa terdiam menyaksikan reaksi Aira yang ia artikan bahwa gadis itu sama sekali tidak menyangkal pernyataan Erin.
Selang beberapa detik setelah acara cubit mencubit Aira dan Ero, Qilla datang dengan nampan yang berisi teh manis diatasnya.
Gadis berbaju hitam itu menaruh hati-hati teh yang ada di atas nampannya menuju ke meja ruang tamu. Setelah menaruh beberapa gelas, Qilla menegakkan tubuhnya dan tanpa disengaja, manik hitam gadis itu bertemu dengan manik hitam Arva.
Ia merasa tidak asing.
Pikirannya kembali ke beberapa minggu yang lalu saat ia dan Aira berlibur di Yogyakarta.
"Loh? Mas yang dipantai kemarin kan?" sahut Qilla memastikan jika itu adalah orang yang sama.
"Lo udah kenal?" Aira sedikit terkejut mendengar kalimat yang terdengar di gendang telinganya tadi.
Jika benar-benar Qilla dan Arva saling mengenal lagi, beuhh, udah bukan dunia selebar daun kelor lagi ini mah. Tapi selebar daun upil.
"Itu loh yang bantuin lo ke kemar waktu itu. Waktu di jogja. Masa lo ga inget? Eh- lo kan tidur nyenyak banget ya udah kayak simulasi meninggoy."
"Enak aja lo ngomong!" Aira hendak berdiri dengan mata yang sudah melotot, namun ia urungkan untuk duduk kembali karena ada Ero disebelahnya.
"Ke kamar?" gumam Aira bermonolog sembari memikirkan kata-kata Qilla tadi.
"Eh? Oh yang lo bilang dingin sama cuek itu?"
'Subhanallah' batin Qilla speechless dengan sobat laknatnya satu ini. Saking ia sudah tidak heran dengan mulut ceplas ceplos sang sahabat, gadis itu hanya bisa menahan diri untuk tidak memberi pelajaran pada Aira.
![](https://img.wattpad.com/cover/255199779-288-k121489.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bout Trefeen
General Fiction🌼 Spin off Notre Destin 🌼 "You're like the sky. Unpredictable. It could be cloudy today but the next day it becomes very beautiful."