"Happy wedding, femme serpent."
Ucapan dari gadis bergaun merah itu membuat lawan bicaranya yang semula menampilkan senyum lebar menjadi sedikit pudar dengan raut wajah kebingungan.
Aira segera melingkarkan kembali tangannya pada Arva dan berlalu pergi meninggalkan sepasangan pengantin itu menuju kedua orang tua mempelai untuk memberi salam sebelum turun dari pelaminan.
"Em, gue mau ambil pasta dulu ya, lo mau?" tanya Aira setelah mereka diarahkan menuju sitting table khusus yang terpisah dari para tamu lainnya.
Arva pun hanya mengangguk mengiyakan dan menunggu di salah satu meja bundar.
Sambil menunggu Aira, Arva yang tadinya baru saja mengeluarkan handphone, sedikit terkaget saat seseorang menepuk pundaknya.
"Om Aksa?" ucap Arva ketika melihat siapa seseorang yang menepuk pundaknya dari belakang.
"Wih, udah lama om ga ketemu kamu. Masih sama ya kamu, ga berubah. Eh, tapi makin ganteng aja anak bujang om, hahaha." Aksa tertawa dan sedikit memeluk Arva sebentar seraya menepuk belakang pundaknya.
Arva pun hanya tersenyum kaku dengan tangan yang masih tegak di samping badannya.
"Va, ini.." Aira yang baru saja datang setelah mengambil pasta, menggantungkan ucapannya sedikit terkejut karna ia dengan tanpa permisi berdiri di sebelah Arva bersama kedua piring yang ia bawa.
"Aduh, salah ni gue. Pasti temennya bokap si Arva. Harusnya gue diem aja tadi dari jauh." batin Aira merasa canggung dan bersalah karena pastinya ia akan ditanyai mengapa Arva membawanya pergi bersama.
"Eh, maaf om dan tante. Saya izin pa--"
"Arva? Ini pasangan kamu? Kok tante baru tau sih.. Mama kamu belum cerita ke tante?" sahut wanita paruh baya yang berdiri di sebelah Aksa.
Oh ya, fyi wanita paruh baya yang berbicara tadi, merupakan salah satu teman dekat Sherly --mama Arva-- juga. Jadi, ia tahu bagaimana perjalanan Arva khususnya asmara Arva yang sama sekali belum terdengar bahwa pria itu menggandeng seorang wanita.
"Namanya juga anak muda, suka malu-malu meong. Nanti pasti ada waktunya kan, baru ngenalin ke orang tua. Betul tidak, Va?" jawab Aksa seraya melingkarkan tangannya pada bahu Arva.
Oh ya, kalian jangan heran jika Aksa terlihat sangat dekat dengan Arva. Pertama, Aksa merupakan teman dekat Raka dari semenjak kedua pria itu --Raka dan Aksa-- melakukan pendidikan di Akmil. Kedua, oleh karena alasan pertama tadi, Aksa sangat mengenal Arva dari semenjak masih bayi. Ia benar-benar mencap bahwa Arva adalah foto copy-an dari Raka. Baik itu figur wajah dan kepribadiannya.
"Iya om."
"Jangan lama-lama atuh di kenalinnya. Sayang loh Va cantik-cantik gini di anggurin. Nanti di embat sama yang lain loh, ya kan..... Eh siapa namanya sayang?"
"Aira, tante."
"Nah. Ya kan, Aira?"
Aira hanya tersenyum kikuk seraya menatap Arva dengan tatapan bersalah karena telah membawa perbincangan yang seharusnya tidak terjadi dan tatapan bertanya karna ia tak tahu harus menjawab apa.
"Hehe. Tante bisa aja. Padahal kan tante..?" Aira mengantungkan ucapannya seraya memberikan tatapan bertanya untuk mengetahui nama dari wanita paruh baya di depannya itu.
"Panggil aja tante Iva." ucap Iva dengan senyum lebarnya.
"Nah, padahal kan tante Iva juga cantik banget loh. Pasti umur tante masih 30an ya?"
![](https://img.wattpad.com/cover/255199779-288-k121489.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bout Trefeen
Aktuelle Literatur🌼 Spin off Notre Destin 🌼 "You're like the sky. Unpredictable. It could be cloudy today but the next day it becomes very beautiful."