Suara deru mobil memasuki pekarangan rumah pribadi keluarga Bratadikara. Dua gadis cantik yang baru saja turun dari mobil, berjalan menuju pintu masuk dan salah satu dari mereka mengarahkan telunjuk pada bel yang ada di sebelah pintu.
"Oh ya kak, aku masih penasaran deh. Kenapa bisa kakak sama bang Arva datang bersama di pesta itu?"
"Kakak udah kenal bang Arva duluan?" tanya Kai penasaran pada gadis disebelahnya kini.
"Em," Aira menggaruk tengkuknya bingung. Ia bingung bagaimana menjelaskan itu semua.
"Abang?!" Kai memutar pandangannya pada arah pintu yang baru saja terbuka. Hal itu membuat Aira mengikuti arah pandang Kai.
"Arva?" gumam Aira setelah melihat siapa sosok yang dipanggil 'Abang' tadi. Beberapa detik setelah menyadari bahwa itu Arva, Aira dibuat kebingungan melihat tubuh gagah itu yang seharusnya sedang bekerja.
Apakah pria ini sudah selesai bertugas? Hanya dua hari?
"Ih Abang kok ga ngasih tau kalo mau mampir?"
"Kan ini minggu, Kai," ucap pria tersebut mengingatkan.
"Oh iya lupa."
"Teman kamu, Kai?" tanya Rava setelah melihat siapa gadis asing yang ada disebelah Kai.
"Bukan. Lo ga inget gue? Kita baru ketemu dua hari yang lalu loh?" balas Aira sebelum Kai menjawab.
Rava menatap wajah Aira lama. Ia berusaha mengingat gadis yang berkata bahwa mereka baru bertemu dua hari yang lalu.
"Maaf, mungkin saya lupa."
"Wah parah banget. Setelah semua yang terjadi, lo lupain gue gitu aja?!" sahut Aira mendramatisir.
"Semua?"
"Jangan bilang..."
Aira menutup mulutnya tak percaya. Pikiran gadis itu sudah berkelana melihat Arva yang baru saja ia hubungi kemarin, mendadak menjadi sosok yang melihat Aira asing.
"Lo amnesia?! Serius lo amnesia?!" tebak Aira heboh. Tangannya sudah mencekram kedua lengan Rava dengan tatapan tak percaya dari Aira.
Menyimak adegan antara sang Abang dan Aira, membuat hal itu mengundang tawa dari gadis yang sedari tadi sengaja menutup mulutnya tanpa menjelaskan keadaan yang terjadi.
"Kak. Ini bukan bang Arva," pernyataan yang keluar dari mulut Kai tadi, membuat Aira memutar kepalanya ke belakang, dan membuka lebar manik mata hitam itu ke arah Kai.
"Bukan Arva?"
"Ini bang Rava. Kembarannya bang Arva." Dua kalimat penjelasan dari Kai tadi, sontak membuat Aira terkejut dan melepas cengkraman tangannya pada lengan Rava.
"So-sorry," ujar Aira menahan malunya. Gadis itu sedikit mundur dan merutuki mulutnya yang asal ceplos.
***
"Oh jadi ini toh gadis yang jadi pembicaraan kemarin. Lebih cantik lagi lihat yang aslinya ya, Kai?" sahut Sherly dengan senyum lebar yang menghiasi wajah wanita paruh baya itu.
Mereka --Sherly, Kaitlyn, Aira-- sedang duduk santai di ruang tamu setelah perkenalan singkat sebelumnya. Sementara Rava sudah pamit duluan karena ada urusan mendadak.
"He'em. Kakak cantik banget serius. Ga salah pilihan bang Arva hahaha," ujar Kai menimpali.
"Ah tante bisa aja, makasih tan. Tante juga, ga heran deh Aira kenapa anak-anak tante cakep semua." Oh ya, sambil menunggu Sherly tadi, Aira baru melihat foto keluarga Arva yang ada di ruang tamu. Ia benar-benar takjub melihat bagaimana paras-paras tampan dan cantik dalam figura itu. Benar-benar definisi bibit unggul semua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bout Trefeen
Fiksi Umum🌼 Spin off Notre Destin 🌼 "You're like the sky. Unpredictable. It could be cloudy today but the next day it becomes very beautiful."