Aira terbangun dari tidurnya. Ia merenggangkan tubuhnya sebelum mendudukan diri. Namun setelah semua nyawanya terkumpul, ia terdiam untuk sesaat.
Aira menyapu pandangan disekitarnya. Ia di hotel? Bukankah--
Aira mencoba mengingat kejadian semalam. Setelah berhasil mengingat, Aira menutup mulut refleks.
"Qill?? Qillaa???" Aira berdiri dan memanggil nama sang sahabat.
Qilla keluar dari kamar mandi dengan masih mengenakan bathrobe putih dan handuk putih yang melilit di atas kepalanya.
"Lo udah bangun?"
Aira berbalik badan dan segera menghampiri Qilla yang berada di ambang pintu kamar mandi.
"Lo bener bener dah, tidur apa praktik mati si loo???"
"Qill.. Qilll.. Kok gue bisa disini? Semalem apa yang terjadi sama gue?" Aira tak menjawab pertanyaan Qilla. Ia justru kembali bertanya tentang apa yang terjadi semalam.
"Ih ogeb, lo udah buat gue malu tau!" Qilla menjitak kepala sang sahabat. Membuat sang empunya meringis kesakitan.
"Lo malu? Kenapa? Ceritain ke gue, semalem kenapa gue bisa balik kesini!!" Qilla menghembuskan napas kasar.
"Abis gue ganti baju." Aira pun menuruti permintaan Qilla. Ia menunggu Qilla sembari berjalan bulak balik di dekat teras hotel yang terhubung dengan private pool.
Aira menggigit kuku jempolnya. Huaa, ia hanya ingat ketika ada seorang pria disebelahnya waktu itu, apakah ia tertidur dan terjatuh ke dalam pelukan pria itu?
Huah, pria itu tidak mungkin bermacam-macam dengannya bukan?
Aira menggeleng kepala cepat.
Setelah Qilla beres dengan pakaiannya, Aira kembali menghampiri Qilla. Menunggu kebenaran cerita yang akan disampaikan sang sahabat.
"Jadi gini.." Qilla memberi tahu kronologi kejadian semalam. Mulai dari telepon hingga Aira yang menahan pria itu sebelum pergi.
"Seriuss? Gue kayak gitu?"
"Lo tuh ya. Tidur selalu aja kayak orang mati! Susah banget lo dibangunin, mana pake acara ngigau lagi. Gue yang malu Aira sayang!!!" sahut Qilla greget dengan tingkah laku Aira.
"T-tapi gue gak di apa-apa in kan? Gue aman kan?"
"Ya kalo lo di apa-apain, ngapain tu cowo nerima telpon dan ngasih tau lo dimana ogeb!" Qilla mencubit pipi Aira gemas. Saking gemasnya, ingin ia menampol gadis yang bisa-bisanya menjadi sahabat dia.
"Aish, sakit tau!" Qilla melepas cubitannya. Sementara Aira mengelus-ngelus pipi kesayangannya.
"Tapi ya Ra. Lo kok bisa jatuh di tangan cowo ganteng gitu?" Qilla menggaruk dagunya. Membayangkan kembali wajah pria tampan itu. Malam saja ia sudah terlihat jelas ketampanannya, apalagi jika ia melihat wajah itu dengan jelas di pagi hari?
"Hah, ganteng gimana maksud lo?"
"Iya ganteng. Definisi boyfriend material banget. Cuman emang rada dingin dan cuek sih."
"Dingin dan cuek?" beo Aira memastikan kembali ucapan yang ia dengar.
"Hooh."
***
Seusai sarapan di restoran hotel, Aira dan Qilla kembali ke kamar hotel. Mereka berdua segera mengemas barang karena hari ini mereka sudah harus kembali ke ibu kota.
Terlalu singkat memang untuk berlibur. Namun kedua gadis itu memiliki kesibukannya masing-masing yang tak dapat ditinggalkan.
"Qill, gue bawa ini satu yak!" Aira mengangkat sepasang sandal hotel yang masih tersedia di lemari.
![](https://img.wattpad.com/cover/255199779-288-k121489.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bout Trefeen
General Fiction🌼 Spin off Notre Destin 🌼 "You're like the sky. Unpredictable. It could be cloudy today but the next day it becomes very beautiful."