14

1.1K 115 11
                                    

Nyatanya pertemuan mendadak itu kembali membuat luka Yoongi yang perlahan sembuh harus terbuka
menganga lagi.

Membuat dirinya kembali terpuruk bahkan lebih parah dari sebelumnya. Yoongi jadi enggan sekedar membuka suara.

Luka di fisiknya mungkinlah perlahan sembuh, namun Seok Jin tau luka dihatinya bahkan masih menganga lebar dan semakin lebar.

Ini sudah hari kesepuluh sejak kejadian hari itu. Tapi Yoongi tak menunjukkan perubahan sedikitpun.

Bahkan sudah ada beberpa psikiater dan psikolog yang datang guna membantu Yoongi, tapi tetap tak
ada perubahan pasti, bahkan beberapa dari mereka angkat tangan akan kondisi Yoongi. Seok Jin sampai putus asa dibuatnya.

Yoongi seakan hidup tanpa jiwa. Raganya memang ada di tempat tapi sepertinya tidak dengan jiwanya. Sosok Jungkook yang biasanya hadirpun menghilang. Seakan sosoknya tak dapat lagi membantu Yoongi.

Seok Jin tentu saja sedih bahkan terlampau sedih dengan kondisinya adiknya itu. Hatinya terus merutuk
akan kedatangan Ayahnya hari itu. Rasa empati dan hormatnya akan sosok itu entah hilang kemana
sekarang.

Bahkan jika Seok Jin tak ingat jika masih ada hubungan darah di antara keduanya, mungkin saja Seok Jin akan mencari sosok itu dan membalasnya dengan cara yang sama dengan apa yang telah
sosok itu lakukan pada adiknya Yoongi. Tapi Seok Jin masih cukup sadar jika semua kelakuan bejat sang Ayah tak serta merta harus dibalas dengan cara yang sama.

Padahal sebelum semua itu terjadi kondisi Yoongi sudah sangat baik, perlahan adiknya itu hidup normal
kembali. Bersekolah di sekolah umum dan bersosialisasi kembali dengan banyak orang.

Senyum tulusnya perlahan hadir kembali, tapi kenapa setelah perlahan adiknya mendapat kebahagiannya kembali, semuanya harus hancur dan lenyap dalam sekejap mata.
Seakan kebahagian enggan melingkupi Yoongi.

“Kak Seok Jin.. Bolehkah aku masuk?”

Ah.. Seok Jin sampai lupa akan eksistensi remaja disampingnya ini karna terlalu larut oleh pikirannya.

Dia Jimin, teman baru Yoongi di sekolah. Seok Jin sampai lupa jika Yoongi sudah punya teman sebaik Jimin.

“Ya silahkan. Tapi aku minta maaf jika Yoongi tak menanggapimu, kau mengerti kan kondisinya” Jimin
tersenyum manis dan mengangguk.”Tentu”

Jimin memanglah tau perihal kondisi Yoongi dan untungnya anak itu tetap mau berteman dengan
Yoongi, tidak menjauh seperti yang lain saat tau tentang Yoongi. Dan Seok Jin bersyukur akan hal itu.
.
.

Jimin perlahan melangkahkan kakinya memasuki kamar dengan nuansa biru muda itu, ini pertama
kalinya ia menginjakkan kaki kekamar minimalis itu.

Ada sosok Yoongi yang berbaring membelakanginya diatas kasur. Sosok yang baru beberapa bulan belakangan Jimin kenal.

Sosok dingin yang mampu membuat Jimin bergerak dengan sendirinya untuk mendekat. Sosok rapuh yang seakan memanggil Jimin untuk melindunginya. Dan disinilah sekarang Jimin.

Berdiri memaku pandang kepada sosok itu.

“Yoongi..” Sosok itu nampak tersentak.

Jimin perlahan mendekat guna
melihat wajah temannya itu yang masih saja membelakanginya. Saat
sampai tepat didepan Yoongi, Jimin menunduk mensejajarkan dirinya dengan Yoongi yang berbaring.

Matanya menutup rapat, tapi Jimin tau Yoongi tidaklah tidur. Tangannya perlahan bergerak menyentuh
pundak yang Jimin rasa semakin ringkih itu. Lagi-lagi Yoongi tersentak dan Jimin dapat merakasan jika
sosok itu menegang.

“Tak apa, aku Jimin.” Ucapnya lembut dan perlahan mengusap pelan pundak Yoongi.

“Seharusnya minggu lalu kita piknik kan. Aku sudah meminta Ibuku memasak banyak makanan padahal,
tapi tak apa.. kita masih punya banyak waktu. Aku akan meminta Ibuku memasak lagi nanti,” Jimin
tertawa diakhir kalimatnya, tangannya masih mengusap lembut pundak dan bahu Yoongi yang perlahan rileks.

“Atau kita juga bisa kepantai, nanti kita menyalakan api unggun dan kembang api. Kurasa akan seru ya kan?” Jimin terus berbicara pada Yoongi walaupun tak ada tanggapan.

“Teman-teman disekolah mulai menanyakan kabarmu loh. Katanya rindu. Bahkan Taehyung mulai rusuh dan terus bertanya tentang kemana dirimu” Jimin tersenyum saat mengingat sosok Taehyung teman
dikelasnya yang memang dari awal sangat ingin berteman dengan Yoongi, tapi selalu diacuhkan Yoongi.

Entah kenapa hanya dirinya yang berhasil dekat dengan Yoongi.

Mata yang sedari tadi tertutup itu perlahan terbuka dan menatap sayu Jimin. “Hai”

Yoongi bangkit menjadi duduk dan terus menatap Jimin. “Jimin” Jimin sendiri hanya tersenyum.

Jungkook kemarin datang menemuiku, dia mengajakku pergi. Katanya Ayahnya memukulnya lagi, dia takut”

Jimin terdiam mendengar ucapan pertama Yoongi. Tentu saja Jimin kenal siapa itu Jungkook. Seok Jin sudah bercerita padanya.

“Jungkook benar-benar ketakutan sepertinya, dia bahkan menangis saat bercerita padaku. Ayahnya
memukulinya, pasti itu sangat sakit kan? Jungkook bilang Ayahnya seperti monster. Aku ingin
menolongnya, haruskah aku ikut pergi bersama Jungkook?”

Jimin membeku ditempatnya dan Seok Jin diluar kamar sudah menangis tersedu mendengar ucapan Yoongi. Tak tau jika sosok Jungkook yang ia kira menghilang masih muncul, bahkan lagi-lagi mengajak adiknya pergi.

Seok Jin sangat takut jika kali ini sosok Jungkook benar-benar akan membawa adiknya pergi.



Maaf baru up, karna memang  sebenarnya udah kehilangan rasa buat nulis ini. Jadi harap maklum ya kalo makin gak jelas😂

Minta doa ya buat korban banjir di Kalimantan selatan, semoga baik-baik aja, banjirnya cepat surut dan segera pulih...

Typo bertebaran

120121

singularityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang