Seok Jin terbawa emosi saat matanya tak sengaja mendapati Yoongi berusaha melukai dirinya dengan pisau buah didapur.
Jika ia tak melihat dan meneriaki Yoongi, mungkin pisau itu sudah memutus nadi sang adik.
“Apa yang kau pikirkan Yoongi! Kau sudah gila, dimana otakmu! Kau ingin mati, huh?” tanpa sadar dirinya membentak Yoongi dengan suara nyaring sarat akan emosi.
Wajahnya memerah dengan urat dilehernya yang terlihat menonjol, nafasnya menderu kasar berusaha meredam segala emosi yang siap meldak kapan saja.
Menghiraukan keadaan Yoongi yang sudah bergetar hebat ditempatnya, pisau ditangannya sudah terjatuh karena tangannya kini sibuk menutup telinganya sendiri sambil sesekali memukul kepalanya.
Suara-suara bentakan Ayah kembali terdengar, berbagai umpatan kasar bernada marah kembali menyambangi ingatannya bagai kaset rusak yang berputur berulang-ulang dikepalanya.
Kilas balik masa lalunya saat bersama yang Ayah kembali terbayang, bukan kenangan indah yang membuatmu akan tersenyum jika mengingatnya melainkan sebuah mimpi buruk.
Rasa sakit dari pukulan-pukulan Ayahnya juga entah bagaimana kembali ia rasakan menyerbu berbagai sisi tubuhnya.
Bahkan bayang-bayang sosok sang Ayah juga terlihat, sosoknya yang membawa botol alkohol dan tongkat kayu. Rasa takutnya kembali hadir bertubi-tubi menyelimuti dirinya.
“Yoongi-ah..” Seok Jin terkesiap sesaat beberapa terdiam mengontrol emosinya yang campur aduk. Antara rasa marah, kesal, khawatir dan takutnya menjadi satu. Emosi yang sudah ia pendam berhari-hari.
Dirinya tertegun saat melihat Yoongi yang berdiri dihadapannya sudah kacau.
Seok Jin perlahan mendekatinya, menahan kedua lengan Yoongi supaya berhenti memukul keplanya. Sang adik terkejut dan menegang, menatap Seok Jin dengan pandangan sarat akan rasa takut.
Hati Seok Jin sakit melihatnya, ini salahnya.
“Maaf Ayah., Yoongi salah..” hati Seok Jin mencolos saat telinganya mendengar gumaman Yoongi, apalagi saat ada setetes air mata yang jatuh dari mata yang beberapa hari lalu masih memancarkan binar bahagia yang perlahan ia dapat kembali.
Namun kini sorot itu kembali berubah seperti pertama kali mereka dipertemukan setelah sempat terpisah dulu.
Seok Jin dengan perlahan membawa Yoongi kedalam dekapannya, mencoba memberi rasa nyaman dan aman untuk sang adik. Sekali lagi Seok Jin hanya mampu mengucap maaf untuk segala ketidak mampuannya.
Uum Hai..
Typo bertebaran
200721
KAMU SEDANG MEMBACA
singularity
FanfictionKatanya bahagia itu sederhana. Sesederhana saat hanya melihat senyum orang yang kau kasihi maka kau juga akan bahagia. Namun nyatanya bahagia itu tak sesederhana itu bagi seorang Kim Seok Jin. Seok Jin tak bahagia hanya dengan melihat senyum orang y...