"Kak Seok Jin"
Suara lembut itu mampu membuat semua persendian Seok Jin melemas, kepalanya menoleh kebelakang dan mendapati sosok adiknya tengah berdiri dengan senyum manis di wajahnya yang kian berisi itu. Nampak belum menyadari kehadiran Ayahnya.
Kaki kecil nan rampingnya mulai melangkah mendekatinya masih dengan senyum yang terpatri dibibir tipisnya. "Apakah itu Jimin?" suara nya kembali mengalun saat mata kecilnya tak sengaja menangkap siluet orang yang berdiri di teras rumah. Jimin adalah teman baru Yoongi di sekolahnya yang juga baru. Memang tadi Yoongi bercerita jika Jimin itu ingin berkunjung kerumahnya.
"Bu..kan" Seok Jin hendak melangkah mendekati sang adik tapi langkah tergesa dan suara gedebuk menghentikan langkah Seok Jin yang baru selangkah. Matanya membulat tak percaya dengan apa yang baru saja ia lihat. Kejadian itu terasa sangat cepat terjadi.
Adiknya sudah terduduk di lantai dengan sudut bibir yang berdarah dan sang Ayah yang mengepalkan tangan nya siap melayangkan pukulan lagi kearah adiknya. Seok Jin lekas berlari menghalangi niat Ayahnya itu dengan mencekram erat tangan Ayahnya itu.
"Ayah apa-apaan!" suaranya tanpa terkontrol keluar nyaring menatap Ayahnya tajam.
"Gara-gara anak itu Ayah harus mendekam di penjara yang seperti neraka itu!" suara berat Ayahnyapun menyahut tak kalah nyaring, menatap tajam tepat kemata Seok Jin.
Seok Jin terpaku melihat tatapan yang tak pernah ia lihat dari sosok Ayah yang ia ingat selalu memberi tatapan lembut penuh kehangatan itu dulu, bahkan baru beberapa saat lalu Seok Jin melihatnya, tatapan lembut yang kerap kali ia rindukan. Tapi kenapa tatapan itu langsung berubah saat Ayahnya melihat Yoongi.
"Itu salah Ayah juga! Ayah sudah menyakiti Yoongi kalau Ayah lupa! Itu ganjaran yang tepat untuk perbuatan bejat Ayah!" Seok Jin marah, terus meninggikan suara nya sejenak melupakan ikatan di antara keduanya.
"Kau tak paham!" dengan sekali sentak cengkraman tangan Seok Jin dilengan nya lepas dan Ayahnya itu dengan seganap kekuatannya mendorong tubuh tinggi Seok Jin sampai laki-laki itu tersungkur dan punggungnya terantuk lemari sepatu di dekat pintu.
Ayahnya kembali melayangkan pukulan membabi buta kepada Yoongi yang kini sudah meringkuk dengan tangan yang melindungi kepalanya.
Seok Jin berusaha bangkit, punggungnya sungguh sakit. Dengan tertatih ia berusaha menghampiri Ayahnya yang masih sibuk memukuli adiknya yang terlihat tak berdaya.
Seok Jin tak habis pikir sejak kapan Ayahnya berubah menjadi sosok yang sangat menakutkan seperti sekarang? Kenapa Ayahnya seakan sangat benci terhadap Yoongi, Seok Jin tak mengerti. Sosok itu seperti bukan Ayah yang pernah Seok Jin kenal.
"AYAH HENTIKAN!" Seok Jin berteriak murka dan memberi pukulan tepat di wajah Ayahnya itu. Ayahnya terpaku mengusap pipinya yang berdarah tergores cincin yang Seok Jin pakai.
"Kau memukulku?" suara dalamnya mengudara membuat suasana makin terasa panas.
"Ayah keterlaluan! Kenapa Ayah memukuli Yoongi? Dia tidak salah, Ayah!" teriak Seok Jin lagi, urat lehernya terlihat menonjol dengan rahang yang mengeras, menandakan Seok Jin tengah sangat marah saat ini.
"Anak itu sangat mirip dengan Ibumu, Ayah benci dengan segala yang ada didirinya! Ayah sudah tak tahan!" Alasan tak berdasar yang tidak masuk akal itu yang mendasari tindak kasar Ayahnya, Seok Jin tak habis pikir.
Ayahnya kembali bergerak maju hendak kembali melayangkan pukulan terhadap adiknya yang sudah tak berdaya dengan tatapan kosongnya di lantai. Tapi Seok Jin menghentikannya.
"Jika Ayah mendekati Yoongi lagi, aku akan menjobloskan Ayah kepenjara lagi dan tak akan membiarkan Ayah keluar. Jadi sebelum itu terjadi Seok Jin mohon pergi dari sini dan jangan temui aku apalagi Yoongi" suara Seok Jin memelan dan menarik Ayahnya keluar dari rumah tanpa ada penolakan pasti dari Ayahnya itu. Menutup pintu rumahnya yang mungkin tak akan terbuka lagi untuk sosok Ayahnya itu.
Seok Jin menghampiri Yoongi yang tak bergerak sedikitpun dilantai. Tatapan kosong itu lagi yang kini Seok Jin lihat, tatapan yang sebenarnya perlahan hidup itu kini meredup lagi dan mungkin sudah menggelap.
"Yoongi-ya.." suaranya bergetar memanggil nama sang adik, tak ada respon apapun dari adiknya itu. Tatapan matanya masih kosong dengan air mata disudutnya.
Seok Jin bersimpuh memangku kepala adiknya itu, mengusap memar di tulang pipinya lembut dan menghapus air mata yang kembali jatuh di sudut matanya yang juga sedikit memar itu.
"Maaf" hanya kata itu yang keluar dari mulut Seok Jin. Kata maaf untuk semua ketidakmampuannya melindungi Yoongi dan tak mampu menetapi janji yang pernah ia ucap, untuk tak lagi membuat adiknya itu terluka. Hanya kata maaf yang Seok Jin mampu ucap.
Merengkuh tubuh itu perlahan dan menangis terisak.
Jaga kesehatan selalu ya..
Typo bertebaran
220320
KAMU SEDANG MEMBACA
singularity
FanfictionKatanya bahagia itu sederhana. Sesederhana saat hanya melihat senyum orang yang kau kasihi maka kau juga akan bahagia. Namun nyatanya bahagia itu tak sesederhana itu bagi seorang Kim Seok Jin. Seok Jin tak bahagia hanya dengan melihat senyum orang y...