KIM SEOK JIN
Hidupku berubah drastis sejak Ibu bercerai dengan Ayah. Sebelum itu terjadi Ibu dan Ayah memang sering berdebat atau bertengkar, dan puncak pertengkeran itu terjadi saat aku baru pulang sekolah.
Ibu berteriak menyebut kalau Ayah selingkuh dengan karyawan di perusahaan keluarga kami, Ayah mengelak tapi Ibu tak percaya dan berakhir kata cerai keluar dari mulut Ibu setelah Ayah untuk pertama kalinya main tangan pada Ibu.
Ibu terduduk menangis tersedu setelah pertengkaran itu berakhir dengan Ayah yang berteriak frustasi dan pergi tanpa kata.
Aku masih setia mematung di tempat persembunyianku, aku hanya mampu melihat semuanya tanpa bisa berbuat apa-apa.
Siang berganti malam, rumah yang biasanya bising kini sunyi senyap seakan tak ada kehidupan di dalamnya. Yoongi adikku tertidur pulas di sampingku, mungkin ia kelelahan setelah tadi Ibu dan Ayah lupa menjemputnya di sekolah sampai hampir malam.
Yoongi tidur dengan pulas, wajah nya benar-benar polos. Aku jadi tak tega jika Yoongi yang masih sangat kecil ini tau apa yang tengah terjadi di keluarga ini. Yoongi masih perlu kasih sayang dari orang tua yang utuh.
Memikirkan kedepannya makin membuat mataku enggan tertutup walaupun jam sudah menunjukkan pukul 02.00 pagi.
Hal yang paling aku takutkan akhirnya terjadi, kalimat cerai dari mulut Ibu tempo hari benar-benar terjadi membuat status suami-istri di antara Ayah dan Ibu sudah tidak ada lagi.
Pengadilan sudah membuat putusan dengan di ketuknya palu. Tak ada hubungan lagi diantara Ayah dan Ibu. Mereka benar-benar berakhir.
Namun kukira itu adalah akhir dari kisah keluargaku, tapi ternyata disitu justru menjadi awal mengerikan yang terjadi di hidupku.
Ibu tidak mendapat hak asuh atas Yoongi hanya diriku saja, alasannya karna keuangan Ibu tidak mencukupi jika harus merawat dua anak. Jadi Ayah yang mendapat hak asuh Yoongi.
Ayah membawanya pergi entah kemana dan hal itu membuat Ibu frustasi. Yoongi anak yang sangat disayang oleh Ibu karna ia Bungsu dan terlebih Yoongi masih anak-anak.
Ayah menghilang seperti di telan bumi, tidak ada kabar lagi dari nya maupun Yoongi.
Semakin hari Ibu semakin bertingkah aneh. Gelagatnya seperti orang yang kehilangan akal sehatnya. Ibu kerap kali bertingkah seakan ada Yoongi di dekatnya dan Ibu juga terkadang menunggu Ayah pulang kerja seperti kebiasaannya yang lalu. Ibu seakan lupa dengan apa yang sudah terjadi.
Jika aku memberi tahunya apa yang terjadi Ibu akan marah bahkan sudah tiga kali Ibu mengamuk. Dan jika Ibu sudah tersadar ia akan menangis tersedu di sudut kamarnya yang gelap.
.
.
.
.
.
Tepat setahun setelah keluraga ku pecah, aku mendapati Ibu sudah tak bernyawa dengan pergelangan tangan terluka dan darah di sekitar tubuhnya, mulutnya berbusa dengan butir-butir obat berserakan. Ibu bunuh diri.
.
.
.
.
Bertahun-tahun berlalu aku masih belum mendapat kabar dari Ayah ataupun Yoongi. Setelah kepergian Ibu aku berusaha keras mencari kebaradaan Ayah untuk bertemu Yoongi, aku sangat merindukannya.
Namun dari segala pencarianku tidak ada satupun yang membuahkan hasil. Yoongi benar-benar menghilang.
Namun saat aku menerima sebuah telpon rasanya aku menukan setitik cahaya terang, itu telpon dari pihak sekolah Yoongi. Aku terkejut dan sempat tak percaya, aku terlalu bahagia mengatahui fakta jika sebentar lagi aku akan bertemu dengan Yoongi yang kini kutahu sudah SMA.
Tapi lagi-lagi aku harus di hadapkan sebuah fakta menyakitkan tentang kondisi Yoongi yang jauh dari kata baik.
Yoongi trauma mendalam dan berefek pada kesehatan kejiwaannya. Semuanya karna Ayah. Ayah terlalu sering memberinya rasa sakit. Dan Ayah di jobloskan kepenjara atas dugaan penganiyaan anak.
Yoongi kubawa serta pulang. Kondisinya sungguh menyedihkan, ia tidak menangis atau bercerita tentang hidupnya selama ini. Ia hanya tersenyum dan berkata bahwa ia baik-baik saja.
Ia tersenyum guna menutupi lukanya dan malah menghadirkan sosok Jungkook untuk menemani sakitnya. Aku benci itu.
Typo bertebaran
210919
KAMU SEDANG MEMBACA
singularity
FanfictionKatanya bahagia itu sederhana. Sesederhana saat hanya melihat senyum orang yang kau kasihi maka kau juga akan bahagia. Namun nyatanya bahagia itu tak sesederhana itu bagi seorang Kim Seok Jin. Seok Jin tak bahagia hanya dengan melihat senyum orang y...